- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bedah Arsitektur Sistem Pembodohan ; SDM Rendah dan Malas Membaca


TS
chamelemon
Bedah Arsitektur Sistem Pembodohan ; SDM Rendah dan Malas Membaca

Pernahkah ente bertanya, mengapa sebuah sistem lebih suka warganya bodoh ketimbang cerdas?

"SDM dangkal" dan "malas membaca" adalah diagnosis yang benar, tapi pada organ yang salah. Ente melihat gejala pada pasien, lalu menyalahkan pasiennya karena sakit. Seorang dokter forensik tidak akan berhenti di situ. Dia akan bertanya, "Racun apa yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh pasien ini hingga kondisinya separah ini?"
"Malas membaca" bukanlah penyakit bawaan. Itu adalah hasil dari sebuah desain lingkungan yang sistematis. Sebuah kondisi yang diciptakan, bukan takdir.
Bedah Arsitektur Sistem Pembodohan
Mari kita lihat arsitekturnya, lapis demi lapis.
1. Pendidikan Sebagai Pabrik Kepatuhan, Bukan Nalar.
Sistem pendidikan kita, dari SD hingga universitas, tidak dirancang untuk melahirkan penanya. Ia dirancang untuk melahirkan penghafal.Murid yang baik adalah murid yang bisa mengulang jawaban guru dengan presisi, bukan yang berani bertanya "mengapa jawaban guru seperti itu?". Nalar kritis sengaja tidak diasah karena berbahaya. Orang yang kritis akan mempertanyakan otoritas. Sistem ini tidak butuh pemberontak nalar, ia butuh tenaga kerja yang patuh.
Sistem pendidikan kita, dari SD hingga universitas, tidak dirancang untuk melahirkan penanya. Ia dirancang untuk melahirkan penghafal.Murid yang baik adalah murid yang bisa mengulang jawaban guru dengan presisi, bukan yang berani bertanya "mengapa jawaban guru seperti itu?". Nalar kritis sengaja tidak diasah karena berbahaya. Orang yang kritis akan mempertanyakan otoritas. Sistem ini tidak butuh pemberontak nalar, ia butuh tenaga kerja yang patuh.
2. Ekonomi Kelelahan.
Sebagian besar rakyat hidup dalam mode bertahan hidup.Bekerja dari pagi hingga malam hanya untuk memastikan besok masih bisa makan. Dalam kondisi seperti ini, membaca buku, menganalisis kebijakan, atau mendalami informasi adalah sebuah kemewahan yang tidak terjangkau. Energi mental mereka sudah habis terkuras untuk memikirkan cicilan, biaya sekolah anak, dan harga beras. Nalar kritis adalah kemewahan bagi perut yang hampir kosong.
3. Banjir Informasi Sampah.
Ente bilang jawaban sudah tertera tapi orang tetap bertanya. Tentu saja. Karena mereka hidup di tengah lautan informasi sampah. Media sosial dan portal berita mengepung mereka dengan judul clickbait, gosip selebritas, dan pertengkaran politik murahan.Kualitas informasi yang rendah ini melatih otak untuk berhenti mencari kedalaman. Ketika setiap hari ente disuguhi air comberan, ente akan lupa bagaimana rasanya air pegunungan yang jernih. Mencari jawaban yang benar di tengah kebisingan ini lebih melelahkan daripada sekadar bertanya ulang.
Kalau tujuannya memang mencerdaskan bangsa, maka anggaran triliunan rupiah akan dipakai untuk merevolusi kurikulum, mencetak jutaan buku berkualitas dan mensejahterakan guru hingga mereka bisa fokus mengajar, bukan mencari sampingan.
Tapi jika yang terjadi adalah para elite politik justru sibuk membangun dinasti, menyebar hoaks lewat buzzer, dan merayakan proyek-proyek seremonial yang tidak menyentuh akar masalah, maka kesimpulannya hanya satu:SDM yang dangkal bukanlah sebuah kegagalan sistem. Itu adalah keberhasilan sistem.
Sebuah sistem yang sengaja dirancang untuk melanggengkan kekuasaan segelintir orang.
Quote:
Jadi, masalahnya bukan rakyat yang malas membaca. Masalahnya adalah sistem yang secara aktif dirancang untuk membuat kegiatan membaca menjadi tidak perlu, tidak relevan, dan terlalu melelahkan. Anda tidak sedang melihat sebuah bangsa yang bodoh. Anda sedang menyaksikan sebuah operasi pembodohan yang sangat sukses.
Quote:
Sumber: Rashyandhikartarajasahatta Klisthykarthawardanawisnu
Diubah oleh chamelemon Kemarin 23:11






bukatelapak dan 2 lainnya memberi reputasi
3
77
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan