Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri

Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
07 Sep 2025, 19:15 WIB
Santi Dewi
(IDN Times/Santi Dewi)
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah (memegang mikrofon) tengah memberikan keterangan jumpa pers di Balai Media. (IDN Times/Santi Dewi)

Jakarta, IDN Times - Hari Jumat siang, 5 September 2025, Balai Wartawan Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, terlihat sibuk menyiapkan jumpa pers penting. Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah kemudian duduk di bagian depan didampingi Kepala Biro Penerangan Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen (Pol) Trunoyudo Wisnu Andiko. Selain itu, kepala dinas penerangan dari tiga matra TNI turut hadir, juga Komandan Satuan Siber TNI.

Freddy mengatakan, ingin mengklarifikasi sejumlah isu dan narasi yang muncul di ruang publik. Menurut Jenderal Bintang Dua itu, narasi yang beredar itu sudah melukai perasaan para prajurit TNI yang bertugas. Salah satu isu yang diklarifikasi yakni soal tuduhan prajurit TNI ikut jadi provokator dalam aksi demo pada akhir Agustus 2025 lalu.

"Narasi negatif, kemudian framing-framing yang menyesatkan sudah saya klarifikasi. Lima hari yang lalu sudah saya klarifikasi bahwa itu (narasi negatif) hoaks dan tidak benar," ujar Freddy.

Meski sudah diklarifikasi, tetapi framing negatif itu disebut Freddy dipakai oleh media dan sejumlah individu untuk memojokan TNI. "Dampak dari pemberitaan yang meluas, terkait dengan TNI dalang kerusuhan, TNI tertangkap Polri, lalu TNI provokator, itu betul-betul bagi kami, pemberitaan tersebut melukai hati prajurit dan instansi TNI," tutur dia.

Padahal, prajurit TNI yang diterjunkan ke lapangan sama-sama bekerja dan membantu Polri untuk meredam tindak kerusuhan. "Mereka pun sama-sama kepanasan, kena lempar batu, kena (tembak) gas air mata, bahkan ada yang kena bom molotov," katanya.

Meski begitu, ia tak ingin framing negatif lebih kuat di ruang publik dibandingkan apa yang sudah dikerjakan selama ini. Kemudian, Freddy membacakan data-data yang tertulis di dalam kertas di atas mejanya.

Apa saja isu yang diklarifikasi oleh Mabes TNI?

1. Anggota BAIS TNI sempat dihampiri Brimob Polri di Pejompongan
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
(Dokumentasi Puspen TNI)
Anggota intel dari BAIS TNI, Mayor SS, dihampiri oleh anggota Brimob saat demo ricuh di area Pejompongan, Jakarta Pusat. (Dokumentasi Puspen TNI)
Pertama, Freddy mengklarifikasi mengenai anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) yang dihampiri oleh anggota Brimob ketika demo berujung ricuh di area Pejompongan, Jakarta Pusat pada Jumat, 29 Agustus 2025 lalu. Identitas anggota BAIS itu kemudian diketahui Mayor SS. Ia merupakan komandan tim 2 Dev IV Satuan Intel Bais TNI.

Dokumentasi ketika Mayor SS dihampiri oleh anggota Brimob Polri dan identitasnya kini tersebar luas di media sosial. Meski begitu, Freddy membantah dengan keras Mayor SS merupakan provokator dan ditangkap oleh Brimob Polri.

"Saya sampaikan bahwa foto ini memang benar anggota BAIS TNI karena sudah jelas di situ. Yang saya sangkal adalah narasinya. Narasi pertama itu ditangkap Polri dan kedua adalah provokator. Jadi, itu tidak benar," tutur dia.

Ia kembali menggarisbawahi sampai saat ini tidak ada anggota TNI yang ditangkap oleh Polri. Freddy juga menjelaskan, anggota BAIS TNI bertugas untuk melakukan deteksi dan cegah dini terhadap berbagai upaya serta ancaman.

"Oleh karena itu, di mana pun sekiranya ada situasi mengancam, pasti ada rekan-rekan kami yang bertugas di situ. Mereka melakukan tugas negara," imbuhnya.


2. Pratu Handika dipiting anggota Brimob karena dianggap pendemo yang rusuh
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
(Dokumentasi Istimewa)
Pratu Handika Novaldo (tengah) ikut memberikan klarifikasi ketika dipiting oleh anggota Brimob di depan DPRD Sumatra Selatan. (Dokumentasi Istimewa)
Isu lain yang beredar di ruang publik yakni soal sikap anggota Brimob Polri yang melakukan tindak kekerasan terhadap anggota Yonkav 5/DPC, Pratu Handika Novaldo, dalam demonstrasi di Sumatra Selatan pada Minggu dini hari, 31 Agustus 2025 lalu. Menurut Freddy, Pratu Handika bukan termasuk salah satu demonstran, dan tidak pernah menjadi bagian dari aksi unjuk rasa.

Namun, sikap anggota Brimob yang sempat memiting Handika direkam dan tersebar luas di media sosial hingga viral.

"Ditegaskan oleh Kapendam bahwa prajurit tersebut sama sekali tidak terlibat aksi unjuk rasa maupun provokasi. Melainkan, dia sedang mencari makan dan mengisi BBM motor di SPBU," ujarnya.

Saat itu, kata Jenderal Bintang Dua tersebut, sedang terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran di DPRD Sumsel. Demo yang semula damai berujung kerusuhan.

"Penanganannya memang agak keras, dengan dipiting begitu," katanya.

3. TNI disebut jadi dalang kerusuhan di Ternate
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
Sejumlah prajurit TNI AD bersiap melakukan apel sebelum patroli di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (31/8/2025). Komando Daerah Militer Jayakarta mengerahkan satu pasukan Satuan Setingkat Kompi untuk berpatroli keliling wilayah Jakarta guna mengantisipasi aksi anarkisme sekaligus untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat. ANTARA FOTO/Fauzan
Isu lain yang diklarifikasi yaitu soal narasi yang menyebut seorang anggota TNI tertangkap dan menjadi provokator kerusuhan di Ternate. Namun, pada kenyataannya setelah dicek, pria itu bukan anggota TNI.

"Ini sudah diklarifikasi juga oleh Kapolres Ternate, melalui keterangan resmi didampingi ibu yang bersangkutan dijelaskan bahwa seorang yang dimaksud tersebut bukan anggota TNI, melainkan seorang pelajar berusia 16 tahun bernama Pascal Mamangkey,[/" kata Freddy.

Dalam pemaparannya, Freddy juga menyebut seorang bernama Fajri Buhang (26) diamankan oleh peserta aksi karena mengambil dokumentasi di depan barisan massa.

Fajri kemudian diserahkan kepada aparat kepolisian yang berjaga dan dipastikan dia adalah seorang warga sipil yang mengaku sebagai seorang TNI. Kesimpulan itu diperoleh lantaran Fajri tidak bisa menyebut asal satuan dan menunjukkan kartu tanda anggota TNI.

4. TNI dan Polri tetap solid jaga keamanan nasional
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
(Dokumentasi Puspen TNI)
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah di Mabes TNI. (Dokumentasi Puspen TNI)
Dalam pemberian keterangan pers itu, Freddy turut menegaskan, hingga saat ini TNI dan Polri masih tetap solid dalam menjaga stabilitas dan keamanan nasional. Pernyataan itu disampaikan di tengah informasi ada sejumlah anggota TNI yang ditangkap oleh Brimob Polri saat aksi demo berujung ricuh pada pekan lalu.

Narasi adanya penangkapan personel TNI oleh anggota Brimob Polri dianggap dapat membenturkan institusi TNI dengan pihak kepolisian. "Potensi untuk membentur-benturkan antara TNI-Polri dan aparat dengan masyarakat begitu besar. Itu otomatis akan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," katanya.

"Sampai dengan saat ini TNI-Polri masih tetap solid dalam menjaga stabilitas dan keamanan nasional. Kami akan terus bersinergi untuk menciptakan rasa aman, tertib, dan kondusif," imbuhnya.
https://www.idntimes.com/news/indone...0-bbwlv-c59g2j
soal TNI dan Polri




Ada Tentara di Balik Rusuh Unjuk Rasa
Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri
[b]Indonesia membeku selama 28 tahun. Penguasa selalu menuding demonstrasi disusupi motif makar dan antek asing.


7 September 2025 | 08.30 WIB

Dengarkan Berita

Sampul Tempo Di Balik Rusuh Unjuk Rasa
Ringkasan Berita

Liputan pekan ini mencoba membuktikan tuduhan Presiden Prabowo bahwa demonstrasi bermotif makar dan terorisme.

Dengan menganalisis video kerusuhan dan dokumen terverifikasi, kami juga menyimpulkan ada penunggang di balik unjuk rasa.

Motifnya tak jelas, tapi ada proposal dari kabinet Prabowo agar darurat militer diberlakukan.

ADA 1998, para musikus pop mengabadikan peristiwa-peristiwa di sekitar Reformasi dalam lagu. Ahmad Dhani, misalnya, menulis lagu “Ode Buat Extrimist” dalam album Ideologi Sikap Otak, kumpulan lagu perdana Ahmad Band. Dalam lagu itu, pentolan grup Dewa 19 ini menyebut unjuk rasa sebagai “arak-arakan pawai idiot”.

Bimo Setiawan Almachzumi melihat unjuk rasa dengan lebih simpatik. Drumer Slank yang populer dengan nama Bimbim ini menulis lagu “Prakiraan Cuaca” dalam album Lagi Sedih yang dirilis pada 1997. Cuaca dalam lagu itu merupakan metafora keadaan Indonesia yang tak menentu pada tahun tersebut akibat krisis ekonomi, pemerintahan yang goyah, dan kemarahan publik yang meluas.

Isinya deskripsi tentang demonstrasi yang memanaskan Jakarta. Di sana hujan, di sini panas, di situ mendung, di sini kering. Mau dibawa ke mana, negara kita tercinta?

Di akhir lagu, vokalis Akhadi Wira Satriaji alias Kaka bergumam dengan nada sebal, “Ini pasti ditunggangi!” Kalimat tanpa subyek ini menjadi sarkasme yang pas terhadap para pejabat Orde Baru yang acap menuding demonstrasi ditunggangi entah siapa.

Rupanya, Indonesia membeku selama 28 tahun. Para elite Orde Baru yang kini masih memegang peran penting dalam pemerintahan mengucapkan kalimat yang mirip untuk demonstrasi hari-hari ini. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, A.M. Hendropriyono, menuduh demonstrasi ditunggangi pemain asing.

Presiden Prabowo Subianto berulang-ulang menyatakan ada antek asing yang tak menginginkan Indonesia maju. Ia bahkan menegaskan demonstrasi besar di Jakarta dan banyak daerah lain sepekan terakhir Agustus 2025 bermotif makar dan bermuatan terorisme. Baik Hendropriyono maupun Prabowo, tentara yang menduduki jabatan penting di era Orde Baru, tak memberikan penjelasan siapa antek asing dan orang yang hendak melakukan makar itu.

Dengan pemahaman seperti itu, dalam dua kali pidato menanggapi unjuk rasa, Prabowo tak sekali pun menyinggung tuntutan para demonstran. Ia hanya meminta masyarakat Indonesia percaya kepada pemerintahannya yang sedang mengumpulkan tenaga menyongsong kejayaan. Kalaupun beririsan dengan demonstrasi adalah pernyataannya membatalkan kenaikan anggaran tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Demonstrasi menuntut pembubaran DPR itu memang dipicu kenaikan tunjangan anggota Dewan. Dalam hitungan Tempo, yang dikonfirmasi para politikus, mereka menerima penghasilan Rp 8 miliar setahun. Tapi ini hanya pemicu. Tuntutan sebenarnya berakar dari akumulasi kekecewaan dan kemarahan publik atas pelbagai kebijakan pemerintah.


Di tengah ekonomi yang sulit, pemerintah agresif menaikkan tarif pajak dan hendak menerapkan pelbagai pungutan atas transaksi masyarakat. Pada saat target penerimaan pajak tak tercapai akibat pertumbuhan melambat dan utang menumpuk, pemerintah memotong anggaran lalu mengalihkannya untuk proyek-proyek prioritas yang membutuhkan uang besar. Pada saat bersamaan, pemerintah menaikkan tunjangan anggota DPR.

Kemarahan publik meluas dan membesar ketika Affan Kurniawan, pengemudi ojek online, tewas dilindas kendaraan taktis Brigade Mobil ketika berada dalam kerumunan massa demonstrasi. Setelah itu, sepuluh orang lain menyusul kehilangan nyawa. Mau bersuara saja para pembayar pajak dan pemilik suara ini dihadang, dilindas, dan dibunuh.

Lalu Prabowo meminta kita mempercayainya.

Ketika Mabes Klarifikasi Isu yang Dinilai Adu Domba TNI dengan Polri

Rancangan sampul Tempo “Di Balik Rusuh Unjuk Rasa”.

Laporan utama pekan ini mencoba membuktikan tuduhan Hendropriyono dan Prabowo tentang aktor-aktor yang menunggangi demonstrasi. Kerusuhan dan penjarahan rumah para politikus yang mengejek kritik publik memang terlihat ganjil dilakukan para demonstran yang marah terhadap perilaku elite dan kebijakan.

Penelusuran kami menemukan bukan antek asing apalagi teroris yang menggerakkan kerusuhan. Dalam video yang beredar, polisi menangkap orang-orang terduga provokator yang ternyata anggota badan intelijen Tentara Nasional Indonesia. Mereka bergerak rapi, terstruktur, dan memiliki ciri yang seragam.

Kami mencoba menyelisik motifnya. Tuduhan makar mungkin ada benarnya. Proposal darurat militer untuk mencegah keadaan makin kacau masuk ke meja Presiden setelah demonstrasi makin membesar. Jika opsi ini dipilih, posisi Prabowo jelas terancam. Militer bisa mengambil alih kekuasaan dengan dalih memulihkan keamanan.

Jadi bukan antek asing atau pemain luar, apalagi jaringan teroris, yang memicu kerusuhan demonstrasi. Mereka adalah aparatur negara yang seharusnya menjaga keamanan dan keselamatan para demonstran yang sedang menunaikan hak konstitusional dalam negara demokrasi. Tentara dan polisi adalah alat negara, bukan boneka penguasa.

“Ini pasti ditunggangi!” ●

https://www.tempo.co/prelude/sampul-...k-rasa-2067325

penelusuran Tempo . Bukan berita tapi editorial


waloniAvatar border
BALI999Avatar border
BALI999 dan waloni memberi reputasi
2
340
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan