Kaskus

Entertainment

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Pasangan Kekasih Paling Berbahaya dari Gorontalo | Kisah Opin dan Fifi
Quote:



Menurut hitungan, Indonesia memiliki sekitar 17 ribu pulau, yang berpenghuni maupun tidak, tentu kita tidak akan hafal setiap nama provinsi dan kota di pulau-pulau tersebut. Bahkan di pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi, kita tidak hafal dan tahu nama kota-kota di dalamnya. Begitu juga dengan nama keseluruhan pulau tersebut. Ini menunjukan betapa luasnya negara kita.

Luasnya negara kita juga diimbangi dengan kasus kriminalitas yang tinggi, selama ini mungkin kita lebih sering mendengar kasus kriminal berupa tindakan pembunuhan yang sadis di Pulau Jawa dan Sumatra. Tapi, di bagian timur negara kita, aksi keji seperti pembunuhan juga sering terjadi, hanya tidak terekspos saja.

Pada kesempatan kali ini, TS akan mengajak Agan dan Sista membahas kasus keji dari tanah Sulawesi. Kita akan menuju kota Gorontalo dan memulai cerita ini dari SMK Negeri 1 Gorontalo. Karena disinilah tokoh utama kita menghabiskan waktunya sehari-hari. Sebelum itu, akan TS perkenalkan tokoh utamanya.

Namanya Ananda Fitria Mahmud (16 tahun), sering dipanggil Nanda atau Fifi. Untuk mempermudah, kita akan menyebutnya Fifi. Gadis ini awalnya tinggal di Jakarta bersama ayahnya yang bernama Nasir Mahmud (60 tahun). Waktu di Jakarta, dia sekolah kelas 10.

Kehidupannya di Jakarta normal-normal saja, dia pergi ke sekolah dan habiskan waktu bersama teman-temannya. Namun, sang ibu tidak pernah disebutkan keberadaannya, mungkin sudah meninggal atau bercerai dengan sang ayah. Pada Februari 2015, Fifi ikut ayahnya pindah ke wilayah timur di Indonesia, tepatnya di Pulau Sulawesi.

Ayah dan anak ini tinggal di kelurahan Limbau, kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo. Fifi kemudian melanjutkan sekolah di SMK Negeri 1 Gorontalo, dan mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan).

Quote:


Fifi melanjutkan di kelas 10 saat di SMK Negeri 1 Gorontalo, pindah dari kota besar seperti Jakarta, Fifi sedikit menemui kesulitan beradaptasi dan bergaul dengan teman-teman di sekolahnya. Apalagi dia sosok yang pendiam. Selama bersekolah di Gorontalo, dia tidak punya banyak teman. Tapi, nilai akademisnya bagus, dan dikenal sebagai murid yang sopan.

Saat Fifi naik ke kelas 11, dia dekat dengan teman cowo di satu kelasnya yang bernama Opin Heda. Opin adalah ketua kelas sekaligus anak yang paling dituakan di kelasnya, karena waktu itu memang sudah berumur 20 tahun.

Opin adalah anak yang rajin, patuh, dan tidak pernah bikin masalah. Cowo ini sering mengikuti berbagai kegiatan di sekolah. Waktu itu, usia Fifi sudah 17 tahun, dan mulai ada ketertarikan terhadap sang ketua kelas.

Kedekatan mereka pun berujung dengan dirajutnya tali asmara, tepatnya pada 26 Agustus 2015, Fifi dan Opin resmi jadian. Bagi Fifi, tiada hari tanpa memikirkan Opin, sebaliknya bagi Opin; dia juga susah lepas dari bayang-bayang Fifi. Tanpa Fifi, opin hampa, sementara tanpa Opin, Fifi merasa gundah gulana. Cinta kedua remaja ini begitu kuat, mereka merasa dunia seperti milik berdua, dan yang lain cuma ngontrak saja.

Quote:


Pertemuan mereka di SMK Negeri 1 Gorontalo terasa sangat singkat, meski mereka berada di kelas yang sama. Oleh karena itu, Opin dan Fifi sering bertemu setelah jam pulang sekolah.

Kepada ayahnya, Nasir Mahmud, Fifi bilang akan belajar bersama di rumah teman. Tapi, kenyataannya dia malah pergi pacaran.

Pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu kalau sudah berduaan sering lupa waktu, mereka sering pulang ke rumah saat malam hari. Pada suatu hari, Pak Nasir mengetahui jika anak perempuannya tidak pamit belajar bersama, melainkan pergi berpacaran dengan Opin.

"Kamu tidak boleh pacaran, kamu harus putuskan hubunganmu dan fokus belajar !"

Begitulah kata-kata yang dilontarkan Pak Nasir waktu itu, bukan cuma Pak Nasir yang murka, paman Vivi yang mengetahui hal tersebut juga memberi nasihat agar Fifi putus saja. Bagi kedua pria dewasa ini, belum waktunya Fifi main cinta-cintaan.

Quote:


Tapi, semakin dilarang, Fifi semakin nekat. Dia tidak mendengarkan nasihat sang ayah dan paman. Gadis ini kemudian membawa Opin ke rumah, tentu saja Pak Nasir murka dan memarahinya.

Pak Nasir yang mulai gusar, akhirnya mengambil langkah tegas, dia tidak lagi memberi anaknya uang saku. Dengan begitu, Fifi tidak akan bisa pergi keluar bersama Opin.

Fifi pun marah dan sakit hati karena tak lagi diberi uang saku. Dia menganggap sang ayah otoriter dan suka mengatur seperti Kim Jong Un. Fifi yang masih labil juga menganggap ayahnya bertindak semena-mena, suka marah-marah, dan tidak mau mengerti perasaan cintanya kepada Opin.

Tanpa uang saku, Fifi tak bisa bebas untuk jalan-jalan dan berseang-senang dengan pacarnya. Gadis ini kemudian membenci sang ayah. Pada suatu hari kebenciannya itu semakin memuncak, Fifi memutuskan harus melakukan cara yang sangat ekstrim terhadap sang ayah, agar tak ada lagi yang menentang hubungannya dengan Opin.

Quote:


Pada malam hari tanggal 7 Mei 2016, Fifi menelepon Opin, minta sang kekasih datang ke rumahnya. Opin sampai rumah sang kekasih jam 9 malam, Fifi dan kekasihnya lalu mengobrol secara sembunyi-sembunyi di dekat rumah. Setelah itu Opin pulang.

Beberapa jam kemudian, pada pukul 2 pagi, sudah tanggal 8 Mei. Opin kembali mendatangi rumah Fifi dengan berjalan kaki. Sesampainya di sana, dia mengirim pesan BBM ke Fifi.

"Aku sudah sampai dekat rumahmu."

Fifi kemudian membalas: "Ambil kunci di ventilasi pintu, terus masuk ke rumah dan sembunyi di balik sofa. Selanjutnya tunggu perintah dariku."

Opin menuruti permintaan Fifi, dia mengambil kunci yang telah disiapkan, membuka pintu; kemudian secara perlahan masuk ke dalam rumah dan bersembunyi di balik sofa yang ada di ruang tamu.

Tak berselang lama, Opin mendengar suara langkah kaki, saat dilihat, ternyata itu adalah Fifi yang masuk ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, Fifi memberi kode agar Opin mengikutinya masuk ke sebuah kamar.

Di dalam kamar, mereka berdua mendiskusikan sesuatu.

"Kamu yang harus melakukannya," kata Fifi.

Opin yang tampak ragu lalu menimpali, "Kamu saja."

Fifi kemudian gelengkan kepala dan berkata, "Aku nggak kuat, kamu saja."

Fifi kemudian menyodorkan pisau dapur yang telah diasah kepada Opin, pria itu lalu menyodorkan kembali pisau itu kepada kekasihnya. Saling menyodorkan pisau terjadi beberapa kali, hingga akhirnya Opin mengalah dan mengambil pisau itu.

Quote:


Fifi kemudian mengajak Opin menuju sebuah kamar lainnya, perlahan gadis itu membuka pintu dan masuk ke kamar diikuti Opin. Di dalam kamar ada Pak Nasir yang sedang terlelap di atas ranjang.

Fifi menutup pintu kamar, lalu mengambil bantal dan membekap sang ayah. Pak Nasir seketika terbangun, meronta-ronta dan berteriak. Opin lantas menusuk leher pria itu berkali-kali memakai pisau dapur yang ada di genggamannya.

Pak Nasir mencoba melawan sekuat tenaga, hal itu membuat Opin kewalahan, sehingga tak sengaja pisau di genggamannya mengenai lengan Fifi dan menyebabkan luka.

Mendengar suara ribut-ribut, bibi dari Fifi yang merupakan adik ipar Pak Nasir dan tinggal satu rumah, segera menuju kamar kakak iparnya.

"Ada apa ?" tanya sang bibi dari luar kamar.

Fifi lantas bergegas menahan pintu dan menguncinya, sang bibi yakin telah terjadi hal yang tidak beres. Dia terus menggedor-gedor pintu kamar Pak Nasir.

"Buka ! Buka pintunya !" ujar sang bibi, tapi Fifi dan Opin tidak menjawab.

Sang bibi yang panik, berlari keluar dan minta tolong ke tetangga. Tetangga yang mengira telah terjadi aksi perampokan, lalu menghubungi polisi.

Quote:


Polisi yang datang ke tempat kejadian, langsung mendobrak kamar Pak Nasir. Mereka menemukan pria tua itu tewas bermandikan darah. Di lantai ada dua orang terkapar, yakni Opin dan Fifi.

Awalnya polisi menduga telah terjadi aksi perampokan yang menewaskan tiga orang. Tapi, setelah diperiksa, sepasang remaja yang terkapar di lantai masih hidup. Polisi juga mengetahui jika remaja laki-laki di kamar itu adalah pacar Fifi, anak dari Pak Nasir yang meninggal di atas ranjang.

Jenazah Pak Nasir kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi, Fifi yang terluka di lengan juga dibawa ke rumah sakit untuk dapat perawatan. Sementara Opin yang tidak alami luka-luka, langsung diajak polisi ke kantor Polres Gorontalo untuk diinterogasi.

Quote:


Sesampainya di kantor polisi, Opin Heda gelagapan, dia akhirnya mengaku telah menusuk leher Pak Nasir atas perintah Fifi. Opin juga menyebut bahwa, Fifi marah kepada sang ayah karena menentang hubungan cinta mereka berdua. Fifi kemudian minta Opin melenyapkan sang ayah kandung. Keduanya kemudian pura-pura mati saat polisi mendobrak pintu kamar.

Jika Opin terbuka dang langsung mengaku, Fifi justru memberi keterangan yang berbelit-belit, dan mengaku tertekan akibat tekanan keras yang dilakukan ayah dan pamannya.

Namun, polisi tak mudah dimanipulasi seperti Opin. Mereka segera menemukan bukti kalau sepasang kekasih ini adalah pelaku pembunuhan. Dari percakapan melalui BBM, menunjukan jika keduanya merencanakan pembunuhan terhadap Pak Nasir.

Dan setelah dua hari menginterogasi Opin dan Fifi, polisi akhirnya menggelar rekonstruksi kejadian di ruangan kantor Polres Gorontalo pada 10 Mei 2016. Kegiatan tersebut disaksikan oleh puluhan anggota keluarga Pak Nasir. Dalam rekonstruksi, Opin dan Fifi memperagakan 32 adegan.

Suasana sempat ricuh, karena beberapa anggota keluarga ingin melayangkan pukulan kepada pelaku. Sementara itu, anggota keluarga lainnya meneriakkan sumpah serapah terhadap kedua pelaku.

"Nggak tahu malu ! Dasar anak durhaka kau ini !"

Begitu ucapan anggota keluarga Pak Nasir waktu itu. Sementara itu dalam wawancara dengan media, adik kandung Pak Nasir, yakni Badar Mahmud; mengatakan sudah ikhlaskan kepergian sang kakak dan minta pelaku dihukum mati. Mereka menganggap Fifi bukan lagi sebagai anggota keluarga.

Quote:


Sidang pembunuhan terhadap Pak Nasir Mahmud yang dilakukan oleh putri kandung bersama sang kekasih, kemudian disidangkan di Pengadilan Negeri Gorontalo pada akhir Mei 2016.

Sidang ini digelar tertutup dan dijaga ketat aparat kepolisian untuk menghindari aksi kericuhan, sidang juga dihadiri oleh puluhan anggota keluarga Pak Nasir Mahmud. Namun, mereka dilarang masuk ruang sidang.

Keluarga yang kesal kemudian mengepung pintu keluar ruang sidang, sambil mengutarakan umpatan dan sumpah serapah sebagai bentuk kekesalan.

"Dasar anak durhaka ! Nggak tahu terima kasih ! Kau sudah tidak dianggap sebagai anggota keluarga lagi !"ucap keluarga Pak Nasir Mahmud waktu itu.

Sementara di hadapan majelis hakim, Fifi mengaku sebagai korban tindakan otoriter dari sang ayah. Fifi menyebut, dirinya harus tidur satu kamar dengan sang ayah. Gadis itu juga menuding sang bibi yang bernama Farida, adalah otak pembunuhan ayahnya.

Fifi menyebut Farida yang mempersiapkan pisau dan mengasahnya. Farida juga menyuruh Fifi menulis pesan BBM kepada Opin untuk merencanakan aksi pembunuhan.

Farida yang hadir sebagai saksi tentu terkejut setelah mendengar ucapan sang keponakan, dia pun membantah tudingan itu. Tidak ada bukti jika Farida adalah otak pembunuhan sang kakak ipar. Setelah memberi kesaksian, dia keluar sambil menangis dan menceritakan hal tersebut kepada keluarga.

"Memang kurang ajar anak itu ! Masak dia menuduh saya menyiapkan pisau dan menyuruhnya menulis pesan di BBM untuk merencanakan pembunuhan !"

Keluarga yang mendengar cerita Farida pun emosi dan kesal, lalu kembali meneriakkan umpatan ke Fifi. Mereka kemudian mengepung dua sisi pintu keluar ruang sidang. Saat Fifi dibawa dari ruang sidang, keluarga berusaha melayangkan pukulan ke gadis itu. Namun, upaya tersebut berhasil dihalangi petugas kepolisian.

Quote:


Setelah mlewati serangkaian persidangan, majelis hakim akhirnya memberikan vonis hukuman kepada Opin dan Fifi. Perbuatan keduanya sebenarnya bisa diganjar Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, dengan vonis maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup. Dan minimal hukuman 20 tahun penjara.

Karena dianggap masih muda dan bisa memperbaiki diri, Opin Heda sebagai pembunuh Pak Nasir Mahmud divonis 10 tahun penjara, lebih ringan dari tuntuan Jaksa Penuntut Umum, yakni 15 tahun penjara.

Sementara Ananda Fitria Mahmud alias Fifi selaku otak pembunuhan sang ayah, diberi hukuman 8 tahun penjara, vonis ini juga lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang menuntut 10 tahun penjara. Pertimbangan majaleis hakim karena Fifi alami tekanan batin akibat sikap otoriter ayahnya, yang mendorong dia melakukan pembunuhan. Hal lain yang meringankan adalah dia menyesali perbuatannya dan masih dibawah umur.

Saat masih melakukan persidangan dan ditahan di Lapas Gorontalo, media sempat memberitakan status terbaru di akun Facebook Fifi. Postingan itu berbunyi seperti ini:

"Ketika aku melakukan hal yang fatal, mungkin orang akan berpikir aku anak yang penuh dosa dan durhaka. Seandainya media di luar sana tahu, bahwa ada orang ketiga yang menekan agar aku harus membunuh ayahku. Buat kamu hati-hati, prosedur hukum masih berjalan. Tuhan tahu kamu dibalik semua ini. Karena kamu akan duduk di kursi panas nantinya, hukum karma masih berlaku."

Sampai saat ini belum diketahui, apakah benar Fifi yang membuat status itu ? Tapi, tahanan tidak boleh memakai ponsel. Saat media menananyakan hal itu, Lapas Gorontalo bungkam.

Quote:


Alasan utama Fifi membunuh ayahnya karena sakit hati hubungannya dengan Opin tidak direstui. Fifi juga sering dimarahi ayahnya. Gadis itu mengancam akan gantung diri, jika Opin tidak mau membunuh Pak Nasir Mahmud. Hal itu disampaikan Opin kepada Radar Gorontalo sebelum persidangan dimulai.

"Saya diancam Fifi, kalau tidak menuruti permintaannya, dia mau bunuh diri. Karena takut dia akan bunuh diri, saya menuruti permintaan untuk membunuh ayah kandungnya."

Beberapa bulan sebelum kejadian, Opin sempat mengunggah foto kebersamaan dengan Fifi di media sosial, dengan tambahan kata-kata romantis untuk memperingati jadian mereka yang ke-4 bulan. Opin menulis sebagai berikut:

Neng kamu ingat nggak waktu kita kenalan ? Waktu aku pertama kalinya menatap mata kamu. Waktu kamu pegang tanganku dan waktu aku meluk kamu, lalu aku kecup keningmu yang menghangatkan kamu. Itu terasa sempurna buat aku sayang.

Semoga dengan banyaknya cerita kita di masa lalu, dapat membuat kita menjadi dewasa. Dapat menjadikan kita pribadi yang lebih kuat, dan dapat membuat hubungan kita menjadi lebih harmonis.

Banyak hal yang sering sekali menggoyahkan hubungan kita, tapi semua itu kita selesaikan secara bersama dan tentunya tanpa kata putus di dalamnya. Aku sayang banget sama kamu.

Semoga di hari jadi kita yang keempat bulan ini, bisa membuat kita tidak berhenti saling mencintai.


Selanjutnya di hari jadian mereka yang keenam bulan, Opin kembali menuliskan kalimat romantis di media sosialnya sebagai berikut:

Aku mengenalmu karena cinta.
Aku mencarimu karena cinta.
Aku bersamau juga karena cinta.
Aku sudah berusaha semampuku.
Aku sudah berjuang sekuat tenagaku.
Dan perjuanganku juga tidak main-main.

Capek, lelah, bosan.
Sampai detik ini pun aku tak tahu apa arti dari semua itu.
Dan aku tidak ingin tahu arti dari semua itu sampai kapa pun.

Yang aku tahu hanyalah berjuang, bertahan dan melewati apa pun yang terjadi saat ini.
Walaupun itu menyakitkan.
Aku hanya bisa berusaha selalu ada untukmu dan berdoa untuk hasil perjuanganku nanti.

Karena aku percaya tidak akan ada yang sia-sia dari perjuanganku ini.
Aku akan selalu mencintaimu.
Hingga mata ini terpejam, nafas ini berhenti.
Sampai jiwa meninggalkan raga ini.
Kamu akan selalu ada di dalam hatiku.
Dan di setiap hembusan nafasku.

Aku selalu berdoa kepada Tuhan.
Tuhan lindungi hubungan kami dari wanita dan pria-pria nakal.
Lindungi hubungan kami dari masa lalu yang mencoba mengobrak-abrik keadaan kami.
Pelihara hubungan kami dengan kedewasaan dan pikiran yang positif.
Jaga pandangannya saat jauh dariku.
Aku mencintainya.
Jangan pisahkan kami, Amiin.


Jika kedua pasangan ini menjalani hukumannya tanpa mendapat remisi, maka Opin Heda akan bebas pada 2026. Sementara Fifi seharusnya sudah bebas sejak 2024 lalu. Sejauh ini, tidak diketahui, bagaimana kondisi Fifi sekarang ? Apa dia benar-benar sudah bebas ? Tidak ada media yang memuat berita tersebut.

Siapa sangka cinta sepasang remaja bisa menjadi sangat berbahaya. Dan mengutip kata-kata almarhum Pak Nasir, memang sudah seharusnya remaja itu fokus belajar demi meraih cita-cita di masa depan, bukannya sibuk cinta-cintaan dan pacaran.



Sekian dan terima kasih, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kasus ini.





Referensi: 1| 2 | 3 | 4
tf96065053Avatar border
abduhmi746854Avatar border
MemoryExpressAvatar border
MemoryExpress dan 2 lainnya memberi reputasi
3
187
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan