- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Aneurisma Aorta Perut, Penyebab Kematian Mendadak


TS
aurora..
Aneurisma Aorta Perut, Penyebab Kematian Mendadak
Shalom!

Selamat malam kalian semuanya!

Ketemu lagi dengan saya, Miss Rora!

Pada kesempatan yang sangat berharga ini, saya akan menjelaskan tentang aneurisma aorta perut sebagai penyebab kematian mendadak

Quote:
Pengertian
Aneurisma adalah pelebaran abnormal pada dinding arteri, sehingga dinding arteri itu menjadi lemah dan menonjol (mirip varises, tetapi terjadi di arteri). Jika terjadi di aorta (arteri besar yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh), ini disebut aneurisma aorta. Lokasi paling umum untuk aneurisma aorta adalah di bagian perut, khususnya di segmen aorta yang terletak di bawah arteri ginjal.
Aneurisma aorta perut secara medis didefinisikan bila diameter aorta perut membesar lebih dari 1,5 kali ukuran normal (biasanya di atas 3 cm).
Karena dinding aorta memiliki tiga lapisan (intima, media, adventitia), aneurisma yang benar adalah pelebaran yang melibatkan ketiga lapisan dinding arteri.
Quote:
Epidemiologi
1. Aneurisma aorta (termasuk aneurisma aorta dada dan perut) diperkirakan menyebabkan antara 150 ribu hingga 200 ribu kematian per tahun di seluruh dunia.
2. Prevalensi aneurisma aorta perut pada pasien yang berusia di bawah 79 tahun kurang lebih sekitar 0,9% dalam populasi umum.
3. Dari data global, kematian akibat aneurisma aorta meningkat, dari sekitar 95000 kematian pada tahun 1990 menjadi sekitar 172000 pada tahun 2019.
4. Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, aneurisma aorta perut sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan USG atau CT Scan untuk keperluan lain.
5. Pada kasus kematian mendadak, pecahnya aneurisma aorta perut diperkirakan menyumbang sekitar 4 sampai 5 persen dari seluruh kasus kematian mendadak.
6. Sebuah penelitian retrospektif di Inggris menyebutkan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami pecah aorta di perut meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
7. Penelitian oleh Chan et al (2019) menyebutkan bahwa banyak kematian karena aneurisma aorta perut bisa dicegah apabila ada program skrining terstruktur.
Jadi, epidemiologi menunjukkan bahwa aneurisma aorta perut adalah kondisi yang tidak terlalu langka, dan sering tidak terdeteksi dini hingga terlambat.
Quote:
Mengapa Tanpa Gejala?
Salah satu teka-teki klinis paling menarik sekaligus menakutkan adalah mengapa seseorang bisa memiliki aneurisma besar, tetapi tidak menyadarinya hingga akhirnya benar-benar pecah.
Mengapa aneurisma sulit terdeteksi?
1. Pertumbuhan lambat dan adaptasi biologis
Aneurisma biasanya berkembang secara perlahan (bertahun-tahun). Tubuh dan jaringan di sekitarnya bisa menyesuaikan dengan sangat rapih dan halus, sehingga penderita tidak merasakan gejala apapun.
2. Lokasi di perut bagian belakang
Aorta perut berada di ruang di belakang rongga perut. Jika terjadi pelebaran atau perdarahan awal, darah bisa “tertahan” di rongga di belakang perut tanpa langsung tumpah ke rongga perut, sehingga rasa sakit mungkin sangat sedikit atau tidak ada gejala khusus.
3. Tidak ada saraf rasa sakit yang sensitif di dinding aorta
Dinding arteri, terutama lapisan tengah dan adventitia, memiliki sedikit reseptor rasa sakit. Sehingga, tekukan dan peregangan yang perlahan mungkin tidak “terdeteksi” oleh sistem saraf sebagai rasa sakit yang signifikan.
4. Tidak adanya gejala khas hingga kondisi kritis tercapai
Jika aneurisma belum pecah atau belum mengganggu struktur sekitar, tidak ada gejala spesifik yang signifikan. Hanya ketika dinding melemah berat atau mulai robek, gejala muncul, tetapi saat itu sudah terlambat.
3. Adanya “faktor penahan” sementara
Terkadang, terdapat darah beku pada permukaan dinding aneurisma yang bertindak sebagai penahan sementara terhadap tekanan tinggi. Namun, kehadiran darah beku juga bisa memperburuk distribusi tekanan lokal pada dinding aneurisma.
4. Variasi anatomi dan ruang jaringan di sekitarnya
Jika aneurisma tumbuh ke arah yang “bebas” (tidak menekan saraf di organ penting), bisa sama sekali tidak memunculkan gejala seperti rasa sakit di perut, benjolan, atau kembung.
5. Kurangnya kesadaran dan pemeriksaan rutin yang terbatas
Banyak orang tidak melakukan pemeriksaan CT Scan atau USG jika tidak ada gejala. Sehingga aneurisma besar bisa tidak terdiagnosis.
Karena kombinasi faktor-faktor tersebut, banyak aneurisma besar (bahkan hingga di atas 5 atau 6 cm) dibiarkan dalam kondisi parah tanpa disadari, sampai akhirnya pecah.
Bukti bahwa aneurisma sering tidak bergejala
Dalam artikel ilmiah yang ditulis oleh Aggarwal et al (2011), disebutkan bahwa pecahnya aneurisma aorta di perut adalah salah satu keadaan gawat darurat medis paling dramatis, dan sebagian besar pasien dengan pecah aneurisma aorta di perut meninggal sebelum memperoleh penanganan medis.
Di Medscape, disebutkan bahwa aneurisma aorta di perut biasanya tanpa gejala dan sering ditemukan secara kebetulan selama pemeriksaan pencitraan untuk tujuan lain.
Dalam sebuah artikel ilmiah dari Korea yang ditulis oleh Cho et al (2023), ditegaskan bahwa aneurisma aorta, meskipun biasanya tanpa gejala, dapat merusak suplai darah ke organ-organ tubuh penting karena perdarahan hebat, sehingga memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Quote:
Patofisiologi
Mekanisme
Aneurisma terbentuk karena keseimbangan antara tekanan dari dalam arteri dan kekuatan dinding arteri tidak seimbang akibat berbagai mekanisme. Beberapa mekanisme utamanya, antara lain:
1. Peradangan lokal
Sel kekebalan tubuh (makrofag, neutrofil, limfosit) yang menyusup ke dinding aorta memicu produksi sitokin, perantara peradangan, dan enzim protease yang merusak komponen penyusun pembuluh darah (kolagen dan elastin).
2. Disfungsi sel otot polos vaskuler
Sel otot polos dinding aorta bisa mengalami apoptosis (kematian sel terprogram) atau perubahan fenotip (peralihan dari keadaan kontraktil ke sintetis), sehingga tidak lagi memproduksi kolagen dan elastin yang memadai untuk menjaga kekuatan dinding pembuluh darah.
3. Degradasi kolagen dan elastin
Enzim seperti MMP-2, MMP-9, dan enzim proteolitik lainnya memecah serat elastin dan kolagen yang menguatkan dinding pembuluh darah. Hilangnya integritas ini membuat dinding lebih rentan menipis dan meregang.
4. Stres oksidatif
Radikal bebas, stres oksidatif, dan radikal nitrogen memberikan tekanan yang mempercepat kerusakan molekuler dan memicu peradangan dan kerusakan sel.
5. Neovaskularisasi
Pembuluh darah baru bisa tumbuh ke dalam dinding aneurisma dan meningkatkan permeabilitas, sehingga menyebabkan perdarahan kecil dan peradangan lokal berkepanjangan.
6. Interaksi sel-sel dan komunikasi antar sel
Komunikasi antara sel dinding bagian dalam pembuluh darah, sel otot polos, fibroblas, dan sel kekebalan tubuh melalui perantara lokal (misalnya faktor pertumbuhan TGF beta, kemokin, interleukin) berperan dalam perkembangan aneurisma.
7. Tekanan pada dinding pembuluh darah dan faktor mekanika
Dalam kasus aneurisma, bentuk dinding pembuluh darah menjadi tidak homogen. Tekanan pada dinding pembuluh darah menjadi lebih besar di area lengkungan atau tonjolan. Tekanan yang tidak seimbang ini menyebabkan terbentuknya titik lemah yang lebih rawan robek atau pecah.
Peningkatan tekanan darah internal memperbesar tegangan pada dinding pembuluh darah. Semakin besar diameter dan semakin tipis dinding, semakin besar tegangan internal. Sebaliknya, jika ketebalan dinding menurun, dinding lebih rentan terhadap robekan di bawah tekanan yang sama.
Oleh karena itu, ukuran aneurisma dan ketebalan dinding merupakan parameter penting dalam memprediksi risiko robekan.
Umumnya, aneurisma dengan diameter di atas 5,5 sampai 6,0 cm dianggap memiliki risiko tinggi untuk robek, dan disarankan untuk dioperasi secara elektif.
Namun, ukuran saja tidak cukup. Laju pertumbuhan, bentuk aneurisma (sakuler atau fusiform), adanya bekuan darah di arteri, dan kurva kelengkungan pembuluh darah juga bisa menentukan risiko.
Beberapa penelitian molekuler mencoba mencari biomarker prediktif (misalnya MMP tinggi dan perantara peradangan). Namun, hingga saat ini, belum ada obat atau marker tunggal yang secara klinis digunakan untuk mencegah pecahnya aneurisma aorta.
Proses terjadinya pecah aneurisma
Fase 1: Retakan kecil dan perdarahan di dalam dinding pembuluh darah
Dalam beberapa kasus, dinding aneurisma mengalami robekan kecil atau perdarahan di dalam dinding pembuluh darah, yang belum cukup kuat untuk memecahkan dinding luar. Ini bisa memicu denyutan ringan yang sering diabaikan atau bahkan tidak terdeteksi. Penelitian kadang menyebut “high attenuation crescent sign” pada CT Scan sebagai tanda perdarahan yang bisa menjadi tanda-tanda pecahnya aneurisma aorta di masa yang akan datang.
Fase 2: Pelebaran hematoma dan rambatan robekan
Jika robekan kecil membesar, hematoma bisa melebar ke adventitia atau melewati seluruh dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan kecil ke ruang di bagian belakang rongga perut. Proses ini bisa sangat cepat, dalam hitungan menit ke jam.
Fase 3: Terganggunya hemodinamik dan syok hipovolemik
Saat aneurisma aorta benar-benar pecah, darah keluar dalam jumlah yang sangat banyak ke rongga di bagian belakang perut. Volume darah hilang secara besar-besaran, tekanan darah turun drastis, suplai darah ke organ-organ penting terganggu, dan akhirnya terjadi kehabisan darah (syok hipovolemik). Tanpa penanganan segera (operasi darurat), kematian karena kehabisan darah nyaris tidak bisa terhindarkan.
Konsekuensi lanjutan
Pada banyak kasus, korban tidak sempat mencapai rumah sakit atau meninggal dalam perjalanan, karena kehabisan darah yang begitu cepat. Pada kasus korban yang sempat sampai ke UGD, perawatan harus dilakukan dalam hitungan menit, mulai dari transfusi darah dalam jumlah banyak, bedah pembuluh darah, penghentian perdarahan, dan resusitasi agresif.
Menurut Medscape, sekitar 65 persen pasien pecah aneurisma aorta perut meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, dan setelah terjadi diagnostik dan pembedahan, kematian di rumah sakit masih di kisaran 35 sampai 45 persen.
Dalam sebuah ulasan komprehensif oleh Aggarwal et al (2011), disebutkan bahwa pecahnya aneurisma aorta perut adalah keadaan gawat darurat medis dramatis dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Sebuah artikel ilmiah yang ditulis oleh Yamanouchi (2023), menyebutkan bahwa pecahnya aneurisma aorta perut berkontribusi terhadap 4 sampai 5 persen kasus kematian mendadak, dan hampir sebagian pasien meninggal dunia sebelum pertolongan medis sempat datang.
Sebuah laporan kasus dari jurnal forensik melaporkan ada kasus korban pingsan lalu meninggal di UGD, dilakukan otopsi, dan rupanya terjadi perdarahan hebat karena pecahnya aneurisma di aorta perut yang menjadi penyebab utama kematian mendadak.
Dengan demikian, perjalanan penyakit aneurisma dari tanpa gejala ke kematian mendadak menjadi masuk akal dari sisi biologi dan fisika medis.
Quote:
Faktor Risiko
Faktor risiko pembentukan aneurisma aorta perut
1. Usia lanjut: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
2. Jenis kelamin laki-laki: Pria lebih rentan terkena aneurisma aorta perut dibandingkan wanita (rasio berkisar antara 3 sampai 6 kali).
3. Merokok.
4. Hipertensi (tekanan darah tinggi).
5. Aterosklerosis dan lemak darah berlebihan.
6. Riwayat keluarga dan faktor genetik.
7. Obesitas atau indeks massa tubuh tinggi.
8. Penyakit pembuluh darah lainnya, seperti penyakit arteri perifer, penyakit jantung koroner, atau stroke.
9. Adanya kelainan jaringan ikat (meskipun lebih sering menyebabkan aneurisma aorta dada), seperti sindrom Marfan atau sindrom Ehlers–Danlos.
10. Diabetes mellitus: Beberapa penelitian menyebutkan bahwa diabetes mellitus mungkin berhubungan dengan risiko aneurisma aorta perut yang sedikit lebih rendah (mekanismenya masih belum jelas). Namun, ini tidak menjadi alasan untuk tidak mencegah penyakit diabetes mellitus.
Penelitian oleh Koba et al (2023) juga mencoba mengaitkan faktor risiko tertentu seperti usia dan hipertensi terhadap kematian akibat aneurisma di populasi komunitas.
Faktor risiko pecahnya aneurisma aorta perut
Setelah aneurisma terbentuk, ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan aneurisma untuk pecah.
1. Ukuran aneurisma yang besar.
2. Laju pertumbuhan yang cepat.
3. Bentuk sakuler.
4. Ketebalan dinding pembuluh darah yang berkurang karena penurunan kadar kolagen dan elastin.
5. Adanya bekuan darah di dalam aneurisma.
6. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
7. Kenaikan tekanan di dalam tubuh secara tiba-tiba (misalnya bersin, batuk, atau mengangkat beban berat).
8. Faktor peradangan yang aktif, atau biomarker proteolitik yang tinggi.
9. Penyakit pada proses pembekuan darah.
Quote:
Tanda-tanda bahaya
1. Rasa sakit mendadak di punggung bagian bawah, pinggang, sisi badan, atau perut.
2. Sensasi denyutan aneh di pusar.
3. Nyeri yang tiba-tiba menjalar ke punggung.
4. Pingsan.
5. Sensasi tidak nyaman yang tidak spesifik di perut atau punggung.
6. Perubahan mendadak pada tekanan darah atau tidak sadarkan diri.
Jika terjadi robekan kecil, pasien bisa merasakan nyeri ringan atau tidak khas, yang sering diabaikan sebagai sakit punggung atau nyeri otot biasa. Tanpa tindakan segera, pecahnya aneurisma aorta perut secara total bisa segera menyusul.
Karena tanda bahaya tidak terlalu jelas, banyak kasus kematian karena pecahnya aneurisma aorta perut terjadi secara tiba-tiba.
Quote:
Data Kematian
Untuk memahami seberapa signifikan aneurisma aorta perut sebagai penyebab kematian mendadak, kita bisa meninjau beberapa data ilmiah.
1. Dalam kasus kematian mendadak (yang sering dikaitkan dengan serangan jantung, gagal jantung, atau aritmia), pecahnya aneurisma aorta perut diperkirakan menyumbang antara 4 sampai 5 persen.
2. Penelitian oleh Chan et al (2019) menggambarkan bahwa sebagian besar kematian karena pecahnya aneurisma aorta perut mungkin saja telah melewati peluang intervensi dan penyembuhan, andaikan skrining sudah dilakukan lebih awal.
3. Menurut data global, kematian akibat aneurisma aorta (termasuk dada dan perut) meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, menunjukkan bahwa beban penyakit ini semakin penting.
4. Kematian setelah pecahnya aneurisma aorta perut sangat tinggi. Di banyak laporan, kematian dalam perjalanan ke rumah sakit mencapai 65 persen, dan kematian di rumah sakit setelah operasi darurat tetap tinggi (antara 35 sampai 45 persen).
5. Menurut Haque & Bhargava (2022), risiko tahunan pecahnya aneurisma aorta perut untuk ukuran aneurisma lebih besar dari 6,0 cm bisa lebih dari 10 persen.
Dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular lainnya, aneurisma aorta mungkin bukanlah penyebab utama kematian. Namun, sebagai penyebab kematian mendadak yang tersembunyi, penyakit ini mendapatkan julukan sebagai “silent killer”, karena sulit dideteksi tetapi sangat mematikan.
Quote:
Diagnosis dan Pencegahan
Karena sifatnya yang laten dan berisiko tinggi, strategi terbaik adalah deteksi dini dan intervensi sebelum pecahnya aneurisma aorta perut benar-benar terjadi.
Diagnosis
1. Untuk populasi yang berisiko tinggi (misalnya pria yang berusia lebih dari 65 tahun dan pernah merokok), banyak negara Barat menerapkan skrining menggunakan USG perut sekali seumur hidup atau secara berkala.
2. USG adalah metode yang non invasif, relatif mudah, dan cukup sensitif untuk mendeteksi aneurisma aorta perut.
3. Jika benar-benar ditemukan aneurisma di aorta perut, pemantauan secara berkala (ukuran, bentuk, dan laju pertumbuhan) harus dilakukan.
4. Bila diameternya sudah mencapai ambang tertentu (lebih dari 5,5 cm, atau laju pertumbuhannya cepat), intervensi bedah elektif disarankan.
5. Penelitian oleh Chan et al (2019) menyebutkan bahwa sejumlah kematian karena pecahnya aneurisma aorta perut dapat dicegah melalui program skrining secara terstruktur.
Pencegahan
1. Berhenti merokok adalah langkah paling efektif untuk mengurangi risiko pembentukan dan perkembangan aneurisma.
2. Pengendalian tekanan darah secara konsisten.
3. Kendalikan kadar kolesterol dan lemak darah.
4. Segera atasi penyakit degeneratif lainnya, seperti aterosklerosis dan penyakit arteri perifer.
5. Diet sehat dan menjaga berat badan.
6. Olahraga teratur dengan dosis 30 menit per hari.
7. Pemantauan medis secara rutin dan diskusi risiko jika terdapat riwayat keluarga.
Intervensi bedah
Jika aneurisma sudah terlalu besar atau menunjukkan risiko tinggi, bisa dilakukan intervensi sebagai berikut, antara lain:
1. Perbaikan bedah terbuka: Penggantian segmen pembuluh darah yang melebar dengan cangkok sintetis.
2. Endovascular aneurysm repair (EVAR): Tabung stent khusus dimasukkan melalui pembuluh darah (prosedur minimal invasif) untuk melapisi aneurisma dari dalam.
Keputusan untuk operasi tergantung pada kondisi pasien, umur, komorbiditas, dan risiko operasi. Tujuan dari operasi adalah untuk mencegah pecahnya aneurisma sebelum benar-benar terjadi.
Dalam sebuah artikel ilmiah yang ditulis oleh Cho et al (2023), dijelaskan bahwa hingga saat ini belum ada obat khusus yang terbukti mampu memperlambat pembesaran ukuran aneurisma secara signifikan. Intervensi bedah atau endovaskular tetap menjadi satu-satunya pilihan untuk mencegah pecahnya aneurisma aorta perut.
Quote:
Penutup
Kematian mendadak seringkali dianggap sebagai misteri. Namun, dalam dunia medis, “misteri” itu sebagian besar disebabkan oleh penyakit laten yang tidak bergejala, seperti pecahnya aneurisma aorta perut. Dengan memahami faktor risiko, mekanisme, dan pentingnya deteksi dini, kita bisa mengubah kematian mendadak menjadi hal yang bisa dicegah.
Semoga thread ini tidak hanya menjadi bacaan menarik, tetapi juga menjadi peringatan akan bahaya penyakit.
Quote:
SUMBER
1. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3076160/
2. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10139038/
3. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues...-aneurysm.html
4. https://www.nature.com/articles/s12276-023-01130-w
5. https://emedicine.medscape.com/artic...79501-overview
6. https://bmjopen.bmj.com/content/9/7/e027291
7. https://www.sciencedirect.com/scienc...41521424004026
8. https://www.sciencedirect.com/scienc...71467507000417
9. https://www.ahajournals.org/doi/10.1...AHA.122.027045
10. https://www.bangkokhospital.com/en/b...-cardiac-death
0
23
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan