Kaskus

News

creativeslen783Avatar border
TS
creativeslen783
Para Miliarder Melawan Kematian, Hamburkan Triliunan untuk Riset Kehidupan Abadi
Para Miliarder Melawan Kematian, Hamburkan Triliunan untuk Riset Kehidupan Abadi

AMERIKA - Berapa harga yang rela Anda bayar untuk hidup hingga 150 tahun, atau sekadar menambah 20 tahun masa tua yang sehat? Bagi kebanyakan orang, itu adalah angan-angan.

Namun bagi segelintir elite super kaya di Silicon Valley, itu adalah proyek riset yang didanai dengan ambisi dan uang dalam jumlah yang sulit dibayangkan.

Selama dua setengah dekade terakhir, lebih dari Rp80 triliun (USD5 miliar) telah digelontorkan oleh para miliarder teknologi ke dalam industri "umur panjang" (longevity).

Nama-nama besar seperti Peter Thiel, Sam Altman, Yuri Milner, dan Marc Andreessen adalah para patron di balik perburuan modern mencari "air mancur awet muda" ini.

Jaringan Peter Thiel sendiri, misalnya, telah menyuntikkan lebih dari Rp 11,2 triliun (USD700 juta) ke belasan perusahaan yang berjuang melawan proses penuaan.

Mereka mengubah cabang ilmu yang dulu dianggap berada di pinggiran akademis menjadi sebuah tren budaya yang seksi dan, yang terpenting, sangat menguntungkan.

Peta Harta Karun: Siapa dan Berapa Banyak Aliran dana ini mengalir deras dan terfokus.

Altos Labs, perusahaan rintisan yang diluncurkan pada 2022 dengan misi ambisius untuk "meremajakan sel," berhasil mengumpulkan dana fantastis sebesar Rp48 triliun (USD3 miliar), menjadikannya yang terbesar dalam arena ini.

Perusahaan lain seperti Insilico Medicine, yang menggunakan AI untuk menemukan obat penyakit terkait usia, telah mengumpulkan lebih dari Rp8 triliun USD500 juta).

Sementara BioAge Labs, yang fokus pada penyakit penuaan, berhasil mendapatkan Rp8,94 triliun (USD559 juta) dari investor termasuk firma milik miliarder Vinod Khosla dan Marc Andreessen.

"Banyak orang sudah bisa melewati usia 100 tahun dan mereka sehat. Jadi mengapa itu tidak bisa dicapai oleh kita semua?" ujar Kristen Fortney, CEO BioAge Labs, menyuarakan optimisme yang menggerakkan industri ini.

Optimisme ini menular; rata-rata putaran pendanaan untuk perusahaan sejenis telah tumbuh lebih dari 20% dalam dekade terakhir, mencapai hampir Rp 688 miliar (USD43 juta) per putaran tahun ini.

Motivasi Pribadi di Balik Cek Triliunan Di balik setiap investasi besar ini, sering kali tersembunyi sebuah dorongan yang sangat personal, bahkan terkadang tragis.

Naveen Jain, seorang miliarder, mendirikan Viome Life Sciences setelah ayahnya meninggal karena kanker pankreas.

Ia menuangkan Rp480 miliar (USD30 juta) dari uangnya sendiri ke perusahaan yang menjual tes kesehatan rumahan dan suplemen personal ini. Motivasinya sederhana namun radikal:

"Saya ingin membuat penuaan menjadi sebuah pilihan," katanya.

Stéphane Bancel, CEO Moderna yang terkenal saat pandemi, secara pribadi mencoba diet yang meniru efek puasa

Terkesan dengan hasilnya, ia kemudian memimpin putaran pendanaan sebesar Rp752 miliar (USD47 juta) untuk perusahaan di baliknya.

"Pada usia 70, seseorang seharusnya merasa seperti usia 40," tambah miliarder Vinod Khosla, salah satu investor paling aktif di bidang ini.

Tiga Jalan Menuju Keabadian Para miliarder ini tidak menaruh semua telur mereka dalam satu keranjang. Secara garis besar, taruhan triliunan rupiah mereka terbagi menjadi tiga jalan utama:

1. Memutar Balik Waktu: Ini adalah jalan paling ambisius dan spekulatif, dengan fokus pada "pemrograman ulang" sel untuk mengembalikannya ke kondisi yang lebih muda. Jalan ini telah menarik investasi sekitar Rp80 triliun.

2. Memerangi Penyakit Tua: Pendekatan yang lebih pragmatis ini berfokus pada pengembangan obat untuk penyakit yang identik dengan usia tua, seperti obesitas dan penurunan fungsi otot. Namun, risikonya tetap tinggi. Sebuah uji coba obat obesitas oleh BioAge Labs sempat dihentikan pada 2024 karena masalah keamanan.

3. Optimasi Masa Kini: Ini adalah pasar yang paling komersial. Sekitar Rp 41,6 triliun (USD2.6 miliar) telah diinvestasikan ke perusahaan yang menjual pelacak kesehatan, suplemen, program nutrisi, hingga kosmetik anti-penuaan.

Kritik di Balik Ambisi Gerakan ini dipopulerkan oleh para "nabi" awet muda seperti penulis Peter Attia dan biohacker Bryan Johnson, yang rela menghabiskan Rp16 miliar (USD1 juta) setahun untuk eksperimen pada tubuhnya sendiri.

Namun, di balik fasad kemajuan ilmu pengetahuan, pertanyaan kritis mengemuka. Ketika dunia menghadapi krisis iklim, kelaparan, dan penyakit menular, apakah menggelontorkan dana setara PDB negara kecil untuk ambisi segelintir orang kaya melawan takdir adalah penggunaan sumber daya yang bijak?

Perlombaan ini berisiko menciptakan masa depan distopia: sebuah dunia dua kasta di mana kaum super kaya bisa "membeli" dekade tambahan kehidupan yang sehat dan produktif, sementara masyarakat umum tetap menua dan mati seperti biasa.

sindonews.com
maniacok99Avatar border
tiokyapcingAvatar border
ridholksn23960Avatar border
ridholksn23960 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.6K
69
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan