Echidnas, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Nokdiak, adalah salah satu atau mungkin yang teraneh yang pernah saya ketahui.

Hewan ini termasuk kedalam kelompok mamalia yang dikenal dengan monotreme, yang hanya diisi oleh hewan ini dan platipus. Nokdiak memiliki nama latin Tachyglossus aculeatus, dan merupakan hewan endemik yang berasal dari Australia dan Papua Nugini.

Apa yang membuat hewan ini aneh? Sejujurnya semuanya.

Mulai dari bentuk fisik, cara berkembang biak, hingga cara kerja sistem pencernaannya.

Sekilas, Nokdiak memiliki bentuk seperti landak, namun memiliki moncong seperti trenggiling, dan cara jalan seperti armandilo. Namun keunikannya tidak sampai disitu saja!


Berbeda dari mamalia pada umumnya, Nokdiak bertelur. Betina hanya bertelur satu butir, lalu menyimpannya di dalam kantong perut hingga menetas. Setelah itu, anaknya yang disebut puggle akan menyusu langsung dari pori-pori kulit induknya, karena Nokdiak tidak memiliki puting susu. Lebih aneh lagi, Nokdiak tidak memiliki gigi dan bahkan tidak punya alat pencernaan lengkap seperti lambung. Mereka menelan serangga kecil seperti semut dan rayap menggunakan lidah lengket panjang, lalu makanan itu langsung dicerna secara sederhana tanpa proses rumit seperti pada hewan lain.

Penelitian juga menunjukkan bahwa leluhur Nokdiak kemungkinan memiliki kelenjar racun, mirip seperti platipus jantan modern. Walaupun kemampuan beracunnya sudah hilang, struktur genetik sisa racun itu masih bisa ditemukan. Selain itu, suhu tubuh Nokdiak adalah salah satu yang terendah di antara semua mamalia, sekitar 32°C, membuatnya lebih mirip reptil dalam hal fisiologi.

Dengan seluruh keanehan ini, sangat wajar dan pantas jika Nokdiak disebut sebagai hewan paling aneh di dunia.