Kaskus

Entertainment

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Suami Nikah Lagi dan Membunuh Sang Istri | Kisah Pak Agus dan Bu Diah dari Rawasari
Quote:



Jakarta, 1980.

Waktu itu di daerah Jl. Percetakan Negara, Rawasari, Jakarta Pusat, hidup sepasang suami istri yang ke mana-mana selalu berboncengan naik sepeda motor bebek. Nama pasangan itu adalah Pak Agus dan Bu Diah. Para tetangga pun sampai kagum melihat keharmonisan hubungan suami istri itu.

"Pak Agus dan Bu Diah mesra sekali ya, ke mana-mana selalu bersama."

Begitulah kira-kira ucapan para tetangga Pak Agus dan Bu Diah waktu itu. Pak Agus merupakan kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Jakarta di Kemayoran. Sementara istrinya Ibu Diah adalah guru di TK Trisula Perwari, Jl. Paseban, Salemba, Jakarta Pusat. Setiap hari, Pak Agus dan Bu diah berangkat dan pulang kerja bersama, berboncengan naik sepeda motor bebek.

Nama lengkapnya Agus Naser Atmadiwirja, lahir tahun 1935 di desa Jamblang, Cirebon, Jawa Barat. Dia lulus dari IKIP Negeri Jakarta tahun 1962 sebagai sarjana muda fisika, Pak Agus kemudian mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Jakarta selama puluhan tahun, jabatan terakhirnya adalah kepala sekolah di sekolah tersebut.

Sementara itu istrinya bernama lengkap Diah Hodiah lahir tahun 1943 di Bandung, Jawa Barat, merupakan lulusan sekolah guru taman kanak-kanak tahun 1963. Keduanya sempat menjalin hubungan jarak jauh, saat Bu Diah menempuh pendidikan sekolah taman kanak-kanak di Bandung dan Pak Agus menempuh pendidikan di IKIP Negeri Jakarta. Setelah menikah, Pak Agus membawa istrinya ke Jakarta, mereka lalu dikaruniai 3 anak.

Quote:


Setelah tinggal di Jakarta, banyak tetangga yang kagum akan keharmonisan pernikahan Pak Agus dan Bu Diah, pasalnya setiap kali Bu Diah minta sesuatu pasti dipenuhi. Ke mana-mana selalu diantar. Suatu hari Bu Diah pernah berkata ke tetangganya seperti ini: "Setiap saya bangun pagi, sarapan sudah tersedia di meja makan."Tentu saja para tetangga tambah kagum mendengar cerita itu, dan tak salah menjuluki mereka sebagai pasangan yang harmonis.

Sementara itu, di sekolah Pak Agus dikenal sebagai guru yang galak dan disiplin. Murid-murid menyebutnya sebagai guru yang angker, banyak murid yang takut padanya. Namun, saat di rumah, keangkeran itu hilang.

Di rumah Pak Agus dapat tugas untuk bersih-bersih, memasak, serta menyiapkan makanan untuk anak dan istrinya. Bagi orang-orang apa yang dilakukan Pak Agus terlihat baik banget. Padahal tidak banyak suami yang mau melakukan tugas tersebut. Namun, dia melakukanya tidak dengan suka rela, Pak Agus terpaksa mengerjakan tugas rumah tangga itu karena tekanan Bu Diah.

Sedari awal, Pak Agus tahu, Bu Diah itu orangnya dominan dan suka mengatur, segala permintaannya harus dituruti. Sikap itu yang membuat mereka sering cekcok. Tapi, kalau sudah bertengkar, mereka pindah ke dalam kamar, agar tidak didengar oleh ketiga anaknya dan tetangga.

Quote:


Sebenarnya Pak Agus sudah muak dengan sikap istrinya yang suka mengatur dan memerintah ini dan itu. Tapi, satu hal yang bikin Pak Agus sangat muak adalah saat Bu Diah menolak bermesraan dengannya dalam beberapa tahun terakhir. Awalnya Pak Agus mencoba untuk mengerti situasi itu, dan berpikir mungkin istrinya capek.

Istri Pak Agus ini super aktif dan sibuk, selain jadi guru TK, dia juga menjadi anggota majelis taklim. Ibu Diah juga ikut kegiatan PKK dan menjabat sebagai sekretaris PKK di kelurahan Rawasari. Di RW-nya dia juga ikut kegiatan PKK dan menjabat sebagai bendahara.

Pak Agus tak cuma muak, tapi juga capek. Dirinya setiap hari mengerjakan seluruh tugas rumah tangga, sementara istrinya tak mau diajak berhubungan badan, ditambah mereka sering cekcok. Lengkap sudah penderitaan Pak Agus.

Pernah suatu hari, Pak Agus mengutarakan niat untuk bercerai. Kemudian Bu Diah menjawab seperti ini:

"Kalau kita cerai, aku atau kamu harus mati. Atau kita berdua yang mati bersama."

Mendengar jawaban itu, nyali Pak Agus ciut, dia mundur teratur dan tak berani membahas perceraian lagi dengan istrinya.

Quote:


Begitulah kehidupan sehari-hari Pak Agus, membersihkan rumah, menyiapkan sarapan, sampai mengelap sepatu istrinya, kemudian pergi kerja. Pulang kerja, dia harus segera menyiapkan makan malam. Saat Bu Diah ada acara PKK malam-malam, Pak Agus juga harus siap mengantar mamakai motor bebeknya.

Namun, pada 1981 keadaan di rumah Pak Agus mulai berubah, wajahnya yang setiap hari muram kini berubah cerah seperti matahari pagi. Setiap hari Pak Agus selalu tersenyum. Hal itu dikarenakan Bu Diah membawa perempuan muda dari kampung untuk membantu pekerjaan rumah, mulai dari mencuci sampai memasak.

Nama perempuan itu adalah Saadah, yang biasa diapanggil Adah, usianya 25 tahun, dan statusnya janda. Saadah tinggal di desa Cikangkung, Cisewu, Jawa Barat. Tidak jauh dari Garut. Saadah ini masih punya hubungan saudara dengan Bu Diah.

Quote:


Setelah kehadiran Saadah, hari-hari Pak Agus jadi lebih ceria dan berwarna. Mereka berdua pun semakin dekat. Meski menurut Pak Agus, wajah Saadah biasa saja, tapi dia enak diajak ngobrol. Pak Agus pun mulai kepincut janda muda itu.

Perlahan Pak Agus mulai nyaman dengan Saadah dan semakin kecanduan berdekatan dengannya. Tapi, pria itu mulai waspada, dia tak ingin istri dan anak-anaknya tahu. Dia mencari cara agar bisa terus bertemu Adah.

Akirnya dia ketemu caranya, setelah berangkat kerja, dia akan pulang lagi ke rumah jam 9 pagi; saat itu di rumah hanya ada Saadah. Istrinya kerja, dan anak-anaknya sekolah. Saat hanya berdua di rumah, Pak Agus dan Saadah bermesraan seperti remaja yang baru pertama kali mengenal cinta.

Tak hanya sampai disitu, keduanya juga melakukan hubungan badan. Meski awalnya menolak, Saadah seorang janda yang rindu belaian, akhirnya tak bisa menolak.

Pertemuan rahasia itu dilakukan setiap hari, tanpa sepengetahuan Bu Diah, anak-anak dan tetangga. Jam 9 pagi, jadi waktu yang istimewa bagi Pak Agus dan Saadah.

Quote:


Hubungan rahasia antara Pak Agus dan Saadah berjalan lancar tanpa ketahuan sampai tahun 1982. Setelah setahun menjalin hubungan gelap, Pak Agus merasa bersalah karena terus-terusan berhubungan badan dengan Saadah tanpa ikatan. Akhirnya dia menyuruh Saadah untuk pulang kampung, Saadah menurut, kemudian minta izin ke Bu Diah untuk berhenti, karena lebih suka tinggal di kampung. Saadah pun diizinkan untuk pulang.

Beberapa bulan kemudian tanpa sepengetahuan istri dan anaknya, Pak Agus mengunjungi rumah Saadah di Cikangkung. Dia kemudian menemui ayah Saadah, lalu melamar janda muda tersebut. Tapi, ayah Saadah menolak, karena Pak Agus sudah beristri.

Pantang mundur, beberapa bulan kemudian Pak Agus datang lagi untuk kembali melamar Saadah. Kali ini Pak Agus bicara jujur, hubungan mereka sudah intim seperti suami istri. Jadi, sebaiknya disahkan lewat pernikahan.

Mendengar itu, sang ayah akhirnya merestui pernikahan Saadah dengan Pak Agus. Keduanya menikah pada tahun 1983. Waktu itu Pak Agus memakai Identitas Palsu, yang menyatakan statusnya duda.

Setelah menikah, Pak Agus memboyong Saadah ke Jakarta, kemudian mengontrak rumah untuk wanita itu di Jl. Bangka, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Rumah kontrakan itu lokasinya jauh dari rumahnya di Rawasari, agar tidak ketahuan sang istri.

Quote:


Pak Agus mulai mengatur strategi agar bisa bertemu istri mudanya, kebetulan waktu itu dia juga mengajar pelajaran tambahan di sekolah menengah farmasi yang ada di Salemba, ini bisa dijadikan alasan. Pak Agus kemudian bilang ke Bu Diah, jika dia setiap hari mengajar di sekolah menengah farmasi di Salemba, mulai pagi hingga sore. Padahal aslinya dia hanya mengajar beberapa hari saja dalam seminggu. Dengan alasan itu, Pak Agus bisa sering mengunjungi Saadah di Mampang.

Pada 1988, Saadah hamil, dan melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Taufik. Wajahnya sangat mirip Pak Agus, sehingga dijadikan anak kesayangan. Setelah Saadah melahirkan, terbesit niat untuk membunuh Bu Diah, agar Pak Agus tidak perlu main kucing-kucingan dengan istrinya.

Waktu mendengar rencana itu, Saadah berusaha mecegah dan berkata: "Ceraikan saja, kenapa harus dibunuh ? Kenapa bapak senekat itu ?"

Namun, Pak Agus tetap ingin membunuh Bu Diah. Kemudian Saadah memberi usulan yang lebih aman dan berkata: "Daripada dibunuh, santet saja."

Setelah mendengar usulan istri mudanya, Pak Agus tak jadi membunuh Bu Diah, dia masih memikirkannya lagi. Kehidupan kepala sekolah ini pun kembali berjalan normal.

Quote:


Lima tahun setelah pernikahannya dengan Saadah, mulai dari istri, anak, rekan kerja dan tetangga di Rawasari tak mengetahui hal tersebut. Sementara tetangga Saadah di Mampang cuek saja, saat Saadah bilang dia adalah istri kedua Pak Agus.

Jika kehidupan Saadah di Mampang tenang dan damai, maka kehidupan Bu Diah di Rawasari justru kacau dan semakin hari tambah panas akibat masalah uang. Pak Agus berusia 54 tahun dan segera pensiun, tapi dia tak punya tabungan, belum punya rumah, dan masih mengontrak.

Bu Diah kemudian meminta Pak Agus untuk membeli rumah BTN di Depok Timur sebagai persiapan pensiun. Karena tidak punya uang, mereka minta sumbangan saudara dan mengumpulkan uang sebanyak Rp 1 juta untuk membayar uang muka. Tapi, masih kurang Rp 400 ribu. Pak Agus kemudian usul agar istrinya meminjam uang dari TK Trisula Perwari tempatnya mengajar.

Bu Diah pun kesal mendengar usulan itu dan berkata: "Dasar laki-laki nggak bertanggung jawab !"

Dengan terpaksa Bu Diah menjual kalung emasnya dan meminjam uang ke TK Trisual Perwari untuk melunasi uang muka rumah BTN di Depok Timur. Cekcok tentang uang terus berlanjut setelah itu. Bu Diah sering menanyakan ke mana gaji yang diterima Pak Agus selama ini ? Tapi, Pak Agus beralasan, gajinya sebagai guru memang kecil.

Kebohongan Pak Agus pun mulai terbongkar saat seorang pegawai dari sekolah menengah farmasi datang ke rumahnya pada Februari 1989, dia datang untuk menyerahkan gaji Pak Agus, karena pria itu tidak masuk sekolah karena izin ada urusan. Pak Agus tidak ada di rumah saat itu, si pegawai lalu menyerahkan gaji dan rinciannya ke Bu Diah.

Bu Diah pun melongo melihat rincian gaji Pak Agus yang mengajar pelajaran tambahan di sekolah farmasi, nilainya ternyata cukup besar dari jumlah yang disampaikan kepada dia. Jika ditotal, gaji mengajar di sekolah farmasi dan gaji sebagai kepala sekolah SMA Muhammadiyah 2 Kemayoran jumlahnya Rp 500 ribu. Tapi, Bu Diah cuma menerima Rp 100 ribu per bulan ? Lalu ke mana sisa gajinya ?

Quote:


Bu Diah mulai panas dan siap melabrak suaminya, dia juga mulai curiga jika Pak Agus punya simpanan. Ketika suaminya pulang, dia lalu menanyakan tentang ke mana sisa gajinya selama ini ? Tapi, Pak Agus mengelak dengan berbagai alasan, Bu Diah tidak terima. Hubungan mereka berdua pun semakin memanas setiap harinya.

Pada Kamis, 6 April 1989, sehari sebelum puasa ramadan, Bu Diah ingin ikut pergi ke SMA Muhammadiyah 2 di Kemayoran untuk bertanya ke bagian administrasi mengenai gaji Pak Agus. Tapi, hari itu hujan, Bu Diah batal ikut. Sementara pada Jumat, 7 April, adalah hari pertama puasa, sehingga sekolah libur. Pak Agus pun sedikit tenang hari itu.

Tapi, keesokan harinya pada 7 April, Bu Diah mulai ngomel lagi. Dia kesal karena Pak Agus tak kunjung melunasi pinjaman uang di TK Trisula Perwari, yang dipakai untuk melunasi uang muka BTN. Bu Diah kemudian menyebut Pak Agus laki-laki yang tak bertanggung jawab. Sebuah kalimat yang dibenci Pak Agus. Pria itu mulai kesal karena selalu disalahkan dan direndahkan.

Hari itu, Bu Diah juga minta diantar ke rumah salah satu staf SMA Muhammadiyah, untuk menanyakan rincian gaji suaminya. Pak Agus mulai Panik, kalau gaji aslinya diketahui sang istri, maka reputasinya akan hancur. Dan akan jadi bahan gunjingan satu sekolah serta dikenang sebagai kepala sekolah yang ngibulin istri karena punya simpanan.

Ketika Bu Diah bersiap pergi dan berjalan menuju pintu, Pak Agus mengambil botol berisi semen dan pasir, yang dipakai anaknya untuk latihan sebagai pengganti dumbble. Kebetulan waktu itu ketiga anaknya tidak ada di rumah. Pak Agus lalu memukulkan botol itu ke Bu Diah sampai istrinya roboh ke lantai berlumuran darah.

Bu Diah waktu itu masih sadar dan mencoba melawan, tapi Pak Agus menjambak rambutnya dan membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok. Setelah istrinya tewas, Pak Agus mulai panik. Bagaimana kalau anak-anak dan tetangganya tahu ? Polisi pasti akan datang untuk menangkapnya.

Pak Agus kemudian teringat kasus mutilasi tahun 1981, di mana ditemukan potongan 13 tubuh manusi dimasukan dalam kardus dan di buang di Setiabudi, Jakarta. Kasus itu dikenal sebagai Setiabudi 13. Karena pelaku mutilasi itu tak tertangkap, Pak Agus pun akan lakukan hal serupa pada jasad istrinya. Sebelum itu, dia akan membersihkan bercak darah di lantai rumah.

Quote:


Kepala sekolah itu kemudian menyeret mayat istrinya ke dalam kamar, dan menyembunyikannya di bawah kolong tempat tidur. Selanjutnya dia membersihkan rumah dari bercak darah. Khawatir bau amis tercium dari kamar, dia kemudian membeli dua botol obat nyamuk dan menyemprotkannya di kamar. Kamar lalu dikunci, agar tak ada orang yang masuk.

Saat anak-anaknya pulang dan menanyakan di mana keberadaan sang ibu, Pak Agus menjawab Bu Diah pergi nggak bilang-bilang. Dia kemudian meminta ketiga anaknya untuk mencari sang ibu ke tempat saudara di Rempoa, Ciputat, yang jaraknya jauh dari rumah.

Setelah ketiga anaknya pergi, Pak Agus melanjutkan aksinya dengan mengambil golok dan dua karung bekas beras. Dia lalu memotong mayat istrinya selama dua jam. Wajah dan jari-jarinya dirusak agar susah dikenali.

Bagian tubuh dan telapak tangan dimasukan karung pertama, sementara kepala dan bagian lainnya dimasukan ke karung kedua. Sebenarnya jika punya mobil, Pak Agus bisa membuang mayat istrinya dengan mudah. Tapi, dia cuma punya motor bebek, sehingga terpaksa memutilasi istrinya.

Quote:


Pak Agus menunggu malam untuk membuang jasad istrinya. Ketika jalanan sepi karena orang-orang pergi salat tarawih, dia membawa karung berisi potongan tubuh Bu Diah memakai motor bebeknya. Pak Agus sempat terjatuh dua kali karena takut dan badannya lemas saat membawa karung berisi potongan tubuh Bu Diah.

Karung pertama di buang di jembatan Serong, tepatnya di tepi sungai, dekat kantor kecamatan Cempaka Putih. Karung kedua di buang di Jl. Pemuda di depan IKIP Rawamangun (sekarang Universitas Neger Jakarta), ini adalah kampus Pak Agus dulu. Pak Agus lega, tapi keesokan harinya, Jakarta dibuatnya gempar.

Pada Sabtu pagi, 8 April 1989, di hari kedua puasa, ditemukan 7 potongan tubuh tanpa badan di depan IKIP Negeri Jakarta. Seluruh Jakarta gempar, karena kejadian ini sangat sadis dan jarang terjadi. Penemuan mayat itu pun diberitakan di media cetak dan elektronik.

Polisi yang datang ke lokasi, kemudian membawa jasad ke RSCM (Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), potongan tubuh lalu diautopsi tim forensik yang dipimpin Dr. Abdul Mun'im Idries. Hasil autopsi menunjukan jika korban adalah wanita berumur sekitar 45 tahun, rambut bergelombang yang sebagian memutih, serta ada bekas cat rambut hitam, dan memiliki kulit kuning mulus.

Quote:


Orang-orang yang merasa kehilangan keluarganya mendatangi RSCM untuk melihat jasad tersebut, salah satunya adalah Pak Agus, yang bersandiwara khawatir akan hilangnya sang istri. Dia lalu mengajak ketiga anak dan dua kerabatnya datang ke RSCM pada 18 April 1989.

Saat Dr. Mun'im menunjukan foto jasad korban, anak-anak dan kerabat mengatakan itu mirip Bu Diah. Tapi, Pak Agus menyangkal dan mengatakan jadad itu bukan istrinya. Karena Pak Agus ragu, Dr. Mun'im kemudian mengajaknya melihat langsung potongan kepala jasad itu. Tanpa ekspresi, Pak Agus berkata: "Bukan, itu bukan istri saya."

Dr. Mun'im kemudian meminta Pak Agus menyerahkan foto Bu Diah untuk membandingkan kepala jasad dengan kepala istrinya, Pak Agus pun menyerahkan foto yang diminta. Setelah dicocokkan, tim forensik yakin, jika jasad itu adalah Bu Diah. Polisi mulai menanyai Pak Agus dan keluarga, tapi waktu itu belum mencurigai si kepala sekolah.

Pada 20 April 1989, potongan mayat kembali ditemukan di Tanjung Priok, yepatnya di Dermaga Kolinlamil (Komando Lintas militer). Kemungkinan mayat terbawa arus dari sungai di jembatan Serong. Anak Pak Agus kemudian mengidentifikasi mayat itu sebagai Bu Diah, berdasarkan pakaian yang digunakan.



Lanjut post #2 emoticon-Ngacir





Referensi: 1| 2 | 3
bukhoriganAvatar border
shast777Avatar border
benche87Avatar border
benche87 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
605
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan