Quote:
Data bea cukai China untuk Agustus 2025 mencatat fenomena yang mengejutkan dunia energi: impor minyak mentah dari Indonesia melonjak menjadi 2,7 juta ton, setara dengan sekitar 630.000 barel per hari. Angka ini sangat tidak biasa dan memantik tanda tanya besar, mengingat Indonesia sendiri telah menjadi net-importer minyak selama lebih dari 20 tahun terakhir.
Lonjakan drastis ini, seperti dilaporkan Bloomberg dan diangkat oleh berbagai media global, menimbulkan spekulasi di kalangan trader dan analis bahwa minyak tersebut sebenarnya berasal dari Iran yang "dialihkan" dan "diberi label" ulang sebagai produk Indonesia untuk menghindari sanksi Amerika Serikat terhadap Tehran.
Akar dari kecurigaan ini terletak pada kesenjangan data yang sangat lebar. Volume 630.000 barel per hari yang dilaporkan China jauh melampaui produksi minyak mentah Indonesia domestik, yang rata-rata hanya sekitar 580.000 barel per hari. Sebagian besar produksi dalam negeri itu pun dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan domestik yang mencapai 1,7 juta barel per hari.
Bukti kunci didapatkan dari data pelacakan kapal tanker. Setidaknya empat kapal, yaitu Aquaris, Yuhan, Pola, dan Pix, menunjukkan pola pergerakan yang mencurigakan. Kapal-kapal ini terpantau memberi sinyal berhenti di Pelabuhan Kabil di Pulau Batam, Indonesia, yang letaknya dekat Singapura. Namun, Kabil bukanlah pelabuhan ekspor minyak mentah utama.
Setelah itu, kapal-kapal tersebut berpindah sinyal ke perairan Malaysia di dekat Johor untuk melakukan transfer muatan dari kapal ke kapal (ship-to-ship transfer). Perubahan draft (sarat air) kapal menunjukkan bahwa mereka memuat minyak bukan dari fasilitas Indonesia, melainkan dari sumber yang dikaitkan dengan pasokan Iran. Setelah proses ini, muatan kemudian dikirim ke pelabuhan-pelabuhan China seperti Qingdao, Dalian, dan Rizhao.
Secara historis, Malaysia telah menjadi titik transit utama untuk minyak Iran yang dialihkan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, impor deklarasi China dari Malaysia turun lebih dari 30%.
Penurunan ini bertepatan dengan lonjakan impor dari Indonesia, menunjukkan kemungkinan pergeseran hub pengalihan akibat tekanan AS yang meningkat di bawah pemerintahan Trump.
China secara resmi tidak melaporkan impor minyak mentah dari Iran sejak pertengahan 2022. Namun, negeri Tirai Bambu itu diyakini tetap menjadi pembeli terbesar Iran, mengamankan barel minyak dengan diskon besar (minyak berlabel Indonesia yang tiba di Agustus disebut memiliki diskon $11 per barel dibanding minyak Saudi) melalui skema yang tidak transparan ini.
sumber:
https://www.msn.com/id-id/berita/oth...d=BingNewsSerp
apa ini alasan impor bbm harus satu pintu?