Halo agan & sista semua 👋
Jangan bosen-bosen ya baca tulisan ane di Lounge.
Maklum, posisi ane lagi sakit, jadi sekarang lebih sering nulis buat ngilangin jenuh.
Siapa tahu, dari yang awalnya cuma curhat ringan,
malah bisa jadi bahan renungan bareng-bareng. 🙂


🌈 Jangan Jadi Pelangi untuk Orang yang Buta Warna
↓

Kalimat ini mungkin terdengar puitis,
tapi jujur... kata-kata itu lahir dari luka yang panjang.

Dulu, ane tipe orang yang terlalu berusaha.
Terlalu ingin dimengerti, terlalu takut bikin orang lain kecewa.
Ane pikir, kalau terus sabar dan tulus, orang lain pasti bakal sadar.

Tapi ternyata... nggak semua orang bisa melihat warna yang sama seperti yang kita lukis.

↓

Ane dulu percaya, kalau kita cukup baik, dunia juga bakal memperlakukan kita dengan baik.
Nyatanya, dunia nggak selalu adil.
Dan manusia—seringkali lebih tega dari yang kita kira.

↓

Ane pernah jadi pelangi.
Memberi warna buat orang lain, menenangkan badai mereka,
padahal diri sendiri lagi hujan deras di dalam hati.

Tapi orang-orang seperti itu cuma menikmati keindahan,
tanpa pernah benar-benar menghargainya.
Yang mereka tahu cuma satu: “selama aku nyaman, itu cukup.”

↓

Dan di situ ane sadar.
Nyatanya, banyak orang yang nggak tahu diri di sekitar orang yang nggak enakan.
Mereka terbiasa menerima tanpa merasa berhutang,
terbiasa dilunakkan tanpa tahu seberapa keras kita menahan diri.

↓

Dari situ pandangan ane berubah.
Ane nggak mau lagi jadi pelangi untuk orang yang bahkan menutup matanya.
Ane nggak mau lagi berjuang di tempat yang nggak tahu arti perjuangan.

Sekarang, kalau ane baik, itu karena ane mau.
Bukan karena takut kehilangan siapa pun.
Kalau ane peduli, itu karena hati ane masih hangat—
bukan karena butuh dibalas.


↓

Ane belajar, kadang menjaga diri sendiri juga bentuk kebaikan.
Karena nggak semua orang pantas menerima sisi paling lembut dari kita.
Pelangi tetap indah, bahkan saat nggak ada yang menatap langit. 🌈

↓