Kaskus

Entertainment

thumb142Avatar border
TS
thumb142
Antara Pencipta dan Mesin: Royalti di Dunia Musik AI
Antara Pencipta dan Mesin: Royalti di Dunia Musik AI

TAKE IT OR LEAVE IT


Perkembangan teknologi membawa dunia musik ke babak baru. Kalau dulu kita hanya mengenal musisi, komposer, dan produser di balik setiap lagu, kini ada satu nama tambahan: Artificial Intelligence.Platform seperti Producer.AI mulai dikenal luas karena kemampuannya membantu proses kreatif — dari membuat beat, aransemen, sampai mastering hanya dengan prompt.
Namun muncul pertanyaan besar: Siapa sebenarnya “memiliki” musik yang dibuat bersama AI, dan bagaimana nasib royalti di tengah dunia yang mulai otomatis ini?

Realita Royalti Musik di Indonesia

Sebelum bicara soal AI, kita perlu menengok dulu kondisi musik di tanah air. Sampai hari ini, sistem royalti musik di Indonesia masih jauh dari ideal. Banyak musisi dan penulis lagu kesulitan mendapatkan hak mereka secara adil karena masalah data, transparansi, dan birokrasi.
Beberapa fakta yang sering terjadi:
Lagu diputar di banyak tempat tanpa laporan pemakaian yang jelas.
Komposer independen sering tak tahu bagaimana melacak pendapatan dari streaming.
Sistem pencatatan masih terfragmentasi — belum semua pihak tersinkronisasi dengan LMKN, publisher, atau platform digital.
Akibatnya, banyak karya luar biasa yang berakhir tanpa imbalan sepadan. Bagi musisi kecil atau indie, situasi ini terasa seperti berkarya di ruang sunyi: didengar, tapi tak dihargai secara finansial.

Producer.AI: Alat yang Bukan Hanya Kreatif, Tapi Transparan

Di tengah kerumitan itu, platform seperti Producer.AI hadir bukan cuma membantu menciptakan musik — tapi juga memperkenalkan workflow yang lebih bersih dan terstruktur. Setiap proses di Producer.AI terekam dengan jelas: prompt, versi render, revisi, hingga siapa yang memberi arah kreatif.
Kalau dipakai dengan benar, ini justru bisa:
Membantu pencatatan metadata dan hak cipta secara otomatis.
Menjadi bukti digital (audit trail) untuk siapa pencipta utama dan siapa yang sekadar asisten (AI).
Mempercepat produksi tanpa harus kehilangan kendali atas kepemilikan karya.
Dengan begitu, AI bukan pengambil peran, tapi penata struktur.

AI Hanya Alat, Jiwa Tetap di Manusia

Producer.AI hanyalah alat bantu yang cerdas. Ia bisa menyusun harmoni dan ritme, tapi tidak bisa menciptakan makna. Ide, lirik, dan arah emosional lagu tetap lahir dari manusia.
Jadi selama manusia yang mengarahkan dan mengambil keputusan kreatif, hak cipta dan royalti tetap di tangan kita.
Contoh dalam proyek SN_23 x ALT_A1903:
Composer / Songwriter: SamNaya (SN_23)
Producer / Arranger: ALT_A1903 (dibantu Producer.AI sebagai tools produksi)
Copyright (Composition): © 2025 SamNaya (SN_23) – All Rights Reserved
Copyright (Sound Recording): ℗ 2025 SN_23 x ALT_A1903
Ini adalah bentuk transparansi dan kemandirian kreatif yang bisa ditiru oleh musisi lain.

Menuju Ekosistem Musik yang Lebih Jujur

Bayangkan jika semua musisi — baik konvensional maupun yang memanfaatkan AI — mulai menerapkan sistem metadata yang transparan, rapi, dan terhubung. Royalti bisa dibagi otomatis berdasarkan peran masing-masing (composer, lyricist, arranger).
AI seperti Producer.AI sebenarnya bisa membantu Indonesia menuju ekosistem musik yang lebih adil. Ia bisa jadi alat dokumentasi kreatif, bukan pesaing manusia.

Refleksi Pribadi


Bagi kami di SN_23 x ALT_A1903, Producer.AI bukan ancaman. Ia adalah jembatan antara ide dan realisasi — antara rasa dan bentuk. Teknologi tidak menggantikan makna, hanya mempercepat jalan menuju karya.


Musik yang jujur akan selalu menang. Karena pada akhirnya, bukan seberapa canggih kamu membuat lagu — tapi seberapa tulus kamu menciptakannya.


#SN_23 @ALT_A1903 "Musik lahir dari rasa, bukan sekadar data."

Agan/sista ada yang udah nyobain belum nih?

0
65
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan