Cireng, singkatan dari aci digoreng, adalah salah satu kuliner khas Jawa Barat yang perjalanan sejarahnya cukup menarik. Meskipun tampilannya sederhana, camilan ini menyimpan cerita tentang kreativitas masyarakat Sunda dalam memanfaatkan bahan pangan yang murah, mudah diperoleh, dan bisa dijadikan makanan yang tahan lama.

1. Awal Mula Kemunculan Cireng (1980-an)

Cireng mulai dikenal di kawasan Bandung dan Priangan pada akhir tahun 1970-an hingga awal 1980-an. Pada masa itu, pedagang kaki lima mencari cara membuat jajanan murah namun tetap mengenyangkan. 

Aci atau tepung tapioka merupakan bahan yang sangat terjangkau dan mudah diolah. Karena itulah tercipta ide untuk membuat adonan aci sederhana, dibentuk kecil, dan digoreng.

Camilan baru ini kemudian disebut Aci Digoreng, yang kemudian disingkat dengan gaya bahasa Sunda menjadi Cireng.
Pada masa ini, cireng lebih banyak dijual polos, tanpa isian, dan biasanya ditemani saus cabai sederhana atau kecap pedas.

2. Penyebaran dan Populer di Kalangan Anak Sekolah (1990–2000-an)

Memasuki era 1990-an, cireng menjadi camilan wajib di depan sekolah-sekolah di Jawa Barat. Harganya murah, teksturnya unik, dan rasanya gurih. Generasi yang tumbuh pada era ini sangat akrab dengan cireng sebagai jajanan seribu umat: ringan, merakyat, dan selalu ada.

Dari sinilah cireng menyebar ke hampir seluruh kota di Indonesia.

3. Transformasi Modern dan Inovasi Varian (2000–sekarang)

Memasuki tahun 2000-an, inovasi dalam industri kuliner membuat cireng naik kelas. Banyak pelaku UMKM mulai membuat cireng dengan bentuk, rasa, dan tekstur yang lebih kreatif seperti:

Cireng crispy
Cireng isi ayam, sapi, keju, atau sosis[
Cireng rujak dengan bumbu pedas-manis khas
Cireng frozen untuk stok rumah
Variasi rasa kekinian (balado, BBQ, keju pedas)

Popularitas cireng semakin melejit berkat media sosial. Banyak orang menyadari bahwa camilan murah ini ternyata bisa dikemas dengan cantik dan dijual secara online dengan sangat baik.

Cireng pun bertransformasi dari jajanan pinggir jalan menjadi ikon kuliner Sunda yang bisa ditemukan di restoran, kafe, dan toko makanan modern.

Rujak Cireng Semilyar — Inovasi Cireng Modern dengan Rasa Autentik Sunda

Setelah memahami sejarah panjang cireng, kini hadir produk yang mengangkat tradisi kuliner Sunda ke level yang lebih tinggi: Rujak Cireng Semilyar, brand cireng rujak yang diracik dengan rasa khas rumahan oleh Ibu Juli.

Produk ini menjadi salah satu camilan favorit karena menjaga ciri khas cireng tradisional sambil memberikan sentuhan modern pada rasa, kemasan, dan pelayanan.

Dibuat dengan Resep Rumahan, Rasa Premium
Rujak Cireng Semilyar mengutamakan kualitas:

Adonan acinya lembut dan kenyal, tidak mudah meledak saat digoreng

Teksturnya crispy di luar, chewy di dalam.

Bumbu rujaknya diracik sendiri oleh Juli menggunakan cabai pilihan, gula aren, dan rempah, menghasilkan rasa pedas-manis-segar yang membedakannya dari rujak kebanyakan.

Produk ini cocok sebagai camilan keluarga, suguhan tamu, hingga stok frozen untuk disajikan kapan saja.

Suplai untuk Toko Kopi – Teman Minum Kopi yang Pas
Yang membuat Rujak Cireng Semilyar semakin unik adalah kesesuaiannya sebagai pelengkap menu kedai kopi. Banyak coffee shop mencari camilan yang:

ringan tapi memorable,
mudah digoreng dan cepat disajikan,
tidak menutup rasa kopi,
cocok untuk pelanggan yang nongkrong lama.

Rujak Cireng Semilyar sangat cocok karena rasa gurih–pedas–manisnya memberi kontras sempurna untuk kopi hitam, kopi susu, dan minuman panas lainnya. Tak heran jika beberapa kedai mulai menjadikannya menu pendamping resmi untuk para penikmat kopi.

Produk ini juga tersedia dalam bentuk bulk / grosir untuk kedai, sehingga lebih efisien dan hemat.

Bisa Order Online — Cepat, Mudah, dan Siap Kirim
Rujak Cireng Semilyar menerima pesanan untuk:

konsumen rumahan,
reseller UMKM,
kedai kopi,
acara komunitas,
penjual online yang ingin menambah variasi produk.

Hubungi langsung Juli melalui WhatsApp untuk pemesanan:

📱 +62 878-8502-3478

Pengiriman bisa menyesuaikan area dan ekspedisi.

Cireng Semilyar