assalamualaikum. jadi pernahkah kalian makan hewan laut yakni lobster, pasti ada yang pernah dan belum yakan? tapi dari survey sekitar 80% orang pasti belum pernah nyicipin hidangan satu ini, hidangan jenis udang namun lebih besar. alasan kenapa mayoritas ini belum pernah makan karena harganya mahal betul, ini aku pernah nemu satu ekor lobster beku saat kunjungan ke ambarukmo mall plaza jogja, ketika ditimbang sebelum ke kasir, harganya 250 ribuan, ini bagiku harga segitu nendang banget, sangat mubazir mending buat jajan lainnya udah dapat banyak.

kalau dipikir pikir harga lobster itu mahal banget, tidak disini tapi diluar pun juga sama. tentu dalam hal ini ada sejarah kenapa harga lobster saat ini bisa sangat mahal.

sejarah lobster dulunya adalah makanan kaum kelas bawah

pada zaman kerajaan kuno yakni era romawi.lobster jumlahnya melimpah, dimana saja dapat ditemui, di danau, sungai, terutama lautan juga. lobster karena saking banyaknya dianggap sebagai makanan sampah, sering digunakan sebagai makanan para budak, makanan penjara, makanan tawanan perang. bahkan ketika ada narapidana akan dieksekusi mereka bakal milih makan apa saja asal bukan lobster.

penyebab kenapa makanan ini disebut sampah karena selain jumlahnya yang memang sangat banyak, lobster karena termasuk klan crustacea seperti halnya kepiting, udang, undur undur laut.jika terlalu sedikit terlalu banyak dikonsumsi maka akan menimbulkan reaksi mual, alergi, pusing, terutama yang paling umum rasa gatal pada kulit dan mulut. inilah kenapa pada masa romawi kuno hewan ini disebut hama dan makanan sampah ya karena hal buruk yang ditimbulkan.

bahkan overpopulasi lobster ini diperparah saat memasuki era abad pertengahan.dimana lobster memginvasi daerah perairan seluruh dunia. bahkan pada masa itu muncul poster propaganda bahwa lobster ini adalah sebagaimana monster laut yang harus dimusnahkan.dari namanya makanan kasta terendah, di abad pertengahan lobster sempat jadi makanan umum untuk rakyat jelata, tapi meski begitu banyak rakyat yang enggan mengonsumsi hewan tersebut karena berbagai reaksi yang ditimbulkan, serta rasanya yang aneh kala itu.

ini terus berlanjut sampai pada awal invasi bangsa eropa ke amerika.pada masa itu lobster sempat jadi hidangan sehari hari semua kalangan termasuk orang orang kaya, bahkan dulu pernah ada kasus jutaan lobster di pantai amerika yang jadi makanan sehari hati, tapi pada akhirnya menjadi makanan yang membosankan dan dianggap tak layak jika sering dimakan, tapi pada puncaknya memasuki era wild west atau era koboi di amerika serikat.lobster mulai naik kasta dan jadi makanan mahal.

lobster menjadi hidangan kelas atas

ini berawal ketika pembangunan rel kereta api di era wild west pada masa itu, dimana para pekerja rel hidangan untuk istirahat yakni lobster bakar, ini juga didukung soal teknologi masak memasak sudah mulai maju tidak seperti halnya era romawi dan abad pertengahan. nah karena hidangan yang disajikan enak dengan gaya masak baru maka para pekerja tersebut makan dengan lahap tanpa ada keluhan bau amis yang menusuk.

ini berlanjut ketika setelah rel tersebut jadi dan dilewati kereta.kebetulan kereta yang lewat adalah kereta elit yang diisi oleh orang orang kaya, nah seorang pakar menginginkan kalau lobster ini harus dinikmati oleh orang kaya juga karena lobster makanan sejatinya yang enak, padahal dulunya lobster makanan sampah disamakan dengan tisu wc. hal ini diimplementasikan oleh seorang koki manager kereta tersebut dan menghidangkan pada penumpang kaya tersebut dan responnya positif, bahkan sempat ada penumpang yang turun dari kereta balik ke kereta dan tanya ke koki manager, jawabannya kalau itu adalah daging lobster.nah disinilah mulai timbul kehebohan kalau lobster bisa menjadi hidangan enak, trik membuat lobster yang enak caranya dengan direbus langsung atau dibunuh langsung.daripada lobster yang mati berjam jam yang akan membuat daging lobster malah timbul reaksi basi yang baunya menusuk.

nah singkat cerita, didukung dengan skill memasak dan teknologi kuliner yang kian makin berkembang contohnya pengalengan.viralah menu lobster ini, akhirnya pasar dunia banyak permintaan makanan dengan menu lobster dan terjadi perburuan besar besaran kala itu, karena masuk sebagai makanan viral sempat jadi menu di kapal titanic kala itu.ketika memasuki tahun 1920an lobster mulai langka dan harganya mahal.

tapi memasuki masa masa sebelum perang dunia 2 berlangsung.pamor lobster sempat turun drastis dan kembali overpopulasi lagi, bahkan lobster kalengan dijual dengan harga yang sangat murah, pada tahun 1944 jadi menu ransum militer amerika serikat.tapi tak lama memasuki tahun 1950an lobster mulai diburu lagi secara besar besaran dan endingnya tahu sendirilah, lobster akhirnya kembali menjadi komoditas mahal hingga sekarang.

kalau mahal kenapa tidak ternak sendiri saja kan lebih murah

kalau ngomongin kenapa ternak lobster supaya disini harganya murah, maka tetap mahal, karena lobster yang diternak disini pasarannya dijual untuk keluar negeri bukan untuk dijual secara lokal.jadinya harganya bakal sangat mahal, yang dijual lokal lobster lobster yang ukurannya biasa bukan ukuran jumbo seperti halnya lobster laut.

ternak lobster juga tidak mudah, butuh air yang bagus, tidak tercemar, serta hindari dari hama, jauhkan dari jangkauan predator seperti halnya kucing. lobster juga hewan yang agak sedikit usil dan skeptis, sering sekali lobster berkali kali keluar dari kolamnya ketika dimasukan lagi ke kolam berusaha keluar lagi padahal tahu disitu berbahaya. waktu supaya supaya besar, maka dibutuhkan waktu 6 - 7 bulan, itupun tergantung jenis lobsternya juga, karena tidak semua lobster punya jenis yang sama, elu pelihara lobster 2 tahun ga besar besar karena bukan jenisnya.

penutup

sebenarnya yang mahal tidak hanya lobster saja, tapi kepiting sekarang harganya mahal banget.mahal karena rasa dari daging kepiting yang sangat premium sehingga banyak peminatnya dari semua kalangan termasuk kalangan atas. sekarang mah harganya perekor bisa 90 rebu!

lalu gimana rasa dari lobster? sama seperti udang pada umumnya, cuma ukurannya lebih gede lagi.

oke, salam