- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BRIN Ajak Tim Bobibos Bermitra, Begini Penjelasan Ilmiah Jerami Jadi Bahan Bakar
TS
aleksandronesta
BRIN Ajak Tim Bobibos Bermitra, Begini Penjelasan Ilmiah Jerami Jadi Bahan Bakar
BRIN Ajak Tim Bobibos Bermitra, Begini Penjelasan Ilmiah Jerami Jadi Bahan Bakar

BRIN bermitra dengan Tim Bobibos untuk mengembangkan bahan bakar jerami, yang diklaim setara RON 98. Ini butuh teknologi canggih dan dukungan ilmiah.
Kahfi - Bisnis.com Minggu, 16 November 2025 | 12:31 Perbesar Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)./Istimewa
Ringkasan Berita BRIN membuka peluang kemitraan dengan Tim Bobibos untuk mengembangkan bahan bakar alternatif dari jerami, yang diklaim memiliki potensi besar dan efisiensi tinggi.
Tim Bobibos mengklaim telah mengolah jerami menjadi bahan bakar setara RON 98, meskipun BRIN menyatakan bahwa teknologi ini membutuhkan proses lanjutan dan belum mencapai titik ekonomis.
Penelitian terkait pengolahan jerami menjadi bahan bakar sudah dilakukan sebelumnya, namun inovasi Bobibos dianggap sebagai terobosan baru yang perlu didukung dan dipatenkan. *
Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI Share Bisnis.com,
JAKARTA- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka peluang pendampingan dan kemitraan dengan Tim Bobibos untuk pengembangan lebih lanjut bahan bakar alternatif berbasis material jerami.
Hingga kini, pihak BRIN telah berupaya melakukan komunikasi dengan Tim Bobibos. “Sejak sepekan lalu, kami membuka komunikasi, tetapi belum dapat kabar terbarunya seperti apa,” ungkap Plt. PR Teknologi Bahan Bakar Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Hari Setiapraja kepada Bisnis, Minggu (16/11/2025).
Bobibos sendiri merupakan produk bahan bakar yang diklaim berasal dari olahan jerami. Produk itu dibuat PT Inti Sinergi Formula (Sultan Sinergi Indonesia) yang mengacu kepada pengembangan riset oleh sosok M. Ikhlas Thamrin.
Sosok Ikhlas Thamrin ini juga pendiri Sultan Sinergi Indonesia. Produk Bobibos itupun telah diujicobakan ke beberapa unit kendaraan roda empat dan roda dua. Dalam keterangan resminya, Ikhlas mengatakan Bobibos diolah dari material pertanian, khususnya jerami.
Bahkan, Tim Bobibos mengklaim telah melakukan uji laboratorium yang membuktikan produk tersebut telah memenuhi standardisasi mendekati RON 98. Merespons hal tersebut, Hari yang mewakili BRIN menjelaskan potensi olahan jerami menjadi bahan bakar sangat dimungkinkan.
BACA JUGA Profil Sultan Sinergi Indonesia, Pengembang Bensin Baru Bobibos Viral Bensin Baru Bobibos, Pakar & Industri Pertanyakan Komposisi hingga Hasil Uji Kepala BRIN Arif Satria Soroti Minimnya Peneliti dan Dana Riset “BRIN telah lama meneliti kemungkinan jerami menjadi salah satu material bahan bakar, tetapi masih dalam tahap menjadi etanol, bukan langsung menjadi solar ataupun bensin,” jelasnya.
Sebab, kata Hari, proses etanol diubah setara bensin harus melalui proses lanjutan hingga menjadi biohidrokarbon. “Sejauh ini untuk seperti itu problemnya, belum menemukan titik ekonomis,” tambahnya.
Mengacu klaim Tim Bobibos, Hari menjelaskan kehadiran produk olahan jerami atau material nonpangan langsung menjadi bahan bakar, itu membutuhkan teknologi sangat maju.
“Sehingga apa yang ditemukan oleh Bobibos mengolah jerami menjadi langsung bahan bakar itu berarti sudah sangat maju. Karena itu BRIN sangat terbuka untuk menjadikan Bobibos sebagai mitra penelitian,” katanya.
Lebih jauh, andaikata BRIN bisa menjalin kerja sama dengan Tim Bobibos, Hari menjanjikan adanya pendampingan secara ilmiah berbasis riset.
Apalagi, lanjutnya, untuk produk Bobibos masuk ke pasaran dibutuhkan banyak prasyarat. “Kalau teknologi ini terbukti, harus memenuhi paten.
Tidak hanya itu, ada syarat standardisasi untuk masuki pasar komersial, termasuk memapankan proses produksi yang stabil,” jelasnya. BRIN juga takjub dengan klaim Tim Bobibos yang bisa mengolah material setara 9 ton jerami menjadi sekitar 3.000 liter bensin.
“Kalau ini bisa berhasil, potensinya sangat besar, karena Bobibos bisa menghasilkan bahan bakar dengan rasio yang cukup efisien dari besaran material mentah,” tutup Hari.
PENELITIAN ILMIAH SELULOSA JERAMI Terkait jerami diolah sebagai bahan bakar bukan penelitian yang asing. Profesor Rizal Alamsyah yang kini bergabung dengan BRIN mempunyai pengalaman terkait penelitian tersebut. “Kebetulan saya dan tim di Kemenperin [sebelum pindah ke BRIN] pernah lakukan penelitian Jerami sampah rumah tangga untuk etanol tahun 2015-2016), walau skala in-house research,” tulisnya.
Dia menjelaskan riset yang mengandalkan teknologi konvensional, bahan baku nabati yang kaya akan pati atau selulosa seperti jerami diolah terlebih dahulu. Proses ini bertujuan untuk memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana yang bisa difermentasi.
“Metode itu misal dengan hidrolisis [memecah dengan air], likuifikasi, dan sakarifikasi [mengubah pati menjadi gula]. Digunakan jamur pelapuk,” jelasnya.
Kemudian, gula yang dihasilkan diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme. Proses ini mengubah gula menjadi etanol dan karbon dioksida dalam kondisi tanpa oksigen. Selanjutnya masuk dalam tahap distilasi.
Cairan yang mengandung bioetanol dipisahkan dari bahan padat dan sisa gula melalui proses distilasi (penyulingan). “Distilasi memisahkan etanol berdasarkan perbedaan titik didihnya dengan air,” tulis Rizal.
Dehidrasi dilakukan untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar yang sangat tinggi (bioetanol anhidrat) dapat digunakan sebagai bahan bakar. Tapi, etanol hasil distilasi perlu mengalami proses dehidrasi lebih lanjut untuk menghilangkan sisa air.
“Kendala yang dihadapi dulu, adalah rendemen/yield belum tinggi [< 5%], sehingga perlu optimasi dan teknologi yang lebih canggih,” ungkapnya.
Dari penjelasan itu, Rizal menilai andaikan Tim Bobibos bisa menyederhanakan proses dengan bantuan teknologi canggih merupakan terobosan baru. “Bila teknologi Bobibos sudah menemukan ini merupakan terobosan baru, dan perlu diapresiasi setinggi tingginya. Dan invensi ini perlu didukung dan kepada penemunya disarankan perlu mematenkan hasil temuannya,” tulisnya.
Paten ini sangat penting, jelas Rizal, agar dapat diketahui umum secara ringkas, sehingga tidak membuat orang bertanya-tanya. “Sekali lagi bila ini terbukti perlu didukung oleh BRIN tanpa apriori terlebih dahulu,” katanya.
Inilah tipikal kita
Ketika orang luar menemukan sesuatu, kita percayai tanpa kroscek dulu
Tapi orang sendiri menemukan sesuatu, dipertanyakan seribu kali
Jadinya bikin produksi Bobibos besar-besaran juga males
Padahal ini salah satu senjata menuju Indonesia Emas 2045, pemasok BBM 95% dunia...pun harganya murah cuma 4 ribu rupiah

Nggak usah mikir yang nggak-nggak deh, merasa paling ilmiah
Seilmiah apapun itu kalau ada serumnya nggak berlaku
Bahkan kemarin Nikuba BBM air klo ada serum jadi itu (dalam kurung, tidak ada yang mustahil didunia ini, yang dibutuhkan hanya formula ajaib air jadi bensin)
=====
Itu semua wacana perdebatan, negara miskin identik dengan ribuan wacana perdebatan ini dan itu
Saatnya kita fokus wacana negara maju, yaitu berdebat mengenai kemana arah kedepannya Bobibos ini...hanya untuk kebutuhan energi dalam negeri atau diekspor keluar, yang artinya Bobibos harus bersaing n berkompetisi dengan BBM konvensional?
Perlukah kita menjadikan Greta Thunberg sebagai bintang iklan Bobibos
"Zaman sekarang masih pakai BBM konvensional?"
"How dare you!"😠

BRIN bermitra dengan Tim Bobibos untuk mengembangkan bahan bakar jerami, yang diklaim setara RON 98. Ini butuh teknologi canggih dan dukungan ilmiah.
Kahfi - Bisnis.com Minggu, 16 November 2025 | 12:31 Perbesar Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)./Istimewa
Ringkasan Berita BRIN membuka peluang kemitraan dengan Tim Bobibos untuk mengembangkan bahan bakar alternatif dari jerami, yang diklaim memiliki potensi besar dan efisiensi tinggi.
Tim Bobibos mengklaim telah mengolah jerami menjadi bahan bakar setara RON 98, meskipun BRIN menyatakan bahwa teknologi ini membutuhkan proses lanjutan dan belum mencapai titik ekonomis.
Penelitian terkait pengolahan jerami menjadi bahan bakar sudah dilakukan sebelumnya, namun inovasi Bobibos dianggap sebagai terobosan baru yang perlu didukung dan dipatenkan. *
Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI Share Bisnis.com,
JAKARTA- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka peluang pendampingan dan kemitraan dengan Tim Bobibos untuk pengembangan lebih lanjut bahan bakar alternatif berbasis material jerami.
Hingga kini, pihak BRIN telah berupaya melakukan komunikasi dengan Tim Bobibos. “Sejak sepekan lalu, kami membuka komunikasi, tetapi belum dapat kabar terbarunya seperti apa,” ungkap Plt. PR Teknologi Bahan Bakar Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Hari Setiapraja kepada Bisnis, Minggu (16/11/2025).
Bobibos sendiri merupakan produk bahan bakar yang diklaim berasal dari olahan jerami. Produk itu dibuat PT Inti Sinergi Formula (Sultan Sinergi Indonesia) yang mengacu kepada pengembangan riset oleh sosok M. Ikhlas Thamrin.
Sosok Ikhlas Thamrin ini juga pendiri Sultan Sinergi Indonesia. Produk Bobibos itupun telah diujicobakan ke beberapa unit kendaraan roda empat dan roda dua. Dalam keterangan resminya, Ikhlas mengatakan Bobibos diolah dari material pertanian, khususnya jerami.
Bahkan, Tim Bobibos mengklaim telah melakukan uji laboratorium yang membuktikan produk tersebut telah memenuhi standardisasi mendekati RON 98. Merespons hal tersebut, Hari yang mewakili BRIN menjelaskan potensi olahan jerami menjadi bahan bakar sangat dimungkinkan.
BACA JUGA Profil Sultan Sinergi Indonesia, Pengembang Bensin Baru Bobibos Viral Bensin Baru Bobibos, Pakar & Industri Pertanyakan Komposisi hingga Hasil Uji Kepala BRIN Arif Satria Soroti Minimnya Peneliti dan Dana Riset “BRIN telah lama meneliti kemungkinan jerami menjadi salah satu material bahan bakar, tetapi masih dalam tahap menjadi etanol, bukan langsung menjadi solar ataupun bensin,” jelasnya.
Sebab, kata Hari, proses etanol diubah setara bensin harus melalui proses lanjutan hingga menjadi biohidrokarbon. “Sejauh ini untuk seperti itu problemnya, belum menemukan titik ekonomis,” tambahnya.
Mengacu klaim Tim Bobibos, Hari menjelaskan kehadiran produk olahan jerami atau material nonpangan langsung menjadi bahan bakar, itu membutuhkan teknologi sangat maju.
“Sehingga apa yang ditemukan oleh Bobibos mengolah jerami menjadi langsung bahan bakar itu berarti sudah sangat maju. Karena itu BRIN sangat terbuka untuk menjadikan Bobibos sebagai mitra penelitian,” katanya.
Lebih jauh, andaikata BRIN bisa menjalin kerja sama dengan Tim Bobibos, Hari menjanjikan adanya pendampingan secara ilmiah berbasis riset.
Apalagi, lanjutnya, untuk produk Bobibos masuk ke pasaran dibutuhkan banyak prasyarat. “Kalau teknologi ini terbukti, harus memenuhi paten.
Tidak hanya itu, ada syarat standardisasi untuk masuki pasar komersial, termasuk memapankan proses produksi yang stabil,” jelasnya. BRIN juga takjub dengan klaim Tim Bobibos yang bisa mengolah material setara 9 ton jerami menjadi sekitar 3.000 liter bensin.
“Kalau ini bisa berhasil, potensinya sangat besar, karena Bobibos bisa menghasilkan bahan bakar dengan rasio yang cukup efisien dari besaran material mentah,” tutup Hari.
PENELITIAN ILMIAH SELULOSA JERAMI Terkait jerami diolah sebagai bahan bakar bukan penelitian yang asing. Profesor Rizal Alamsyah yang kini bergabung dengan BRIN mempunyai pengalaman terkait penelitian tersebut. “Kebetulan saya dan tim di Kemenperin [sebelum pindah ke BRIN] pernah lakukan penelitian Jerami sampah rumah tangga untuk etanol tahun 2015-2016), walau skala in-house research,” tulisnya.
Dia menjelaskan riset yang mengandalkan teknologi konvensional, bahan baku nabati yang kaya akan pati atau selulosa seperti jerami diolah terlebih dahulu. Proses ini bertujuan untuk memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana yang bisa difermentasi.
“Metode itu misal dengan hidrolisis [memecah dengan air], likuifikasi, dan sakarifikasi [mengubah pati menjadi gula]. Digunakan jamur pelapuk,” jelasnya.
Kemudian, gula yang dihasilkan diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi oleh mikroorganisme. Proses ini mengubah gula menjadi etanol dan karbon dioksida dalam kondisi tanpa oksigen. Selanjutnya masuk dalam tahap distilasi.
Cairan yang mengandung bioetanol dipisahkan dari bahan padat dan sisa gula melalui proses distilasi (penyulingan). “Distilasi memisahkan etanol berdasarkan perbedaan titik didihnya dengan air,” tulis Rizal.
Dehidrasi dilakukan untuk menghasilkan bioetanol dengan kadar yang sangat tinggi (bioetanol anhidrat) dapat digunakan sebagai bahan bakar. Tapi, etanol hasil distilasi perlu mengalami proses dehidrasi lebih lanjut untuk menghilangkan sisa air.
“Kendala yang dihadapi dulu, adalah rendemen/yield belum tinggi [< 5%], sehingga perlu optimasi dan teknologi yang lebih canggih,” ungkapnya.
Dari penjelasan itu, Rizal menilai andaikan Tim Bobibos bisa menyederhanakan proses dengan bantuan teknologi canggih merupakan terobosan baru. “Bila teknologi Bobibos sudah menemukan ini merupakan terobosan baru, dan perlu diapresiasi setinggi tingginya. Dan invensi ini perlu didukung dan kepada penemunya disarankan perlu mematenkan hasil temuannya,” tulisnya.
Paten ini sangat penting, jelas Rizal, agar dapat diketahui umum secara ringkas, sehingga tidak membuat orang bertanya-tanya. “Sekali lagi bila ini terbukti perlu didukung oleh BRIN tanpa apriori terlebih dahulu,” katanya.
Inilah tipikal kita
Ketika orang luar menemukan sesuatu, kita percayai tanpa kroscek dulu
Tapi orang sendiri menemukan sesuatu, dipertanyakan seribu kali

Jadinya bikin produksi Bobibos besar-besaran juga males
Padahal ini salah satu senjata menuju Indonesia Emas 2045, pemasok BBM 95% dunia...pun harganya murah cuma 4 ribu rupiah


Nggak usah mikir yang nggak-nggak deh, merasa paling ilmiah
Seilmiah apapun itu kalau ada serumnya nggak berlaku
Bahkan kemarin Nikuba BBM air klo ada serum jadi itu (dalam kurung, tidak ada yang mustahil didunia ini, yang dibutuhkan hanya formula ajaib air jadi bensin)

=====
Itu semua wacana perdebatan, negara miskin identik dengan ribuan wacana perdebatan ini dan itu
Saatnya kita fokus wacana negara maju, yaitu berdebat mengenai kemana arah kedepannya Bobibos ini...hanya untuk kebutuhan energi dalam negeri atau diekspor keluar, yang artinya Bobibos harus bersaing n berkompetisi dengan BBM konvensional?
Perlukah kita menjadikan Greta Thunberg sebagai bintang iklan Bobibos
"Zaman sekarang masih pakai BBM konvensional?"
"How dare you!"😠
tepsuzot dan tf96065053 memberi reputasi
2
88
13
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan