

TS
aurora..
Beda ALL sel B dan ALL sel T yang Harus Kalian Ketahui
Shalom Aleichem!

Selamat pagi kalian semuanya!

Ketemu lagi dengan gue, Mbak Rora!

Pada kesempatan yang sangat berharga ini, gue, Mbak Rora, akan membahas tentang perbedaan ALL sel B dengan ALL sel T.
Di dunia medis, istilah leukemia limfositik akut atau ALL sering kali terdengar ketika membahas kanker darah pada anak-anak atau orang dewasa. Namun, tidak semua ALL sama.
Berdasarkan asal sel yang terlibat, leukemia jenis ini dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu ALL sel B (B cell ALL) dan ALL sel T (T cell ALL). Meskipun kedua kanker ini berasal dari sel limfosit yang berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh, perjalanan sel kanker, gejala kanker, dan respons terhadap pengobatan dapat berbeda secara signifikan.
Di thread ini, gue ini akan membahas secara mendalam mengenai perbedaan antara ALL sel B dan ALL sel T, dengan sumber yang berasal WHO, CDC, dan WebMD.
Quote:
Penjelasan Umum
Menurut WHO (2023), leukemia limfositik akut adalah jenis kanker yang berasal dari sumsum tulang, tempat pembentukan sel-sel darah. Dalam kondisi normal, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam jumlah yang seimbang. Namun, pada pasien dengan leukemia limfositik akut, produksi sel darah putih (leukosit) terganggu karena adanya mutasi genetik pada sel induk limfosit. Akibatnya, sel-sel abnormal yang belum matang (disebut limfoblas) berkembang secara tidak terkendali dan menggantikan sel-sel sehat.
CDC (2024) menjelaskan bahwa leukemia limfositik akut merupakan bentuk leukemia paling umum pada anak-anak, tetapi juga dapat terjadi pada laki-laki dewasa. Kasus pada anak-anak umumnya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dewasa.
ALL terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu ALL sel B (yang berasal dari limfosit B) dan ALL sel T (yang berasal dari limfosit T). Perbedaan keduanya terletak pada asal sel imun yang terganggu serta perilaku biologis dan klinis dari sel kanker tersebut.
Quote:
Sel B dan Sel T
Berdasarkan penjelasan WHO (2023), sel B dan sel T merupakan dua komponen utama dalam sistem daya tahan tubuh adaptif. Sel B berfungsi memproduksi antibodi yang mengenali antigen asing, sementara sel T berperan dalam menyerang langsung sel yang sudah terinfeksi.
Ketika mutasi gen terjadi pada sel prekursor B, terjadilah kanker ALL sel B. Sebaliknya, bila mutasi terjadi pada prekursor sel T, terjadilah kanker ALL sel T.
WebMD (2024) menambahkan bahwa ALL sel B umumnya terjadi lebih sering dibandingkan ALL sel T. Sekitar 80 sampai 85 persen kasus ALL merupakan ALL sel B, sedangkan 15 sampai 20 persen sisanya adalah ALL sel T.
Quote:
Faktor Risiko
Menurut CDC (2024), ALL sel B paling sering ditemukan pada anak-anak berusia 2 sampai 5 tahun. Sebaliknya, ALL sel T cenderung muncul pada remaja laki-laki dan orang dewasa muda.
Perbedaan usia ini berkaitan dengan asal sel kanker dan jalur perkembangan imunologis. Sel T biasanya matang di timus, yang aktivitasnya mencapai puncak pada masa remaja. Karena itu, risiko mutasi pada prekursor sel T meningkat pada usia tersebut.
Selain usia, jenis kelamin juga ikut memengaruhi risiko ALL. ALL sel T lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan perempuan, meskipun penyebab medisnya belum sepenuhnya dipahami (WHO, 2023). Namun, kemungkinan, hal ini disebabkan karena volume darah laki-laki yang lebih banyak dari perempuan.
Quote:
Gejala ALL Sel B dan ALL Sel T
Baik ALL sel B maupun ALL sel T menunjukkan gejala umum leukemia, seperti:
1. Lemas dan lesu
2. Pucat akibat anemia
3. Mudah memar atau mimisan
4. Infeksi berulang karena kekebalan tubuh menurun
5. Nyeri tulang dan sendi
6. Demam tanpa sebab yang jelas
Namun, terdapat perbedaan khas di antara keduanya.
Menurut WebMD (2024), ALL sel B sering muncul dengan gejala klasik anemia dan infeksi. Sebaliknya, ALL sel T dapat menimbulkan pembesaran kelenjar getah bening di rongga tengah dada, yang menyebabkan kesulitan bernapas atau nyeri dada. Hal ini terjadi karena sel T yang ganas berkembang di timus, sehingga massa tumor dapat terbentuk di area tersebut.
Dalam beberapa kasus, pasien ALL sel T juga mengalami peningkatan jumlah sel darah putih ganas yang jauh lebih tinggi dibandingkan pasien ALL sel B, yang dapat memperburuk kondisi klinis awal.
Quote:
Mutasi Genetik dan Biomarker
Salah satu aspek penting dalam memahami kanker, termasuk leukemia, adalah mengetahui mutasi genetik yang mendasarinya. WHO (2023) menjelaskan bahwa setiap tipe ALL memiliki tanda genetik (biomarker) tertentu yang memengaruhi prognosis dan pilihan terapi.
Pada ALL sel B, mutasi yang paling umum ditemukan antara lain:
ETV6-RUNX1 (t(12;21)): Sering dijumpai pada anak-anak dan memiliki prognosis baik.
BCR-ABL1 (t(9;22), dikenal sebagai kromosom Philadelphia): Umum pada dewasa dan berhubungan dengan prognosis lebih buruk.
Hiperdiploidi: Terkait dengan hasil terapi yang baik.
Sedangkan pada ALL sel T, mutasi yang sering ditemukan melibatkan gen seperti:
NOTCH1: Ditemukan pada lebih dari 50% kasus T-cell ALL.
CDKN2A/CDKN2B deletion: Memengaruhi regulasi siklus sel.
HOX11 dan TAL1: Berhubungan dengan proliferasi sel darah putih yang berlebihan.
Mutasi-mutasi ini tidak hanya menentukan karakter biologis kanker, tetapi juga berpengaruh besar terhadap pilihan pengobatan tertarget yang kini menjadi bagian penting dalam manajemen leukemia modern.
Quote:
Pengobatan dan Respons Terapi
Pengobatan leukemia limfositik akut secara umum melibatkan kombinasi kemoterapi banyak obat, terapi tertarget, terapi bestral (dalam kasus tertentu), dan transplantasi sumsum tulang jika diperlukan.
Menurut pedoman WHO (2023) dan CDC (2024), terapi leukemia limfositik akut terbagi dalam tiga fase:
1. Induksi remisi: Untuk menghancurkan sel leukemia sebanyak mungkin.
2. Konsolidasi: Untuk mencegah kambuhnya leukemia dengan obat tambahan.
3. Pemeliharaan: Untuk menjaga supaya pasien tetap remisi dalam jangka panjang.
Namun, respons terhadap terapi berbeda antara ALL sel B dan ALL sel T.
Menurut WHO (2023), ALL sel B, khususnya yang terjadi pada anak-anak, umumnya memberikan hasil yang sangat baik terhadap kemoterapi konvensional. Tingkat kesembuhan dapat mencapai lebih dari 85 sampai 90 persen pada fasilitas kesehatan yang canggih.
Sebaliknya, ALL sel T cenderung lebih agresif dan memiliki risiko kekambuhan yang lebih tinggi. Meski demikian, kemajuan terapi yang menargetkan gen tertentu seperti NOTCH1 telah meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan.
Selain itu, imunoterapi telah menjadi terobosan besar, terutama untuk kasus ALL sel B yang kambuh atau tidak mempan terhadap pengobatan. Terapi ini menggunakan sel imun pasien sendiri yang dimodifikasi untuk mengenali dan menyerang sel kanker secara spesifik (WebMD, 2024).
Quote:
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi leukemia limfositik akut bisa sangat luas, mulai dari infeksi berat akibat penurunan imunitas, anemia kronis, syok hipovolemik karena perdarahan hebat, hingga gangguan sistem saraf pusat.
Menurut CDC (2024), pada ALL sel B, risiko penyusupan sel kanker ke sistem saraf pusat terjadi pada sekitar 5 sampai 10 persen pasien. Sedangkan pada ALL sel T, risiko penyusupan sel kanker ke sistem saraf pusat lebih tinggi, mencapai 20 sampai 25 persen. Oleh karena itu, terapi pencegahan penyusupan dengan injeksi metotreksat ke cairan sumsum tulang belakang sering diberikan sejak awal.
Faktor-faktor yang memengaruhi prognosis pasien ALL mencakup usia, jumlah sel darah putih saat diagnosis, status genetik leukemia, serta respons terhadap terapi awal.
Berdasarkan laporan WHO (2023), pasien anak dengan ALL sel B memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun mencapai 90 persen, sedangkan ALL sel B sekitar 70 sampai 80 persen. Pada orang dewasa, angka tersebut menurun menjadi sekitar 40 sampai 60 persen, tergantung kondisi kesehatan seseorang.
Quote:
Diagnosis
Diagnosis leukemia limfositik akut dilakukan melalui pemeriksaan darah lengkap, aspirasi sumsum tulang, imunofenotipe dengan sitometri aliran, serta analisis genetik.
WHO (2023) menegaskan bahwa imunofenotipe sangat penting untuk menentukan apakah leukemia tersebut berasal dari sel B atau sel T. Pemeriksaan ini mendeteksi penanda permukaan sel seperti:
CD19, CD20, CD22: Khas untuk ALL sel B
CD3, CD5, CD7: Khas untuk ALL sel T
Selain itu, pemeriksaan sitogenetik dan molekuler membantu menentukan adanya kelainan kromosom seperti kromosom Philadelphia, yang penting untuk menentukan terapi tertarget seperti imatinib.
Quote:
Kesimpulan
Perbedaan antara ALL sel B dan ALL sel T bukan sekadar soal jenis sel yang terlibat, tetapi juga mencakup karakter biologis, klinis, dan respons terapi yang berbeda.
Secara umum, ALL sel B lebih sering ditemukan, terutama pada anak-anak, dengan prognosis lebih baik. ALL sel T lebih agresif, lebih sering muncul pada remaja laki-laki, dan lebih memiliki kecenderungan menyebabkan pembentukan massa tumor di rongga tengah dada.
Kemajuan dalam bidang genetika dan imunoterapi memberikan harapan baru bagi pasien kedua jenis ALL ini. Dengan dukungan lembaga penelitian medis yang terus memperbarui pedoman klinis, masa depan pengobatan leukemia tampak semakin cerah.
Quote:
Sekian thread dari gue
.
Apabila ada salah kata atau ada kata-kata gue yang kurang berkenan, gue mohon maaf
.
Terima kasih dan selamat pagi!

Apabila ada salah kata atau ada kata-kata gue yang kurang berkenan, gue mohon maaf

Terima kasih dan selamat pagi!

Quote:
Sumber
https://www.cdc.gov/cancer/acute-lym...astic-leukemia https://www.webmd.com/cancer/what-is-all-leukemia World Health Organization. (2023). Classification of Tumours of Haematopoietic and Lymphoid Tissues (5th ed.). Geneva: WHO Press.Diubah oleh aurora.. 06-10-2025 09:16






rudykur164173 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
297
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan