- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Saham Emiten Rokok Menguat Usai Sri Mulyani Diganti Purbaya


TS
jaguarxj220
Saham Emiten Rokok Menguat Usai Sri Mulyani Diganti Purbaya
Bloomberg Technoz, Jakarta - Saham emiten rokok mencatatkan penguatan di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Senin (8/9/2025).
Indeks komposit ditutup melemah 1,28% atau ambles 100,49 poin ke posisi 7.766,84 selepas sentimen pergantian posisi menteri keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.
Transaksi terpantau cukup ramai dengan manuver jual diiringi panic selling, dengan intensitas nilai transaksi mencapai Rp20,2 triliun dan volume perdagangan sentuh 36,68 miliar saham. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 2,23 juta kali jual–beli.
Hanya ada 232 saham yang menguat. Sedang sebanyak–banyaknya 451 saham melemah dan 121 saham lainnya tidak bergerak. Posisi terendah IHSG hari ini ada di 7.766,84 sedang tertingginya sempat di 7.934,99.
Saham–saham konsumen non primer, saham keuangan, dan saham infrastruktur jadi yang terdalam pelemahannya pada hari ini, melemah mencapai 2,47%, 2,29%, dan 2,07% secara masing–masing.
Kendati demikian, saham emiten rokok justru mengalami penguatan sampai penutupan perdagangan hari ini.
Misalkan, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menguat 17,76% ke level Rp630 per saham di tengah sentimen pergantian posisi menteri keuangan hari ini. Secara tahunan, saham HMSP minus 15,44% dengan level terbawah di angka Rp510 per saham pada 8 April 2025.
Selanjutnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menguat 12,50% ke level Rp9.900 per saham. Kendati demikian, saham GGRM bergerak minus 38,22% secara tahunan selepas sempat menyentuh level Rp16.550 per saham pada 24 September 2024.
Adapun, saham Wismilak Inti Makmur (WIIM) menguat 16,35% ke level Rp925 per saham sepanjang perdagangan hari ini. Secara tahunan saham WIIM relatif bergerak minus 6,57%.
Sementara itu, saham PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menguat 11,61% ke level Rp250 per saham sampai penutupan perdagangan hari ini. Hanya saja, saham ITIC bergerak minus 2,34% dibandingkan dengan posisi tahun lalu.
Pergerakan saham emiten rokok itu berkaitan dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan fiskal ke depan.
Selama menjabat, Sri Mulyani dikenal sebagai menteri keuangan yang beberapa kali menaikkan tarif cukai rokok.
Kenaikan tertinggi terjadi pada 2020, yaitu hingga 23%, disusul dengan kenaikan rata-rata 10% pada tahun lalu. Sementara pada 2025 pemerintah memutuskan tidak ada kenaikan tarif cukai.
Berikut catatan kenaikan cukai rokok selama periode kepemimpinan Sri Mulyani:
2023–2024: Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok sebesar 10%.
2022: Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 12%.
2021: Kenaikan tarif CHT rata-rata 12,5% per batang untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM), sementara tarif untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT) tetap.
2018: Kenaikan rata-rata tarif cukai mencapai 10,04%.
2020: Kenaikan tertinggi hingga 23% di beberapa golongan produk.
Investor Tunggu Purbaya
Menurut analis, arah kebijakan fiskal yang akan ditempuh Purbaya Yudhi Sadewa akan menjadi penentu sentimen pasar ke depan.
Stabilitas rupiah, strategi pembiayaan APBN, serta kebijakan pajak termasuk soal cukai akan diawasi ketat oleh investor.
“Penggantinya akan sangat menentukan. Kalau tak sepadan secara kredibilitas, risiko capital outflow tidak tertahankan, IHSG akan tertekan,” ujar kata Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fadhil Hasan.
“Pasar cenderung menunggu sikap dan kebijakan awalnya. Jika tidak meyakinkan, tekanan di pasar tetap bisa terjadi,” tambahnya.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ganti-purbaya/
Angin segar untuk pengusaha dan shareholder perusahaan rokok.
Indeks komposit ditutup melemah 1,28% atau ambles 100,49 poin ke posisi 7.766,84 selepas sentimen pergantian posisi menteri keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.
Transaksi terpantau cukup ramai dengan manuver jual diiringi panic selling, dengan intensitas nilai transaksi mencapai Rp20,2 triliun dan volume perdagangan sentuh 36,68 miliar saham. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 2,23 juta kali jual–beli.
Hanya ada 232 saham yang menguat. Sedang sebanyak–banyaknya 451 saham melemah dan 121 saham lainnya tidak bergerak. Posisi terendah IHSG hari ini ada di 7.766,84 sedang tertingginya sempat di 7.934,99.
Saham–saham konsumen non primer, saham keuangan, dan saham infrastruktur jadi yang terdalam pelemahannya pada hari ini, melemah mencapai 2,47%, 2,29%, dan 2,07% secara masing–masing.
Kendati demikian, saham emiten rokok justru mengalami penguatan sampai penutupan perdagangan hari ini.
Misalkan, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menguat 17,76% ke level Rp630 per saham di tengah sentimen pergantian posisi menteri keuangan hari ini. Secara tahunan, saham HMSP minus 15,44% dengan level terbawah di angka Rp510 per saham pada 8 April 2025.
Selanjutnya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menguat 12,50% ke level Rp9.900 per saham. Kendati demikian, saham GGRM bergerak minus 38,22% secara tahunan selepas sempat menyentuh level Rp16.550 per saham pada 24 September 2024.
Adapun, saham Wismilak Inti Makmur (WIIM) menguat 16,35% ke level Rp925 per saham sepanjang perdagangan hari ini. Secara tahunan saham WIIM relatif bergerak minus 6,57%.
Sementara itu, saham PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menguat 11,61% ke level Rp250 per saham sampai penutupan perdagangan hari ini. Hanya saja, saham ITIC bergerak minus 2,34% dibandingkan dengan posisi tahun lalu.
Pergerakan saham emiten rokok itu berkaitan dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan fiskal ke depan.
Selama menjabat, Sri Mulyani dikenal sebagai menteri keuangan yang beberapa kali menaikkan tarif cukai rokok.
Kenaikan tertinggi terjadi pada 2020, yaitu hingga 23%, disusul dengan kenaikan rata-rata 10% pada tahun lalu. Sementara pada 2025 pemerintah memutuskan tidak ada kenaikan tarif cukai.
Berikut catatan kenaikan cukai rokok selama periode kepemimpinan Sri Mulyani:
2023–2024: Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok sebesar 10%.
2022: Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 12%.
2021: Kenaikan tarif CHT rata-rata 12,5% per batang untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM), sementara tarif untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT) tetap.
2018: Kenaikan rata-rata tarif cukai mencapai 10,04%.
2020: Kenaikan tertinggi hingga 23% di beberapa golongan produk.
Investor Tunggu Purbaya
Menurut analis, arah kebijakan fiskal yang akan ditempuh Purbaya Yudhi Sadewa akan menjadi penentu sentimen pasar ke depan.
Stabilitas rupiah, strategi pembiayaan APBN, serta kebijakan pajak termasuk soal cukai akan diawasi ketat oleh investor.
“Penggantinya akan sangat menentukan. Kalau tak sepadan secara kredibilitas, risiko capital outflow tidak tertahankan, IHSG akan tertekan,” ujar kata Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fadhil Hasan.
“Pasar cenderung menunggu sikap dan kebijakan awalnya. Jika tidak meyakinkan, tekanan di pasar tetap bisa terjadi,” tambahnya.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...ganti-purbaya/
Angin segar untuk pengusaha dan shareholder perusahaan rokok.






pratzickivler dan 5 lainnya memberi reputasi
6
582
18


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan