- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
- Journal Ceritaku | Ambil Kendali Waktumu 


TS
Dheaafifah
Journal Ceritaku | Ambil Kendali Waktumu
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat datang di thread kali ini. Kalau kamu sampai di tulisan ini, yakinlah itu bukan kebetulan. 
Aku pernah terperangkap dalam siklus hidup yang terasa autopilot, di mana hari-hari berlalu begitu saja baru bangun tidur, sudah harus bergegas kerja atau kuliah, tahu-tahu sore, dan malam hanya dihabiskan untuk rebahan sambil scrollingHP hingga tertidur, yang berujung pada rasa cemas karena hidup terasa kosong. Aku selalu bertanya-tanya, mengapa waktu 24 jam ini terasa cepat habisnya dan mengapa orang sukses terlihat jauh lebih produktif dan hidupnya lebih berarti, padahal kami semua memiliki jatah waktu yang sama? Kegelisahan mendalam ini yang mendorongku mencari jawaban dan akhirnya menemukan sebuah buku klasik yang sangat nyentil dan relevan: "How to Live on 24 Hours a Day" karya Arnold Bennett. 

Gambar : Generate Gemini AI
Buku yang terbit lebih dari seabad lalu ini mengajarkan sebuah esensi fundamental: masalahnya bukan kekurangan jam, melainkan kegagalan kita untuk benar-benar hidupdalam 24 jam itu, karena waktu, menurut Bennett, adalah satu-satunya harta paling adil dan paling berharga yang tak bisa dibeli kembali, jauh lebih berharga daripada uang. Aku mulai jujur pada diriku sendiri dan menyadari bahwa waktuku sering bocor pelan-pelan seperti ember bolong menghabiskan waktu untuk scrolling tanpa sadar, menonton drama berlebihan, atau sekadar bengong menunggu, yang jika dikumpulkan bisa menghilangkan 2 hingga 3 jam setiap hari, atau setara dengan sebulan penuh yang hilang tanpa arah dalam setahun; waktu-waktu kecil ini, yang sering kita remehkan, sebenarnya adalah modal hidup yang bisa digunakan untuk pengembangan diri.
Bennett menamparku dengan kenyataan bahwa banyak dari kita hanya "hadir" alih-alih benar-benar hidup, terjebak dalam rutinitas kerja, cari duit, dan bayar tagihan, sehingga kehilangan kesempatan untuk merasakan arti hidup yang penuh. Dia menegaskan bahwa setelah 8 jam kerja dan 8 jam tidur, kita masih memiliki sisa 8 jam lagi, yang ironisnya, sering dibiarkan habis karena rasa lelah yang sebetulnya bukan lelah fisik, melainkan kelelahan pikiran, yang membuat kita lari ke hiburan instan dan pasif. Di sinilah kunci utamanya: Bennett mengajakku untuk merebut kembali waktu pribadiwaktu yang tidak diatur kantor, dosen, atau tuntutan hidup dan menjadikannya waktu yang murni untuk diri sendiri, untuk hal-hal yang membuatku berkembang atau sekadar membuat hati lebih penuh. 
Aku belajar bahwa ini tidak berarti harus meninggalkan rutinitas wajib, melainkan menyisihkan waktu, bahkan sesingkat 1 jam, untuk membaca, menulis, belajar skillbaru (seperti desain atau bahasa asing), atau sekadar merenung, yang jika dilakukan konsisten, dalam setahun akan menghasilkan perubahan signifikan, membuktikan bahwa alasan "tidak punya waktu" hanyalah dalih.
Lalu, Bennett mengajarkanku untuk tidak pernah meremehkan kekuatan waktu receh, waktu-waktu kecil yang berserakan di sela rutinitas dia menantangku untuk memanfaatkan 10-20 menit saat di perjalanan atau saat menunggu, untuk melakukan aktivitas yang membangun, seperti membaca beberapa halaman buku atau melatih fokus pikiran, yang dia sebut sebagai latihan mengontrol otak karena semua yang kita rasakan berawal dari otak kita, dan kemampuan mengendalikan pikiran adalah elemen kunci dari keberadaan yang utuh. 
Aku pun mulai mempraktekkan "menabung waktu receh" ini; waktu 20 menit saat menunggu bus, yang biasanya kuhabiskan scrolling, kini kugunakan untuk membaca beberapa bab buku, dan akumulasinya sungguh luar biasa aku bisa menamatkan belasan buku dalam setahun hanya dari waktu-waktu yang dulunya kubuang. Bennett membandingkannya dengan menanam pohon: jika ingin langsung melihat pohon besar, kita akan frustrasi, tetapi jika kita menikmati proses menyiramnya setiap hari, tanpa disadari pohon itu akan tumbuh menjulang.
Tentu saja, muncul pertanyaan: bagaimana cara memulainya tanpa burnout? Bennett mengajarkan kuncinya adalah realistis, bukan membuat jadwal kaku atau target yang terlalu tinggi. Dia mengingatkanku untuk mencari konsistensidalam langkah kecil yang bahkan terasa absurdly slow, bukan target besar yang berhenti di tengah jalan. Aku belajar untuk merebut kembali waktu malam hari (hidup keduaku), di mana setelah jam 5 sore hingga jam 10 malam, aku menganggapnya sebagai waktu bebas yang tidak boleh diganggu urusan kantor. 
Daripada langsung rebahan, Bennett menantangku untuk menyisihkan 90 menit (satu setengah jam) untuk "studi serius" membaca buku yang memperkaya pikiran atau mengejar spesialisasi berdasarkan minat terdalamku kemudian dilanjutkan dengan waktu untuk refleksi diri. Bennett menegaskan, orang yang konsisten melakukan ini akan merasa hidupnya meluas, karena mereka hidup dua kali lipat: satu kali sebagai pekerja, dan satu kali sebagai manusia yang bertumbuh di luar jam kantor, yang pada akhirnya akan memiliki kekayaan batin yang tak ternilai. Dia juga menasihatiku untuk tidak menjadi budak program fleksibilitas tetap diperlukan, tetapi program harus cukup kaku untuk bisa disebut program. Aku harus berhati-hati agar tidak terlalu ambisius di awal (jangan mencoba melakukan terlalu banyak), karena kegagalan awal dapat membunuh dorongan vitalitas.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini mengubah mindset, memanfaatkan waktu kecil, fokus pada konsistensi kecil, dan merebut kembali malam hari untuk pengembangan diri aku berhasil keluar dari mode autopilot. Aku berhenti membiarkan rutinitas mengendalikan penuh hidupku. Aku mulai merasa hidupku lebih bermakna karena setiap menitnya diisi dengan kesadaran dan tujuan. 
wasslamau'alaikum wr wb.

Gambar : Google
Merampas kendali atas 24 jam ini adalah langkah paling inspiratif yang pernah kuambil. Sekarang, aku tahu bahwa kunci untuk hidup yang lebih produktif dan berarti bukan terletak pada mencari waktu tambahan yang mustahil, tetapi pada penggunaan sadaratas waktu yang sudah kita miliki. Aku ingin kamu tahu, jika aku bisa, kamu juga pasti bisa: mari kita mulai dari hal sederhana hari ini, dan pastikan 24 jam kita bukan cuma lewat, tapi benar-benar dijalani dengan sadar.
Sumber buku bacaan : How to Live on 24 Hours a Day
Diubah oleh Dheaafifah 20-10-2025 11:10
0
26
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan