- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Tragis Megumi Yokota, Diculik Agen Korea Utara Setelah Latihan Bulu Tangkis


TS
si.matamalaikat
Kisah Tragis Megumi Yokota, Diculik Agen Korea Utara Setelah Latihan Bulu Tangkis
Shigeru Yokota merupakan pegawai Bank Jepang, pekerjaannya itu membuat dia dan keluarganya harus berpindah tempat setiap 4 atau 5 tahun sekali. Shigeru waktu itu menikah dengan wanita bernama Sakie. Mereka memiliki tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Anak pertama bernama Megumi. Anak kedua dan ketiga kembar, bernama Takuya dan Tetsuya.
Shigeru pertama kali ditempatkan di Nagoya, berpindah ke Tokyo, kemudian Hiroshima dan terakhir dipindahkan ke Niigata. Keluarga ini sudah terbiasa berpindah tempat. Akan tetapi, tidak seperti kota-kota sebelumnya yang penduduknya ramai, Niigata cenderung sepi dan tenang.
Selama di Hiroshima, Megumi cenderung pendiam dan pemalu ketika bertemu orang asing. Namun, setelah bersekolah di sekolah menengah pertama Yorii pada akhir 1977, Megumi merubah sikapnya itu. Dia pun mulai aktif mengikuti kegiatan klub di sekolah, gadis yang waktu itu berusia 13 tahun kemudian ikut klub bulu tangkis. Latihan di klub bulu tangkis biasanya selesai jam 6 sore.
Namun, pada 15 November 1977, Sakie Yokota menyadari jika putrinya terlambat pulang. Waktu itu waktu menunjukan pukul 7 malam. Jika pulang terlambat, Megumi biasanya memberitahu sang ibu sebelum berangkat sekolah. Tapi, hari itu Megumi tidak memberitahu jika akan pulang terlambat.
Sakie panik, dia berlari ke sekolah untuk memastikan seluruh siswa sudah pulang. Karena tidak menemukan Megumi di sekolah, Sakie kembali ke rumah. Dia menelepon teman-teman Megumi, untuk menanyakan keberadaan putrinya. Namun, teman-teman putrinya itu mengatakan jika Megumi pulang bersama teman-temannya seperti biasa dan tidak melihat hal yang aneh atau tidak biasa.
Awalnya Sakie mengira, Megumi mampir ke tempat dokter, karena sempat mengeluh nyeri di lututnya. Akan tetapi saat dicek ke tempat dokter, Megumi ternyata tidak pernah datang ke sana. Sakie yang semakin panik kemudian mengajak dua putra kembarnya bersama seorang guru yang sudah ditelepon sebelumnya untuk mencari Megumi. Mereka mencari selama satu jam di sekitar rumah, kuil sampai pantai.
Namun, hasil pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Sakie kemudian menelepon polisi dan suaminya. Waktu itu Shigeru sedang bermain mahjong, sebagai bagian dari penyambutan karyawan baru. Setelah diberitahu istrinya jika Megumi hilang, Shigeru dan tiga rekannya langsung pulang untuk ikut mencari.
Polisi yang mencari di seluruh lingkungan tempat tinggal Megumi, juga tidak mendapat hasil. Mereka kemudian mendatangkan dua anjing gembala Jerman ke lokasi untuk mengendus jejak Megumi. Hasil penyelidikan polisi hari itu menunjukan, Megumi pulang sekolah bersama dua orang temannya. Satu orang temannya berbelok ke kanan di sudut jalan, sementara satu orang lagi berbelok ke kiri di persimpangan, tersisa Megumi yang pulang sendirian.
Jarak rumah Megumi ke lapangan bulu tangkis yang dijadikan tempat latihan setiap sore sangat dekat, hanya 7 menit dengan berjalan kaki. Sedangkan jarak antara rumah dan sekolah pun juga sangat dekat. Waktu itu, polisi menelusuri jalur pulang Megumi dengan bantuan dua anjing sampai ke persimpangan tempat gadis itu menghilang. Namun, sampai tengah malam, Megumi tak bisa ditemukan. Polisi menghentikan pencarian dan akan memulai pencarian keesokan harinya.
Menurut keterangan Sakie waktu itu, rute pulang Megumi melewati tanah kosong yang ditutupi semak dan rumput liar yang lebat. Sehingga jika ada barang atau sepatu Megumi tertinggal di sana, orang-orang tidak akan melihatnya.
Selama berbulan-bulan, polisi terus mencari keberadaan Megumi, menanyakan setiap penghuni rumah sampai menerjunkan tim penyelam untuk mencarinya di sekitar laut yang tak jauh dari rumah Megumi. Namun, sekali lagi usaha mereka tidak membuahkan hasil apa pun.
Pada titik ini, keluarga Megumi mulai memikirkan skenario lain. Pak Shigeru selaku ayah Megumi, menganggap jika putrinya tertabrak mobil. Pengemudi mobil kemudian membuang Megumi demi menghindari masalah. Polisi awalnya juga berpikiran seperti itu. Tapi, tidak ada bekas ban, pecahan kaca dan indikasi lain jika ada kecelakaan mobil di persimpangan tempat Megumi menghilang.
Teori lain yang diungkap polisi adalah Megumi diculik sekelompok orang, kemungkinan pingsan dan dipaksa masuk ke mobil. Sakie punya pemikiran lain, dia berpikiran jika Megumi tertekan, dan memilih kabur dari rumah. Dan lebih buruknya melakukan bunuh diri. Semakin lama Megumi ditemukan, semakin banyak spekulasi yang muncul ke permukaan, itu membuat keluarga semakin khawatir.
Pak Shigeru dan istrinya kemudian menghubungi teman dan keluarga yang berada di berbagai kota untuk menanyakan apakah Megumi ada di sana ? Mereka juga melihat daftar penumpang kapal ferry, tapi nama Megumi tidak terdaftar. Dua orang tua Megumi sempat berpikir jika putrinya sengaja menenggelamkan dirinya. Tapi, hal itu segera dihilangkan dari pikiran, karena mereka teringat jika Megumi takut dengan air.
Saat wawancara dengan media, Ibu Sakie pun menyalahkan diri sendiri dan menganggap sudah gagal sebagai orang tua. Meski begitu, dia masih berharap untuk bisa bertemu Megumi suatu hari nanti. Waktu itu, Ibu Sakie juga sering hadir di acara TV yang membahas kasus orang hilang di Jepang, dan sering menyampaikan pesan agar Megumi segera pulang.
Tahun demi tahun berlalu, tapi Megumi tak kunjung pulang. Tapi, Pak Shigeru dan Ibu Sakie tak pernah menyerah untuk mencari. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Ibu Sakie akan berkeliling mencari, berharap dia berpapasan dengan Megumi. Pintu rumah orang tua Megumi juga tak pernah dikunci, lampunya dinyalakan sepanjang malam, untuk menunjukan jika dia tak pernah dilupakan.
Hilangnya Megumi sangat berpengaruh pada kehidupan keluarga Pak Shigeru, misalnya mereka jarang berlibur dan jarang berkumpul dengan anggota keluarga lainnya, Bank Jepang kemudian juga menunda kepindahan Pak Shigeru.
Enam tahun setelah Megumi menghilang, Pak Shigeru diminta untuk pindah tugas ke Tokyo. Mereka pergi dari Niigata dengan berat hati, tapi hidup harus terus berjalan; keluarga ini memutuskan untuk memulai kehidupan baru tanpa Megumi. Lagi pula, mereka tidak bisa selamanya tinggal di Niigata.
Namun, kepindahan ke Tokyo, justru membuat Pak Shigeru dan Ibu Sakie teringat akan Megumi. Setiap kali mereka berpapasan dengan gadis seusia Megumi di jalan, yang memiliki wajah bulat, jantung mereka seolah berhenti. Pengalaman itu menakutkan.
Petunjuk tentang Megumi datang pada 1987, waktu itu agen mata-mata Korea Utara bernama Kim Hyon-hui berhasil ditangkap hidup-hidup dan dikirim ke Korea Selatan untuk diinterogasi. Sebelun tertangkap, Kim Hyon-hui bersama rekannya menaruh bom di kompartemen atas di pesawat Korean Air 858.
Pukul setengah 12 malam pada 28 November 1987, pesawat Korean Air lepas landas dari Irak. Pesawat akan berhenti di Abu Dhabi dan Bangkok, sebelum menuju tujuan akhir di Seoul. Satu jam sebelum pesawat lepas landas dari Irak, dua warga Korea Utara Kim Sung-il dan Kim Hyon-hui meletakan radio di kompartemen yang ada di atas kepala penumpang. Itu bukan radio biasa, melainkan sebuah bom.
Bom itu diatur untuk meledak dalam waktu 9 jam setelah lepas landas. Saat pesawat mendarat di Abu Dhabi, kedua mata-mata Korea Utara yang menyamar sebagai turis Jepang itu melarikan diri. Rencana mereka berhasil, bom meledak saat pesawat terbang di atas Laut Andaman. Total 115 orang dalam pesawat tewas.
Dalam pelariannya, kedua mata-mata ini kemudian ditangkap karena memakai pasport Jepang palsu, Kim Hyon-hui berhasil ditangkap setelah gagal melakukan bunuh diri memakai sianida. Sementara rekannya Kim Sung-il tewas setelah menelan pil yang mengandung sianida. Bunuh diri adalah cara terakhir jika keduanya tertangkap.
Saat Kim Hyon-hui diinterogasi pihak berwenang Korea Selatan, dia mengaku diajari bahasa dan budaya Jepang oleh seorang wanita yang diculik dari sebuah pantai di Jepang. Dia mengatakan jika peledakan pesawat atas usul Kim Jong Il, anak dari pemimpin Korea Utara waktu itu Kim Il Sung. Pesawat diledakan agar Korea Selatan dianggap sebagai negara yang tidak aman, karena negara itu akan jadi tuan rumah olimpiade.
Pengakuan Kim Hyon-hui waktu itu membuka petunjuk baru, meski wanita yang mengajarinya bukan Megumi, ada kemungkinan gadis itu juga menjadi korban penculikan Korea Utara. Kim Hyon-hui mengatakan, warga Jepang yang diculik akan diminta mengajari bahasa dan budaya Jepang kepada agen mata-mata Korea Utara. Supaya mereka bisa lebih mudah menyusup ke negara itu.
Waktu itu, orang tua Megumi tidak mengetahui tentang bom yang meledakan pesawat dan tertangkapnya mata-mata Korea Utara. Mereka juga tidak pernah kepikiran jika negara itu menculik putrinya. Sementara, setelah kasus bom pesawat, masyarakat dunia jadi tahu jika Korea Utara telah menculik orang dari negara lain.
Pada 1997, menandai 20 tahun hilangnya Megumi, di saat itu Pak Shigeru juga sudah peniun. Dan selama 20 tahun, Pak Shigeru serta keluarganya masih dihantui kesedihan dan kesengsaraan yang tiada henti. Sampai pada 21 Januari 1997, Pak Shigeru mendapat kabar yang membuat beban di pundaknya sedikit terangkat. Telepon itu berasal dari salah satu sekretaris pejabat pemerintah Jepang bernama Tatsukichi Hyamoto. Pria itu mengatakan melalui telepon jika Megumi masih hidup dan tinggal di Korea Utara.
Tatsukichi mengatakan jika dia mendapat informasi itu dari Astsushi Hashimoto, seorang pejabat pemerintah Jepang. Tatsukichi mengatakan tidak bisa memberi rinciannya di telepon, dia kemudian meminta Pak Shigeru untuk bertemu langsung. Dalam pertemuan, Tatsukichi memberitahu jika Korea Utara telah menculik warga Jepang dan Korea Selatan sejak 1970-an. Dan Megumi yang diculik pada 1977 bisa jadi salah satu target penculikan.
Pak Shigeru tidak langsung percaya, apalagi setelah pencarian selama 20 tahun, petunjuk yang didapatnya selalu memberi kekecewaan. Tapi, satu hal yang membuat Pak Shigeru kemudian mulai percaya. Yakni, wawancara dengan mata-mata Korea Utara yang bernama Mr. An.
Pada peringatan Partai Pekerja tanggal 10 Oktober 1988, Mr. An melihat wanita berusia 25 sampai 27 tahun yang mirip orang Jepang. Dia kemudian bertanya pada salah satu instrukturnya, siapa wanita itu. Instruktur bernama Chon kemudian menjawab, jika wanita yang dilihat Mr. An itu diculik dari Niigata.
Mr. An menjelaskan detail penculikan Megumi, waktu itu 3 agen mata-mata Korea Utara sedang jalan-jalan di Niigata dan berpapasan dengan Megumi. Karena takut Megumi akan melaporkan mereka, tiga orang ini kemudian menculik gadis itu.
Saat perjalanan di kapal menuju Korea Utara, Megumi terus menangis, saat itu 3 agen Korea Utara menyadari telah menculik anak-anak. Sesampainya di Korea Utara, gadis itu masih menangis dan menolak makan. Ketiga agen itu dimarahi karena menculik gadis 13 tahun. Agen yanh lain memberitahu Megumi, jika dia belajar bahasa Korea dengan rajin, dia akan dipulangkan.
Megumi yang polos menuruti hal tersebut, akan tetapi pada suatu waktu Megumi menyadari jika dia tak akan pernah bisa pulang. Dia kemudian coba melukai dirinya sendiri, dan dirawat di rumah sakit dua kali. Mr. An menyebut saat usia 20 tahun, Megumi terlihat akrab dan tertawa dengan wanita lain yang dikenalnya.
Saat itu, Megumi digambarkan berwajah bulat, rambut panjang dan poni melintang menutupi dahinya. Megumi hidup di dekat universitas kemudian mengajar di sana, dia disebut sebagai guru bahasa Jepang yang berharga. Kehidupannya dikatakan berkecukupan.
Wawancara dengan Mr. An bikin heboh media, di waktu bersamaan pemerintah Jepang mengakui jika ada warga negaranya yang diculik Korea Utara. Meski begitu, Jepang tidak segera melakukan penyelidikan. Ini karena hubungan kedua negara rumit dan selalu diwarnai ketegangan. Sementara sejak tertangkapnya salah satu agen mata-mata mereka, Korea Utara terus membantah telah menculik warga negara asing.
Korea Utara menyadari negaranya diterjang badai kelaparan, sehingga mereka sangat bergantung dengan beras dari Jepang. Hal ini dimanfaatkan Jepang untuk mencari informasi tentang penculikan warganya. Tapi, karena pemeintah tak serius menangani kasus ini, masyarakat pun menggelar demonstrasi yang juga dihadiri orang rua Megumi. Pejabat yang menemui pendemo berjanji akan menyelesaikan kasus tersebut.
Total ada 15 warga Jepang yang diculik Korea Utara, berdasarkan catatan yang dioeroleh sampai tahun 2000. Pada 2003 dan 2006 muncul dua orang lagi, total ada 17 yang hilang. Jumlah sebenarnya diyakini lebih banyak. Penculikan dilakukan agak unik dan acak, karena tidak hanya menargetkan satu individu. Ada kasus di mana anak dan ibu diculik bersamaan, hal itu dialami Hitomi Soga dan ibunya Miyoshi Soga. Sepasang kekasih pun juga kena culik, hal ini menimpa Kaoru Hasiuke dan pacarnya Yukiko Okudo.
Individu yang diculik sendirian, biasanya diculik saat berada di pantai atau saat berjalan sendiri di malam hari. Beberapa bahkan diculik saat berada di luar Jepang, satu orang diculik di Denmark dan dua di Spanyol. Sampai senekat itu Korea Utara.
Penculikan memang acak, agen Korea Utara akan menargetkan siapa saja yang berada di dekat mereka. Entah itu berpasangan atau berjalan sendirian. Menurut informasi agen mata-mata Korea Utara yang membelot, orang Jepang yang diculik akan diminta mengajarai bahasa dan kehidupan sehari-hari orang Jepang kepada mata-mata Korea Utara.
Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi yang terpilih pada awal 2000-an mulai menangani kasus penculikan dengan serius setelah banyaknya tekanan dari publik. Dia kemudian diundang bertemu pemimpin Korea Utara bertemu Kim Jong Il untuk menyelesaikan masalah antara kedua negara.
Tidak diketahui pembicaraan apa yang dilakukan kedua pemimpin itu saat bertemu pada September 2002, tapi poin penting yang diketahui adalah Kim Jong Il mengakui penculikan warga negara Jepang, salah satunya Megumi Yokota, dan secara resmi meminta maaf atas tindakan tersebut.
Tapi, Kim Jong Il mengaku hanya menculik 13 orang, sementara data yang diperoleh Jepang waktu itu ada 15 orang. Lebih mengejutkan lagi, dari 13 orang itu hanya 5 orang yang masih hidup. Megumi Yokota dan 7 lainnya disebut sudah meninggal. Kebanyakan meninggal karena keracunan gas dan kecelakaan lalu lintas. Tapi, untuk Megumi dia meninggal karena bunuh diri.
Megumi disebut bunuh diri pada 1993 karena penyakit mental, Megumi dibawa ke rumah sakit karena mengeluh sakit kepala. Sampai di rumah sakit dia tak banyak bicara, dokter menyebut wanita itu alami depresi berat.
Referensi: BBC| Nature | Japan Forward | nippon.com
Shigeru pertama kali ditempatkan di Nagoya, berpindah ke Tokyo, kemudian Hiroshima dan terakhir dipindahkan ke Niigata. Keluarga ini sudah terbiasa berpindah tempat. Akan tetapi, tidak seperti kota-kota sebelumnya yang penduduknya ramai, Niigata cenderung sepi dan tenang.
Selama di Hiroshima, Megumi cenderung pendiam dan pemalu ketika bertemu orang asing. Namun, setelah bersekolah di sekolah menengah pertama Yorii pada akhir 1977, Megumi merubah sikapnya itu. Dia pun mulai aktif mengikuti kegiatan klub di sekolah, gadis yang waktu itu berusia 13 tahun kemudian ikut klub bulu tangkis. Latihan di klub bulu tangkis biasanya selesai jam 6 sore.
Namun, pada 15 November 1977, Sakie Yokota menyadari jika putrinya terlambat pulang. Waktu itu waktu menunjukan pukul 7 malam. Jika pulang terlambat, Megumi biasanya memberitahu sang ibu sebelum berangkat sekolah. Tapi, hari itu Megumi tidak memberitahu jika akan pulang terlambat.
Sakie panik, dia berlari ke sekolah untuk memastikan seluruh siswa sudah pulang. Karena tidak menemukan Megumi di sekolah, Sakie kembali ke rumah. Dia menelepon teman-teman Megumi, untuk menanyakan keberadaan putrinya. Namun, teman-teman putrinya itu mengatakan jika Megumi pulang bersama teman-temannya seperti biasa dan tidak melihat hal yang aneh atau tidak biasa.
Quote:
Awalnya Sakie mengira, Megumi mampir ke tempat dokter, karena sempat mengeluh nyeri di lututnya. Akan tetapi saat dicek ke tempat dokter, Megumi ternyata tidak pernah datang ke sana. Sakie yang semakin panik kemudian mengajak dua putra kembarnya bersama seorang guru yang sudah ditelepon sebelumnya untuk mencari Megumi. Mereka mencari selama satu jam di sekitar rumah, kuil sampai pantai.
Namun, hasil pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Sakie kemudian menelepon polisi dan suaminya. Waktu itu Shigeru sedang bermain mahjong, sebagai bagian dari penyambutan karyawan baru. Setelah diberitahu istrinya jika Megumi hilang, Shigeru dan tiga rekannya langsung pulang untuk ikut mencari.
Polisi yang mencari di seluruh lingkungan tempat tinggal Megumi, juga tidak mendapat hasil. Mereka kemudian mendatangkan dua anjing gembala Jerman ke lokasi untuk mengendus jejak Megumi. Hasil penyelidikan polisi hari itu menunjukan, Megumi pulang sekolah bersama dua orang temannya. Satu orang temannya berbelok ke kanan di sudut jalan, sementara satu orang lagi berbelok ke kiri di persimpangan, tersisa Megumi yang pulang sendirian.
Jarak rumah Megumi ke lapangan bulu tangkis yang dijadikan tempat latihan setiap sore sangat dekat, hanya 7 menit dengan berjalan kaki. Sedangkan jarak antara rumah dan sekolah pun juga sangat dekat. Waktu itu, polisi menelusuri jalur pulang Megumi dengan bantuan dua anjing sampai ke persimpangan tempat gadis itu menghilang. Namun, sampai tengah malam, Megumi tak bisa ditemukan. Polisi menghentikan pencarian dan akan memulai pencarian keesokan harinya.
Menurut keterangan Sakie waktu itu, rute pulang Megumi melewati tanah kosong yang ditutupi semak dan rumput liar yang lebat. Sehingga jika ada barang atau sepatu Megumi tertinggal di sana, orang-orang tidak akan melihatnya.
Quote:
Selama berbulan-bulan, polisi terus mencari keberadaan Megumi, menanyakan setiap penghuni rumah sampai menerjunkan tim penyelam untuk mencarinya di sekitar laut yang tak jauh dari rumah Megumi. Namun, sekali lagi usaha mereka tidak membuahkan hasil apa pun.
Pada titik ini, keluarga Megumi mulai memikirkan skenario lain. Pak Shigeru selaku ayah Megumi, menganggap jika putrinya tertabrak mobil. Pengemudi mobil kemudian membuang Megumi demi menghindari masalah. Polisi awalnya juga berpikiran seperti itu. Tapi, tidak ada bekas ban, pecahan kaca dan indikasi lain jika ada kecelakaan mobil di persimpangan tempat Megumi menghilang.
Teori lain yang diungkap polisi adalah Megumi diculik sekelompok orang, kemungkinan pingsan dan dipaksa masuk ke mobil. Sakie punya pemikiran lain, dia berpikiran jika Megumi tertekan, dan memilih kabur dari rumah. Dan lebih buruknya melakukan bunuh diri. Semakin lama Megumi ditemukan, semakin banyak spekulasi yang muncul ke permukaan, itu membuat keluarga semakin khawatir.
Pak Shigeru dan istrinya kemudian menghubungi teman dan keluarga yang berada di berbagai kota untuk menanyakan apakah Megumi ada di sana ? Mereka juga melihat daftar penumpang kapal ferry, tapi nama Megumi tidak terdaftar. Dua orang tua Megumi sempat berpikir jika putrinya sengaja menenggelamkan dirinya. Tapi, hal itu segera dihilangkan dari pikiran, karena mereka teringat jika Megumi takut dengan air.
Saat wawancara dengan media, Ibu Sakie pun menyalahkan diri sendiri dan menganggap sudah gagal sebagai orang tua. Meski begitu, dia masih berharap untuk bisa bertemu Megumi suatu hari nanti. Waktu itu, Ibu Sakie juga sering hadir di acara TV yang membahas kasus orang hilang di Jepang, dan sering menyampaikan pesan agar Megumi segera pulang.
Quote:
Tahun demi tahun berlalu, tapi Megumi tak kunjung pulang. Tapi, Pak Shigeru dan Ibu Sakie tak pernah menyerah untuk mencari. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Ibu Sakie akan berkeliling mencari, berharap dia berpapasan dengan Megumi. Pintu rumah orang tua Megumi juga tak pernah dikunci, lampunya dinyalakan sepanjang malam, untuk menunjukan jika dia tak pernah dilupakan.
Hilangnya Megumi sangat berpengaruh pada kehidupan keluarga Pak Shigeru, misalnya mereka jarang berlibur dan jarang berkumpul dengan anggota keluarga lainnya, Bank Jepang kemudian juga menunda kepindahan Pak Shigeru.
Enam tahun setelah Megumi menghilang, Pak Shigeru diminta untuk pindah tugas ke Tokyo. Mereka pergi dari Niigata dengan berat hati, tapi hidup harus terus berjalan; keluarga ini memutuskan untuk memulai kehidupan baru tanpa Megumi. Lagi pula, mereka tidak bisa selamanya tinggal di Niigata.
Namun, kepindahan ke Tokyo, justru membuat Pak Shigeru dan Ibu Sakie teringat akan Megumi. Setiap kali mereka berpapasan dengan gadis seusia Megumi di jalan, yang memiliki wajah bulat, jantung mereka seolah berhenti. Pengalaman itu menakutkan.
Quote:
Petunjuk tentang Megumi datang pada 1987, waktu itu agen mata-mata Korea Utara bernama Kim Hyon-hui berhasil ditangkap hidup-hidup dan dikirim ke Korea Selatan untuk diinterogasi. Sebelun tertangkap, Kim Hyon-hui bersama rekannya menaruh bom di kompartemen atas di pesawat Korean Air 858.
Pukul setengah 12 malam pada 28 November 1987, pesawat Korean Air lepas landas dari Irak. Pesawat akan berhenti di Abu Dhabi dan Bangkok, sebelum menuju tujuan akhir di Seoul. Satu jam sebelum pesawat lepas landas dari Irak, dua warga Korea Utara Kim Sung-il dan Kim Hyon-hui meletakan radio di kompartemen yang ada di atas kepala penumpang. Itu bukan radio biasa, melainkan sebuah bom.
Bom itu diatur untuk meledak dalam waktu 9 jam setelah lepas landas. Saat pesawat mendarat di Abu Dhabi, kedua mata-mata Korea Utara yang menyamar sebagai turis Jepang itu melarikan diri. Rencana mereka berhasil, bom meledak saat pesawat terbang di atas Laut Andaman. Total 115 orang dalam pesawat tewas.
Quote:
Dalam pelariannya, kedua mata-mata ini kemudian ditangkap karena memakai pasport Jepang palsu, Kim Hyon-hui berhasil ditangkap setelah gagal melakukan bunuh diri memakai sianida. Sementara rekannya Kim Sung-il tewas setelah menelan pil yang mengandung sianida. Bunuh diri adalah cara terakhir jika keduanya tertangkap.
Saat Kim Hyon-hui diinterogasi pihak berwenang Korea Selatan, dia mengaku diajari bahasa dan budaya Jepang oleh seorang wanita yang diculik dari sebuah pantai di Jepang. Dia mengatakan jika peledakan pesawat atas usul Kim Jong Il, anak dari pemimpin Korea Utara waktu itu Kim Il Sung. Pesawat diledakan agar Korea Selatan dianggap sebagai negara yang tidak aman, karena negara itu akan jadi tuan rumah olimpiade.
Pengakuan Kim Hyon-hui waktu itu membuka petunjuk baru, meski wanita yang mengajarinya bukan Megumi, ada kemungkinan gadis itu juga menjadi korban penculikan Korea Utara. Kim Hyon-hui mengatakan, warga Jepang yang diculik akan diminta mengajari bahasa dan budaya Jepang kepada agen mata-mata Korea Utara. Supaya mereka bisa lebih mudah menyusup ke negara itu.
Quote:
Waktu itu, orang tua Megumi tidak mengetahui tentang bom yang meledakan pesawat dan tertangkapnya mata-mata Korea Utara. Mereka juga tidak pernah kepikiran jika negara itu menculik putrinya. Sementara, setelah kasus bom pesawat, masyarakat dunia jadi tahu jika Korea Utara telah menculik orang dari negara lain.
Pada 1997, menandai 20 tahun hilangnya Megumi, di saat itu Pak Shigeru juga sudah peniun. Dan selama 20 tahun, Pak Shigeru serta keluarganya masih dihantui kesedihan dan kesengsaraan yang tiada henti. Sampai pada 21 Januari 1997, Pak Shigeru mendapat kabar yang membuat beban di pundaknya sedikit terangkat. Telepon itu berasal dari salah satu sekretaris pejabat pemerintah Jepang bernama Tatsukichi Hyamoto. Pria itu mengatakan melalui telepon jika Megumi masih hidup dan tinggal di Korea Utara.
Tatsukichi mengatakan jika dia mendapat informasi itu dari Astsushi Hashimoto, seorang pejabat pemerintah Jepang. Tatsukichi mengatakan tidak bisa memberi rinciannya di telepon, dia kemudian meminta Pak Shigeru untuk bertemu langsung. Dalam pertemuan, Tatsukichi memberitahu jika Korea Utara telah menculik warga Jepang dan Korea Selatan sejak 1970-an. Dan Megumi yang diculik pada 1977 bisa jadi salah satu target penculikan.
Pak Shigeru tidak langsung percaya, apalagi setelah pencarian selama 20 tahun, petunjuk yang didapatnya selalu memberi kekecewaan. Tapi, satu hal yang membuat Pak Shigeru kemudian mulai percaya. Yakni, wawancara dengan mata-mata Korea Utara yang bernama Mr. An.
Quote:
Pada peringatan Partai Pekerja tanggal 10 Oktober 1988, Mr. An melihat wanita berusia 25 sampai 27 tahun yang mirip orang Jepang. Dia kemudian bertanya pada salah satu instrukturnya, siapa wanita itu. Instruktur bernama Chon kemudian menjawab, jika wanita yang dilihat Mr. An itu diculik dari Niigata.
Mr. An menjelaskan detail penculikan Megumi, waktu itu 3 agen mata-mata Korea Utara sedang jalan-jalan di Niigata dan berpapasan dengan Megumi. Karena takut Megumi akan melaporkan mereka, tiga orang ini kemudian menculik gadis itu.
Saat perjalanan di kapal menuju Korea Utara, Megumi terus menangis, saat itu 3 agen Korea Utara menyadari telah menculik anak-anak. Sesampainya di Korea Utara, gadis itu masih menangis dan menolak makan. Ketiga agen itu dimarahi karena menculik gadis 13 tahun. Agen yanh lain memberitahu Megumi, jika dia belajar bahasa Korea dengan rajin, dia akan dipulangkan.
Megumi yang polos menuruti hal tersebut, akan tetapi pada suatu waktu Megumi menyadari jika dia tak akan pernah bisa pulang. Dia kemudian coba melukai dirinya sendiri, dan dirawat di rumah sakit dua kali. Mr. An menyebut saat usia 20 tahun, Megumi terlihat akrab dan tertawa dengan wanita lain yang dikenalnya.
Saat itu, Megumi digambarkan berwajah bulat, rambut panjang dan poni melintang menutupi dahinya. Megumi hidup di dekat universitas kemudian mengajar di sana, dia disebut sebagai guru bahasa Jepang yang berharga. Kehidupannya dikatakan berkecukupan.
Quote:
Wawancara dengan Mr. An bikin heboh media, di waktu bersamaan pemerintah Jepang mengakui jika ada warga negaranya yang diculik Korea Utara. Meski begitu, Jepang tidak segera melakukan penyelidikan. Ini karena hubungan kedua negara rumit dan selalu diwarnai ketegangan. Sementara sejak tertangkapnya salah satu agen mata-mata mereka, Korea Utara terus membantah telah menculik warga negara asing.
Korea Utara menyadari negaranya diterjang badai kelaparan, sehingga mereka sangat bergantung dengan beras dari Jepang. Hal ini dimanfaatkan Jepang untuk mencari informasi tentang penculikan warganya. Tapi, karena pemeintah tak serius menangani kasus ini, masyarakat pun menggelar demonstrasi yang juga dihadiri orang rua Megumi. Pejabat yang menemui pendemo berjanji akan menyelesaikan kasus tersebut.
Total ada 15 warga Jepang yang diculik Korea Utara, berdasarkan catatan yang dioeroleh sampai tahun 2000. Pada 2003 dan 2006 muncul dua orang lagi, total ada 17 yang hilang. Jumlah sebenarnya diyakini lebih banyak. Penculikan dilakukan agak unik dan acak, karena tidak hanya menargetkan satu individu. Ada kasus di mana anak dan ibu diculik bersamaan, hal itu dialami Hitomi Soga dan ibunya Miyoshi Soga. Sepasang kekasih pun juga kena culik, hal ini menimpa Kaoru Hasiuke dan pacarnya Yukiko Okudo.
Individu yang diculik sendirian, biasanya diculik saat berada di pantai atau saat berjalan sendiri di malam hari. Beberapa bahkan diculik saat berada di luar Jepang, satu orang diculik di Denmark dan dua di Spanyol. Sampai senekat itu Korea Utara.
Penculikan memang acak, agen Korea Utara akan menargetkan siapa saja yang berada di dekat mereka. Entah itu berpasangan atau berjalan sendirian. Menurut informasi agen mata-mata Korea Utara yang membelot, orang Jepang yang diculik akan diminta mengajarai bahasa dan kehidupan sehari-hari orang Jepang kepada mata-mata Korea Utara.
Quote:
Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi yang terpilih pada awal 2000-an mulai menangani kasus penculikan dengan serius setelah banyaknya tekanan dari publik. Dia kemudian diundang bertemu pemimpin Korea Utara bertemu Kim Jong Il untuk menyelesaikan masalah antara kedua negara.
Tidak diketahui pembicaraan apa yang dilakukan kedua pemimpin itu saat bertemu pada September 2002, tapi poin penting yang diketahui adalah Kim Jong Il mengakui penculikan warga negara Jepang, salah satunya Megumi Yokota, dan secara resmi meminta maaf atas tindakan tersebut.
Quote:
Tapi, Kim Jong Il mengaku hanya menculik 13 orang, sementara data yang diperoleh Jepang waktu itu ada 15 orang. Lebih mengejutkan lagi, dari 13 orang itu hanya 5 orang yang masih hidup. Megumi Yokota dan 7 lainnya disebut sudah meninggal. Kebanyakan meninggal karena keracunan gas dan kecelakaan lalu lintas. Tapi, untuk Megumi dia meninggal karena bunuh diri.
Megumi disebut bunuh diri pada 1993 karena penyakit mental, Megumi dibawa ke rumah sakit karena mengeluh sakit kepala. Sampai di rumah sakit dia tak banyak bicara, dokter menyebut wanita itu alami depresi berat.
Karena cerita ini terlalu panjang, bersambung ke post #2 ya 

Referensi: BBC| Nature | Japan Forward | nippon.com


69banditos memberi reputasi
1
146
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan