Kaskus

Story

ekoangga25Avatar border
TS
ekoangga25
Ya Tuhan Seandainya Aku Tidak Introvert & Tidak Jadi Korban Bullying
Aku disini hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman yang sudah di rasakan. karena memang tidak ada tempat untuk curhat makannya aku coba tulis di sini.

Aku seorang anak sulung yang lahir tahun 1998, Ya.. Tahun 1998 Ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja, termasuk perekonomian keluarga kami dengan gaji orang tua yang pas-pasan tidak cukup untuk kami makan sekeluarga, gaji yang diperoleh orang tua sebagai polisi itupun harus dibagi dua dengan kedua orang tua bapakku yang tinggal di samping rumah.

Setiap keinginanku tidak selalu terpenuhi, bahkan ketika minta mainan pun harus menangis di pasar dan tidak dibelikan juga. makan palingan hanya seadanya, kadang bisa makan dengan kerupuk dan nasi saja sudah bersyukur, karena kadangkala hanya bisa menyantap makanan hanya nasi dengan garam.

Masa kecilku bisa dibilang tidak begitu bahagia, aku lahir dari keluarga yang mungkin pada saat itu tidak paham yang namanya paranting. Mungkin karena aku anak pertama dan ekonomi keluarga gak cukup baik makannya aku sering jadi pelampiasan marah oleh kedua orang tua. bahkan karena hanya hal sepele saja seperti kakiku tidak sengaja menyenggol kaki ibuku saja aku kerap kali di pukul, dicubit sehingga aku sering kali menangis. Aku menangis keluar dari rumah di halaman karena takut sama ortu, kemudian nenek ku yang menenangkan dan menggendongku saat itu.

Ayahku juga sering memarahiku, dia cenderung suka bermain dengan keponakannya yang di titipkan ke neneknya dibandingkan bermain denganku, sehingga aku jadi anak yang Fatherless atau kehilangan sosok Ayah dalam masa kecilku. bahkan ketika anak orang lain terjatuh sendiri karena terpleset karena jalan licin habis hujan, akupun tidak luput dari kena marah, dan aku kerap kali dipukul dan disabet menggunakan ikat pinggang dan selang aquarium sampai punggung dan tubuh kecilku memar kemerahan.

Di sekolah aku kerap kali mendapat perlakuan tidak mengenakan dan cenderung jadi korban bullying bahkan dari sejak bangku TK karena aku anak pendiam. masuk ke SD aku juga masih mendapatkan bullying bahkan aku sering di palak oleh dua orang yang kampungnya tidak jauh dari sekolah, karena kalo aku pulang sekolah harus melewati kampung mereka terlebih dahulu. di kelas aku sering di pukul di seret bahkan di kursiku sering di kasih lem atau permen karet oleh para pembully.

Pada saat aku di bully di sekolah aku sempat berteriak meminta tolong kepada guru yang sedang rapat yang jarak ruang gurunya tidak sampai satu meter dari kelas, tetapi justru ibu guru sekaligus wali kelas bu Sri Maryani justru menghukumku berdiri di depan kelas hingga pelajaran usai. disitu saya sangat menyayangkan sikap dari guru tersebut yang justru menghukum korban bullying padahal suaminya juga seorang anggota kepolisian.

Di sekolah diadakan ekstrakulikuler drum band, karena aku tidak mempunyai stik drum yang dahulu harganya lumayan mahal, makannya aku hanya menggunakan batang kayu dan itu gampang patah, hingga aku dibelikan stik drum yang sebenarnya baru aku pakai beberapa kali kemudian sama kedua orang pembully mereka ambil, mereka rampas dan ketika aku mengadukan ke Ibu Sri Maryani yang wali kelas itu justru mereka memutarbalikkan fakta bahwa aku ingin mengambil stik drum punya mereka, sehingga aku dihukum olehnya lari putar lapangan sebanyak 30 Kali. disini aku tidak paham dengan pikiran guru itu, yang justru menghukum korban bullying bukan pelaku bullying. guru drum band juga pernah melemparku dengan penghapus kayu padahal yang sengaja ribut di belakangku.

Masuk di kelas 3 SD aku mendapatkan bullying yang berakibat fatal dan mencideraiku, mungkin karena jaman dahulu belum ada yang namanya KPI jadi tontonan kekerasan masih sering tayang di stasiun televisi nasional seperti smack down. waktu itu jam istirahat sudah usai aku ingin kembali menuju kelas, tetapi dari arah berlawanan ada murid yang sengaja menarik ku dan membanting tubuhku di kotak pasir yang tidak steril karena di sana banyak paku, ranting dan tusuk sate di sana.

Kemudian kakiku tertancap paku yang membuatnya berdarah dan membuatku sakit bahkan keluar nanah atau tetanus, aku sekitar 2 minggu tidak berangkat ke sekolah. dan diminggu ke 3 teman-teman satu kelas pada datang ke rumahku dengan mengendarai mobil angkot warna biru milik guru olahraga pak Heri yang saat itu juga ikut, bersama wali kelas guru matematika dan guru agama.

Masuk ke bangku SMA aku juga masih sama di bullying juga mungkin karena aku pendiam, dan disana hanya sedikit orang yang mau berteman denganku. tetapi bullying yang ku rasakan tidak berupa fisik melainkan secara verbal atau ucapan, kadang kala mereka menuduhku tidak mau bayar uang kas kelas yang dipungut 2 ribu perminggu, padahal uang sakuku kukasihkan 16 ribuan juga sudah aku titipkan ke mereka entah di sampaikan atau tidak. orang tua juga sempat dipanggil ke sekolah dan membayar uang kas nya 20 ribu. aku juga tidak mendapatkan fotocopyan tugas meskipun sudah membayar uang kas tersebut.

Saat SMP aku juga mengalami bullying yang berawal dari ucapan hinaan dan pada saat itu aku coba memberanikan diri buat melawan pembully meskipun badanku kalah besar dengannya, beberapa minggu setelah berantem itu dia sudah tidak membullyku dan justru kami berteman.

Dan saat SMP aku masih rajin sholat di masjid di kampung, baik sholat fardu maupun sholat Jum'at, masih sering ikut kumpul pemuda. tetapi sejak Ramadan aku sudah tidak bersosialisasi lagi karena pada saat itu ketika mendapat tugas buat mengambil jatah takjil dan membagikannya di pengajian masjid, justru ada yang membullyku. Yaaa... Meskipun seperti yang kujelaskan tadi bapak ku seorang Polisi, tetapi dia terlalu mengabaikanku dan tidak membelaku sama sekali. beda dengan bapak temanku yang meskipun dia bukan seorang Polisi tetapi ketika anaknya di Bully dia maju yang paling depan menghadapi pelaku Bully. disitu aku merasa iri ingin banget punya bapak yang peka terhadap anaknya.

Lulus dari SMA aku melanjutkan study di sebuah perguruan tinggi di Jogja. di sana meskipun aku tidak mendapatkan perlakuan bullying tetapi rasa trauma akan bullying yang selama ini aku alami masih tetap membekas. sehingga kadang kali waktu kosong aku terpaksa menyendiri entah kuisi kesibukan dengan mengerjakan tugas, sholat berjamaah atau sekedar keperpustakaan, meskipun pernah diajak kumpul bareng di kantin dekat kosan mereka tapi karena rasa trauma di bullying masa lalu jadi aku memutuskan buat tidak ikut berkumpul lagi.

Kadang kala ada dosen yang bertanya kenapa aku tidak berkumpul dengan yang lainnya, dan aku hanya bisa menjawabnya dengan tersenyum dan lebih baik mengerjakan tugas dengan laptopku.

Kenapa adekku tidak pendiam sepertiku ? Mungkin, karena semua keinginannya selalu terpenuhi, mungkin karena dia anak kedua dan perempuan sehingga tidak jadi pelampiasan amarah orang tuaku, juga dia kan lahir tahun 2003 dimana ekonomi keluarga sudah membaik dan gaji tetap. 

Ya, emang sedih kisah hidupku yang membuatku jadi pendiam seperti ini. aku juga hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar segera mendapatkan pekerjaan tetap yang layak, meskipun sering ikut lomba dan menang dengan hadiah yang lumayan tapi aku butuh banget kerjaan offline yang bisa mengisi hariku, karena di usiaku yang sudah 27 tahun ini aku sudah sangat setress dan depresi menjalani kehidupan, ditambah orang tuaku yang tidak pernah mengajak mengobrol denganku, mereka hanya mengobrol dengan anak kesayangannya. setiap punya makanan selalu diberikan ke anak kesayangannya, misalnya beli nagget ayam 3 bungkus hanya digoreng sendiri, aku tidak pernah dibagi. tidur pun anak kesayangannya masih sama orang tua meskipun usianya sudah 22 Tahun. padahal kalo aku punya uang karena menang lomba dia selalu kuberi, kalo di total pemberianku sudah ada 1 juta lima ratus lebih, beli susu satu kotak pun dia yang minum aku gak disisakan padahal aku yang beli, karena aku sering ikut lomba kadang hadiahnya berupa skin care juga aku kasih ke dia tapi setiap dia punya makanan aku gak pernah dikasih.

Bahkan yang bikin aku kesal dengan adekku yang satu itu adalah saat dia memberikan makanan mie instan tetapi justru di kasih di lantai yang kotor dan banyak debu seperti orang tidak pernah diajarkan etika, seolah-olah ngasih makan kucing. memang dasar manusia ini tidak punya rasa terima kasih dan balas budi. entah otaknya dimana...

senjaperenunganAvatar border
bukhoriganAvatar border
mr.bukyAvatar border
mr.buky dan 4 lainnya memberi reputasi
5
277
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan