Kaskus

News

jaguarxj220Avatar border
TS
jaguarxj220
Bank Sulit Pangkas Bunga Kredit, BI Tinjau Rencana Bisnis Bank
Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan akan kembali meninjau rencana bisnis bank (RBB) guna melihat komitmen perbankan dalam penyusunan rencana pertumbuhan kredit, seiring dengan masih lambatnya penurunan suku bunga kredit.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Irman Robinson mengatakan, langkah itu dilakukan lantaran suku bunga kredit perbankan saat ini masih belum sejalan dengan penurunan BI Rate yang sudah mencapai 125 basispoin (bps).

"Memang suku bunga kredit masih terbatas," ujar Irman lewat video daring dalam diskusi dengan wartawan di Bukit Tinggi, Jumat (24/10/2025). "Kita akan melihat seperti apa perbankan membentuk atau menyusun komitmen pertumbuhan kredit mereka," imbuhnya menegaskan.

Irman lantas mengatakan bahwa penyebab lambatnya penurunan suku bunga perbankan tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya ada pertumbuhan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang masih rendah.

Begitu juga dengan kredit konsumsi yang masih tumbuh di bawah 5%, tepatnya per September 2025 juga hanya mencapai 2,53% dari total fasilitas pinjaman yang disediakan. Angka itu juga hanya tumbuh kecil sejak 2019 yang stagnan di level kisaran 2% saja.

Selain itu, lanjut dia, posisi suku bunga dana pihak ketiga (DPK) special rate (SR) kepada deposan juga juga tercatat masih cukup tinggi sebesar 26,3% dari total DPK, atau mencapai Rp2.549,8 triliun.

"Ini yang kita perlu menjadi perhatian kita bersama," tutur dia."Ini yang membuat memang transmisi suku bunga perbankan kita cenderung terbatas."

BI sebelumnya memang telah kerap kali mendesak perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan suku bunga deposito, sejalan dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh bank sentral, serta penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di perbankan.

Gubernur BI Perry Warjiyo memandang penurunan suku bunga perbankan perlu didorong seiring dengan kondisi suku bunga acuan atau BI Rate yang sudah menurun hingga 150 basispoin (bps) sejak September 2024 dan ekspansi likuiditas moneter BI.

Dia menyebutkan penurunan suku bunga kredit perbankan berjalan sangat lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05% pada September 2025.

Dibanding penurunan BI-Rate sebesar 150 bps, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun sebesar 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025. "Penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat," tegas Perry.

Padahal, dalam perkembangannya, Suku bunga INDONIA sudah turun 204 bps dari 6,03% pada awal 2025 menjadi 3,99% pada 21 Oktober 2025.

Selain itu, suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun masing-masing sebesar 251 bps, 254 bps, dan 257 bps sejak awal 2025 menjadi 4,65%, 4,67%, dan 4,70% pada 17 Oktober 2025.

Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun bahkan telah menurun sebesar 218 bps dari 6,96% pada awal 2025 menjadi 4,78% pada 21 Oktober 2025, sementara untuk tenor 10 tahun menurun sebesar 132 bps dari tingkat tertinggi 7,26% pada pertengahan Januari 2025 menjadi 5,94%.

https://www.bloombergtechnoz.com/det...a-bisnis-bank/


Karena permasalahan terbesarnya bukan gara2 bunga.

Karena faktor risiko kredit yg meningkat.
Gagal bayar kredit retail itu tinggi.

Terutama di kredit kendaraan.
Temuan dari auditor leasing, banyak motor/mobil gagal bayar yang nggak bisa ditarik. Digelapkan atau dijual ke ormas2.

Pasar KPR juga lesu, se-irama dengan pasar properti yg udah overprice.

Kredit perusahaan pun sama, penjualan flat saja.

Makanya perbankan beli SBN, bunga kecil, tapi risiko nyaris nol.
Terlihat di harga SBN yg naik tajam beberapa minggu ini.

soelojo4503Avatar border
soelojo4503 memberi reputasi
1
316
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan