Indonesia mengalami cemaran Cesium-137 (Cs-137), sebuah isotop yang bersifat radioaktif dan dapat menyebabkan mutasi DNA, kanker, hingga kematian jika terpapar dalam dosis tinggi. Menyedihkannya lagi, informasi ini baru diketahui dari laporan FDA Amerika Serikat yang menyatakan bahwa zat tersebut ada pada udang dan cengkeh yang diimpor dari Indonesia, bukan dari pemerintah kita sendiri.

Mirisnya, berdasarkan laporan terbaru, ditemukan fakta bahwa cemaran Cs-137 di wilayah Cikande, Banten mencapai 875.000 kali lipat dari paparan radiasi alamiah, atau kadar radiasi normal yang umum ditemukan di sekitar kita. Itu artinya kadar cemaran yang ditemukan di Banten sangatlah tinggi dan mengancam kesehatan warga. Ada dugaan bahwa sumber radiasi tersebut berasal dari peleburan besi tua impor asal Filipina yang dilakukan oleh PT Peter Metal Technology (PMT).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus ini, mulai dari upaya relokasi, pemusnahan hewan yang terpapar radiasi, hingga upaya dekontaminasi di wilayah-wilayah tercemar radiasi. Meskipun begitu, kejadian ini menjadi penanda lemahnya pengawasan pemerintah terhadap impor barang, proses produksi, hingga pengawasan terhadap limbah industri yang berpotensi mencemari lingkungan, baik dalam zat radioaktif maupun zat lainnya.

Semoga saja kasus ini menjadi pembelajaran bagi pihak-pihak terkait untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat pada masuknya bahan berbahaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan limbah industri di seluruh Indonesia. Langkah-langkah preventif, seperti pemeriksaan rutin terhadap bahan impor, pemantauan lingkungan secara berkala, dan edukasi publik tentang bahaya radiasi, menjadi sangat penting agar kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan tetap terlindungi.

Sumber gambar: https://news.detik.com/foto-news/d-8...hkan-sementara