Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari memicu tanda tanya besar. Berdasarkan laporan per 19 Januari 2025, total kekayaan Qodari tercatat mencapai Rp261,9 miliar atau tepatnya Rp261.937.383.652.

Jumlah itu sontak menjadi sorotan, termasuk dari mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu. Ia secara terbuka meragukan asal-usul harta fantastis Qodari, yang selama ini dikenal publik sebagai pengamat politik sekaligus pendiri Indo Barometer.

“Saya mohon maaf, Qodari. Puluhan tahun saya di birokrasi, saya tahu siapa pebisnis besar di negeri ini. Tapi saya tidak pernah mendengar perusahaan Anda, kecuali hanya sebagai tukang survei. Kalau sampai punya kekayaan ratusan miliar, itu tanda tanya besar,” kata Said Didu dalam Podcast Madilog bersama Indra J Piliang, seperti dikutip Kamis (25/9/2025) dari kanal YouTube Forum Keadilan TV.

Said Didu menegaskan, ia paham betul biaya operasional survei politik. Karena itu, menurutnya, mustahil kekayaan sebesar itu hanya bersumber dari bisnis lembaga survei.

Qodari sendiri bukan nama asing di dunia politik. Pada 2006, ia mendirikan Indo Barometer, lembaga survei independen yang kerap merilis jajak pendapat isu nasional. Namun, LHKPN terbarunya justru menimbulkan perdebatan publik: apakah bisnis survei benar-benar bisa menghasilkan ratusan miliar, atau ada sumber kekayaan lain yang belum terungkap?

https://www.abadikini.com/2025/09/25...-rp261-miliar/

Kok nanya bisnis apa, Politik bisa jadi bisnis juga kan