- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Guru Informatika SMAN 1 Kota Kupang Diduga Dianiaya Siswi Kelas XI


TS
mabdulkarim
Guru Informatika SMAN 1 Kota Kupang Diduga Dianiaya Siswi Kelas XI

Tayang: Senin, 22 September 2025 19:09 WITA
Penulis: Ray Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat fotoGuru Informatika SMAN 1 Kota Kupang Diduga Dianiaya Siswi Kelas XI
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
DIANIAYA SISWI - Rini (tengah), guru SMAN 1 Kota Kupang yang diduga dianiaya siswi didampingi Ketua PGRI NTT Dr. Sam Haning saat menceriterakan kejadian yang dialaminya kepada awak media.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Guru Informatika SMAN 1 Kota Kupang, Rini L. M. (RLM), mengaku menjadi korban penganiayaan oleh siswinya berinisial VS, murid kelas XI.
Menurut Rini, persoalan bermula pada 31 Juli 2205, saat kegiatan belajar mengajar jam pertama.
Ketika itu VS terlihat mengenakan riasan wajah saat guru memasuki kelas, sementara siswa lain telah memberi salam.
Padahal, kata Rini sekolah sudah membuat kesepakatan sejak awal, dimana siswa dilarang mengerjakan pelajaran lain selama jam Informatika, tidak boleh menggunakan telepon genggam, serta harus bersikap sopan.
"Jadi saya suruh dia bawa barang-barang make-up ke depan untuk saya foto dan berikan ke guru BP supaya mendapat pendampingan," ujarnya, Minggu (21/9/2025).
Namun bukannya berhenti, lanjut kata Rini VS bersama kelompoknya justru mengerjakan tugas mata pelajaran lain ketika pelajaran Informatika berlangsung.
Rini mengaku sempat merobek bagian kertas yang mereka tulis untuk menegakkan aturan kelas, sambil meminta maaf atas tindakannya itu. VS tampak tidak menerima, namun guru tetap berusaha tenang dan tidak menanggapi lebih jauh.
Ia kemudian mengambil dan foto perlengkapan make-up milik VS untuk dilaporkan kepada guru bimbingan dan penyuluhan (BP), lalu meninggalkan kelas tanpa membawa barang sitaan tersebut.
Setelah kejadian itu, VS tidak lagi hadir dalam pelajaran Informatika selama lebih dari satu bulan.
Hingga akhir Agustus, siswi tersebut tetap absen. Rini akhirnya menghubungi guru BP untuk menanyakan keberadaan VS. Menurut laporan BP, orang tua VS menyebut anaknya sakit, meski tanpa surat keterangan dokter.
Pada 11 September, VS kembali masuk kelas. Saat Rini menyampaikan bahwa pembelajaran sudah memasuki materi baru dan siswa yang belum memiliki nilai diminta mengonfirmasi, VS diduga berpura-pura muntah seperti mengejek.
Rini kemudian memanggil VS ke depan kelas dan memintanya menulis pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Setelah kembali ke tempat duduk, VS disebut masih mengobrol dengan kelompoknya dan tetap menggunakan ponsel di kelas.
Pelanggaran itu dicatat oleh Rini, bahkan ia sempat memeriksa tas VS yang berisi alat make-up dan sebuah buku karena ponsel tidak diserahkan.
Keesokan harinya, 12 September, VS kembali ke kelas ketika ujian tengah berlangsung. Siswi itu tetap mengenakan make-up, namun guru memilih melanjutkan membacakan soal.
Saat membaca soal ujian, VS dan teman-temannya berulang kali bertanya dengan nada seolah tidak mendengar.
Rini sempat keluar untuk menegur kelas lain yang membuat permainan sehingga berisik, tetapi setelah kembali, perilaku VS tak berubah.
Rini kemudian meminta siswa yang tidak serius maju ke kursi depan, tetapi mereka mengabaikan arahan tersebut.
Ketika mengawasi ujian, Rini mendengar VS melontarkan ancaman, "Lu tunggu sa, beta pung mama su lapor lu di dinas."
Rini mengaku merasa diolok dan tidak dihargai oleh kata-kata itu. Ia lalu meminta VS keluar dari kelas, namun siswi itu justru menantang balik.
Rini akhirnya menarik kerah baju VS dan merobek kertas ujian yang dipegangnya.
Karena VS terus membantah dan menyapanya dengan kata "Lu", Rini mengaku sempat mendorong mulut siswi tersebut agar berhenti berbicara tidak sopan. VS kemudian mengangkat kaki kanannya dan menendang bagian kiri tubuh guru.
Menurut Rini kasus itu pun dilaporkan ke kepala sekolah. Namun penyelesaiannya hanya berupa sanksi skorsing selama satu minggu terhadap VS.
Rini menyayangkan keputusan tersebut karena merasa insiden yang dialaminya tidak ditangani secara adil.
Ia menilai perlindungan bagi guru di lingkungan sekolah masih kurang ketika menghadapi siswa yang melanggar tata tertib dan bersikap tidak hormat.
Kepala SMAN 1 Kota Kupang, Dra. Marselina Tua yang dikonfimasi membenarkan kejadian itu.
"Iya benar, tapi tidak mungkin ada asap tanpa api kan," ungkapnya, Senin (22/9/ 2025).
Ia mengaku siswa menendang guru karena awalnya ia ditampar.
"Siswi juga ditempeleng dan merespon dengan menendang guru," ujarnya.
Marselina pun tidak ingin berbicara banyak karena ia ingin melapokan kejadian itu langsung ke Dinas P dan K NTT. (rey)
https://kupang.tribunnews.com/kupang...s-xi?page=all.
masalah murid di Kupang




orangemonkey dan itkgid memberi reputasi
2
306
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan