Kaskus

News

kutarominami69Avatar border
TS
kutarominami69
Perempuan Penghayat Kesulitan Tunjukkan Identitas Diri
Perempuan Penghayat Kesulitan Tunjukkan Identitas Diri

Oleh: Annisa RamadhanniaEditor: Bunaiya15 Nov 2025 - 07:00Pusat Pemberitaan

Perempuan Penghayat Kesulitan Tunjukkan Identitas Diri

Perempuan Penghayat Kepercayaan Sapta Dharma di Surabaya (Foto: Dokumentasi/Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta)

KBRN, Jakarta: Tokoh Perempuan Sapta Dharma, Dian Jennie menyayangkan banyak perempuan penghayat kepercayaan belum mampu menunjukkan identitas dan jati dirinya. Ia menyebut, kondisi ini terjadi karena stigma yang masih melekat di masyarakat. 

"Masih ada stigma, masih ada peminggiran di dalam ruang sosial mereka juga memiliki rasa kurang percaya diri. Karena kepercayaan itu belum dikenal atau dianggap oleh masyarakat yang bukan bagian dari penghayat kepercayaan," katanya dalam wawancara bersama PRO3 RRI, Jumat (14/11/2025). 

Dian Jennie merupakan salah satu tokoh perempuan sekaligus Pengurus Persatuan Sapta Dharma (PERSADA). Ia mengatakan saat ini di komunitasnya tercatat 1.500 perempuan penganut penghayat kepercayaan di wilayah Surabaya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan peran perempuan di Sapta Dharma memiliki tingkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. Menurutnya hal ini dikarenakan perempuan memiliki pendidikan karakter untuk anak-anak. 

"Dia ada basis utama bagi pendidikan karakter anak-anak. Sehingga perempuan memiliki dominasi yang lebih tinggi daripada laki-laki," ucapnya. 

Ia juga menambahkan sanggar anak-anak yang berada di Sapta Dharma dikelola dengan baik oleh para perempuan. "Dikelola oleh perempuan, mulai dari mereka usia 5-13 tahun yang masih dianggap anak-anak itu mendapatkan pendidikan budi pekerti," ucapnya, lagi. 

Sejalan dengan Dian, Tokoh Perempuan Budi Daya, Rela Susanti pun demikian. Ia mengatakan peran perempuan di dalam komunitasnya sangat dominan. 

Ia mengatakan perempuan di komunitasnya memiliki peran sebagai penjaga dan pewaris tradisi. "Ia harus bisa menurunkan atau mentransformasikan ajaran kami ke anak-anak, sehingga proses regenerasi itu bisa berjalan dengan baik," ujarnya. 

Menurutnya, ketika seorang perempuan memimpin, mereka cenderung mengedepankan empati sebagai penyeimbang dalam komunitas. Hal ini berbeda dengan gaya kepemimpinan laki-laki yang dinilainya lebih statis dan kurang fleksibel.

https://rri.co.id/nasional/1973344/p...identitas-diri

Miris sekali

0
27
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan