- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kadang Perceraian Bukan Di awali Orang Ketiga Tapi Karena Mama’s Boy Syndrome
TS
kasato
Kadang Perceraian Bukan Di awali Orang Ketiga Tapi Karena Mama’s Boy Syndrome

Pembuka: Saat Istri Dipaksa Jadi “Versi KW” dari Ibu
Banyak rumah tangga gagal bukan karena ekonomi atau orang ketiga,
tapi karena suami tidak pernah benar-benar lepas dari bayangan ibunya sendiri.
Kalimat-kalimat seperti ini sering banget terdengar:
“Kok masakan kamu nggak kayak buatan mama, sih?”
“Mama tuh kalau nyapu bersih banget, kamu belajar deh dari mama.”
Sepintas terdengar ringan, tapi bagi istri itu bisa seperti racun kecil yang perlahan menggerogoti cinta.
Dan menariknya, sikap seperti itu ternyata sudah dilarang langsung oleh Al-Qur’an —
sebuah larangan yang dikenal dengan istilah zhihār.
1. Apa Itu Zhihār dalam Al-Qur’an?
Dalam QS. Al-Mujādilah [58]: 2–3, Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang men-zhihār istrinya di antara kalian (menganggap istri seperti punggung ibunya), mereka bukanlah ibu mereka.
Ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkan mereka…”
Zaman Arab jahiliyah dulu, ketika seorang suami marah kepada istrinya,
ia akan berkata:
“Kamu bagiku seperti punggung ibuku.”
Ucapan ini artinya menolak hubungan suami-istri,
namun tanpa menceraikan — semacam “menggantung” istri secara emosional dan sosial.
Islam kemudian melarang keras tradisi zhihār,
karena itu adalah bentuk penghinaan terhadap martabat perempuan dan
penyamakan dua sosok yang posisinya sangat berbeda:
Ibu adalah yang melahirkan,
Istri adalah yang menemani perjalanan hidup.
2. Zhihār di Zaman Sekarang: Bukan Lagi Ucapan, Tapi Sikap
Mungkin nggak ada suami modern yang akan bilang “kamu seperti punggung ibuku,”
tapi makna zhihār masih sering terjadi — dalam bentuk perilaku dan kebiasaan emosional.
Contohnya:
Membandingkan masakan istri dengan masakan ibu.
Menganggap standar rumah tangga harus sama seperti rumah masa kecil.
Memperlakukan istri sebagai “pengganti” sosok ibu, bukan pasangan sejajar.
Inilah bentuk zhihār modern,
bukan dari lisan, tapi dari cara berpikir dan bersikap.
Dan tanpa sadar, sikap ini bisa merusak cinta pelan-pelan.
Karena istri tidak ingin jadi “salinan ibu”,
ia ingin dihargai sebagai dirinya sendiri.
3. Perspektif Psikologis: Antara Ibu dan Istri
Dari sisi psikologi, fenomena ini sering disebut “Mama’s Boy Syndrome.”
Laki-laki yang tumbuh dengan figur ibu yang kuat dan ideal,
sering kali membawa standar itu ke dalam pernikahan.
Ia mencintai ibu dengan dalam — tapi tidak sadar,
ia menuntut istrinya untuk menjadi versi kedua dari ibunya.
Padahal, hubungan dengan ibu bersifat vertikal dan membentuk,
sedangkan hubungan dengan istri bersifat horizontal dan setara.
Kalau posisi ini tidak dibedakan,
rumah tangga bisa jadi tempat benturan antara masa kecil dan masa kini.
4. Realita Lapangan: Ketika Suami Baru Sadar
ini merupakan kejadian refleksi pribadi penulis:
“Saya dulu sering tanpa sadar membandingkan istri dengan ibu.
Sampai suatu hari istri saya bilang pelan,
‘Aku bukan ibumu, Mas.’
Kalimat itu sederhana, tapi menampar hati saya dalam-dalam.”
Sejak itu, penulis mulai merenungi makna larangan zhihār bukan sekadar soal ucapan,
tapi soal kematangan spiritual seorang laki-laki.
Bahwa suami sejati adalah yang bisa membedakan bentuk cinta,
dan tidak menaruh istrinya di bawah bayangan ibu.
️ 5. Hikmah Besar dari Larangan Zhihār
Larangan men-zhihār istri dengan ibu bukan sekadar hukum fiqih,
tapi juga pelajaran moral dan spiritual yang mendalam:
Menegaskan perbedaan cinta
Cinta kepada ibu = cinta asal-usul
Cinta kepada istri = cinta perjalanan.
Dua-duanya sakral, tapi tidak bisa diserupakan.
Mendidik kedewasaan batin suami
Suami yang bisa berhenti membandingkan berarti sudah naik satu level dalam kematangan emosional.
Menjaga kehormatan perempuan
Islam menempatkan ibu dan istri di tempat yang sama mulia —
tapi dengan peran yang berbeda dan tak tergantikan.
Lanjutannya disini ya gan ... Read more
Diubah oleh kasato Hari ini 12:29
0
45
3
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan