- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
JIKA NEGARA DALAM DARURAT MILITER ? APA YANG AKAN TERJADI ?


TS
mr.spagheti
JIKA NEGARA DALAM DARURAT MILITER ? APA YANG AKAN TERJADI ?
Intro
Ketika sebuah negara menyatakan darurat militer, kehidupan masyarakat berubah drastis.
Situasi ini biasanya dipicu oleh krisis besar, kerusuhan sosial, ancaman kudeta, terorisme, konflik bersenjata, atau kondisi politik yang dianggap tidak terkendali. Dalam kondisi normal, pemerintahan sipil menjalankan fungsi negara.
Namun, begitu darurat militer ditetapkan, kendali negara beralih ke tangan militer.
P 1| RAKYAT SIPIL

Rakyat kecil biasanya menjadi pihak yang paling rentan. Mereka bisa menjadi korban salah tangkap, intimidasi, atau represi. Aktivis sipil, mahasiswa, jurnalis, hingga kelompok masyarakat yang dianggap kritis sering kali jadi sasaran.

P 2| MILITER
KASKUS

Sejarah Indonesia menjadi contoh nyata. Pada 1957, Presiden Soekarno menetapkan darurat militer dengan alasan ancaman disintegrasi bangsa.
Sejak saat itu, peran militer semakin dominan, bukan hanya menjaga keamanan tetapi juga masuk ke dunia politik dan ekonomi. Kondisi darurat menjadi pijakan awal bagi lahirnya dwifungsi ABRI yang bertahan hingga puluhan tahun.
Dan Pihak yang paling diuntungkan adalah militer seperti :
Kendali politik:Militer beralih dari sekadar alat pertahanan menjadi penguasa politik.
Legitimasi kekuasaan: Dengan dalih menjaga stabilitas, militer bisa memperluas pengaruhnya dalam birokrasi dan hukum.
Akses ekonomi: Militer sering mendapat anggaran tambahan dan kontrol atas sumber daya strategis.

P 3| PARA ELITE
KASKUS

Darurat militer juga bisa menjadi senjata politik bagi pemimpin sipil. Presiden atau kepala negara bisa menggunakannya untuk menekan oposisi, membatasi ruang gerak lawan politik, bahkan menunda pemilu dengan alasan keamanan.
Namun, hubungan sipil dan militer tidak selalu harmonis. Di Mesir tahun 2013, misalnya, Presiden Mohamed Morsi yang terpilih lewat pemilu justru digulingkan oleh militer setelah situasi darurat diumumkan.
Militer mengambil alih kekuasaan dengan alasan menjaga stabilitas, tapi kenyataannya mereka memperkuat posisi politik sendiri.
Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun elite sipil mungkin mendapat keuntungan jangka pendek, militer bisa saja berbalik arah dan merebut kekuasaan sepenuhnya.
Darurat militer juga biasanya menjadi kabar buruk bagi oposisi. Banyak dari mereka ditangkap, diasingkan, atau dibungkam.
Namun, ada juga peluang untuk diuntungkan dalam jangka panjang.
Rezim militer yang keras biasanya menimbulkan perlawanan publik. Mantan elite atau oposisi bisa memosisikan diri sebagai korban represi, lalu menggalang dukungan rakyat dan internasional.
Contoh terlihat di Thailand. Setelah kudeta militer 2014, partai oposisi dibatasi. Namun, seiring waktu, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan militer justru membuat oposisi mendapat simpati lebih besar.
Dengan demikian, meski awalnya dirugikan, mantan elite bisa bangkit kembali ketika militer gagal menjaga legitimasi.

PENUTUP
Darurat militer adalah kondisi ekstrem yang mengubah wajah sebuah negara. Ia bisa membawa stabilitas instan, tapi hampir selalu mengorbankan kebebasan. Sejarah menunjukkan bahwa pihak yang paling cepat diuntungkan adalah militer dan penguasa sipil, sementara rakyat justru membayar harga paling mahal.

Ketika sebuah negara menyatakan darurat militer, kehidupan masyarakat berubah drastis.
Situasi ini biasanya dipicu oleh krisis besar, kerusuhan sosial, ancaman kudeta, terorisme, konflik bersenjata, atau kondisi politik yang dianggap tidak terkendali. Dalam kondisi normal, pemerintahan sipil menjalankan fungsi negara.
Namun, begitu darurat militer ditetapkan, kendali negara beralih ke tangan militer.
P 1| RAKYAT SIPIL
KASKUS

Bagi rakyat, darurat militer hampir selalu berarti pembatasan kebebasan. Jam malam diberlakukan, media diawasi, demonstrasi dilarang, dan kebebasan berpendapat dipersempit.
Aparat militer berhak melakukan penangkapan tanpa prosedur panjang, menggelar sidang militer, bahkan menutup akses informasi.
Rakyat kecil biasanya menjadi pihak yang paling rentan. Mereka bisa menjadi korban salah tangkap, intimidasi, atau represi. Aktivis sipil, mahasiswa, jurnalis, hingga kelompok masyarakat yang dianggap kritis sering kali jadi sasaran.

P 2| MILITER
KASKUS

Sejarah Indonesia menjadi contoh nyata. Pada 1957, Presiden Soekarno menetapkan darurat militer dengan alasan ancaman disintegrasi bangsa.
Sejak saat itu, peran militer semakin dominan, bukan hanya menjaga keamanan tetapi juga masuk ke dunia politik dan ekonomi. Kondisi darurat menjadi pijakan awal bagi lahirnya dwifungsi ABRI yang bertahan hingga puluhan tahun.
Dan Pihak yang paling diuntungkan adalah militer seperti :
Kendali politik:Militer beralih dari sekadar alat pertahanan menjadi penguasa politik.
Legitimasi kekuasaan: Dengan dalih menjaga stabilitas, militer bisa memperluas pengaruhnya dalam birokrasi dan hukum.
Akses ekonomi: Militer sering mendapat anggaran tambahan dan kontrol atas sumber daya strategis.

P 3| PARA ELITE
KASKUS

Darurat militer juga bisa menjadi senjata politik bagi pemimpin sipil. Presiden atau kepala negara bisa menggunakannya untuk menekan oposisi, membatasi ruang gerak lawan politik, bahkan menunda pemilu dengan alasan keamanan.
Namun, hubungan sipil dan militer tidak selalu harmonis. Di Mesir tahun 2013, misalnya, Presiden Mohamed Morsi yang terpilih lewat pemilu justru digulingkan oleh militer setelah situasi darurat diumumkan.
Militer mengambil alih kekuasaan dengan alasan menjaga stabilitas, tapi kenyataannya mereka memperkuat posisi politik sendiri.
Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun elite sipil mungkin mendapat keuntungan jangka pendek, militer bisa saja berbalik arah dan merebut kekuasaan sepenuhnya.
Darurat militer juga biasanya menjadi kabar buruk bagi oposisi. Banyak dari mereka ditangkap, diasingkan, atau dibungkam.
Namun, ada juga peluang untuk diuntungkan dalam jangka panjang.
Rezim militer yang keras biasanya menimbulkan perlawanan publik. Mantan elite atau oposisi bisa memosisikan diri sebagai korban represi, lalu menggalang dukungan rakyat dan internasional.
Contoh terlihat di Thailand. Setelah kudeta militer 2014, partai oposisi dibatasi. Namun, seiring waktu, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan militer justru membuat oposisi mendapat simpati lebih besar.
Dengan demikian, meski awalnya dirugikan, mantan elite bisa bangkit kembali ketika militer gagal menjaga legitimasi.

PENUTUP
Darurat militer adalah kondisi ekstrem yang mengubah wajah sebuah negara. Ia bisa membawa stabilitas instan, tapi hampir selalu mengorbankan kebebasan. Sejarah menunjukkan bahwa pihak yang paling cepat diuntungkan adalah militer dan penguasa sipil, sementara rakyat justru membayar harga paling mahal.

TERIMAKASIH KARENA SUDAH MEMBACA ^_^
Diubah oleh mr.spagheti Kemarin 17:07


zzikk992079 memberi reputasi
1
39
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan