Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Mahasiswa Amikom Tewas, Rektor Investigasi Terkait Demo di Polda DIY
Mahasiswa Amikom Tewas, Rektor Investigasi Terkait Demo di Polda DIY
CNN Indonesia
Minggu, 31 Agu 2025 18:49 WIB
Bagikan:
Mahasiswa Amikom Yogyakarta tewas usai ikut demo. (CNN Indonesia/Tunggul)

Yogyakarta, CNN Indonesia -- Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama meninggal dunia dengan sejumlah luka pada bagian tubuh hingga kepala, Minggu (31/8).
Jenazah Rheza sempat dibawa ke RSUP Dr. Sardjito sebelum disemayamkan di rumah duka, Mlati, Sleman, DIY, dan dimakamkan di tempat pemakaman setempat, Sasanalaya Jatisari, Minggu sore.

Kabar meninggalnya Rheza salah satunya diketahui lewat unggahan fitur Story akun Instagram BEM Amikom. Sementara pada unggahan akun Instagram Forum BEM se-DIY, dituliskan kronologi singkat almarhum yang sempat mengikuti aksi unjuk rasa pada Minggu (31/8).

Yoyon Surono, ayah Rheza mengatakan, dirinya menerima kabar dari tetangga mengenai putranya masuk RSUP Dr. Sardjito pada Minggu pagi ini. Kala itu disampaikan jika Rheza masuk rumah sakit akibat terkena gas air mata.

Namun demikian, ketika Yoyon tiba di rumah sakit, putranya itu sudah dinyatakan meninggal dunia pukul 07.00 WIB. "Saya ke sana anaknya sudah terbujur kayak gitu," katanya saat ditemui selepas prosesi pemakaman Rheza, Minggu sore.

Informasi yang diperoleh Yoyon, Rheza diantar ke rumah sakit di antaranya oleh dua orang anggota unit kesehatan Polda DIY. Dompet almarhum sampai sekarang belum ditemukan.

Dengan pertimbangan keluarga, jenazah Rheza tidak diotopsi. Hanya saja, Yoyon menemukan sejumlah luka kala ikut memandikan jenazah anaknya tersebut. Antara lain, macam patah pada leher kiri serta jejak sepatu di perut.

"Tadi ikut mandiin, sini (menunjuk leher kiri) itu kayak patah apa gimana, terus sini (menunjuk bagian perut kanan) itu bekas pijakan kaki-kaki bekas PDL sepatu," beber Yoyon dengan suara bergetar.

Selain itu, masih ada pula luka lecet di kaki-tangan serta punggung, kepala bocor, dan luka sayat seperti habis kena gebuk. Sampai sekarang tak ada yang menginformasikan kepada Yoyon dari mana luka-luka ini didapat.

Dia cuma sebatas menerima informasi jika sebuah kejadian menimpa putranya di depan Mapolda DIY.

"(Kejadian) di depan polda kayaknya," ujar Yoyon.

Yoyon hanya bilang, putranya itu sempat pamit pergi diajak ngopi pada Sabtu (30/8) malam. Dia belum bisa memastikan jika Rheza pergi untuk ikut aksi unjuk rasa di depan Mapolda DIY sebagaimana informasi beredar di media sosial.

Intinya, dia pasrah atas kejadian yang menimpa putranya dan menganggapnya sebagai musibah. Yoyon cuma berharap aksi unjuk rasa di berbagai daerah berjalan damai. Demikian pula harapannya agar aparat bisa lebih manusiawi dalam menangani massa.

"Harapannya pengennya sih demo-demo yang damai, maksudnya untuk meminimalisir kan setidaknya pengamanannya itu gimana ya kan rata-rata yang demo itu kan ada campuran mahasiswa dan ini setidaknya pengamanan jangan terus apa-apa main gebuk apa-apa main gebuk gitu kan kasihan itu nanti orang-orang gak ngerti," harapnya.

Ketua BEM Amikom, Alvito Afriansyah sementara itu mengaku memperoleh informasi bahwa Rheza ikut aksi di sekitar Mapolda DIY pada Sabtu (30/8) malam dan Minggu pagi. Namun demikian, pihaknya masih berencana melakukan investigasi demi mendapatkan detail peristiwa terjadi.

Pada saat bersamaan, sebuah video merekam diduga sosok Rheza mengendarai sepeda motor ikut aksi di sekitar Mapolda DIY beredar di media sosial. Alvito menduga kuat bahwa itu merupakan Rheza dilihat dari jenis motor yang ditunggangi, plus keterangan rekan sekelasnya di kampus.

"Ya perihal itu kami sampaikan di sini bahwa betul itu adalah korban yang kita sama-sama lihat di video bawa korban tertinggal pada saat aparat melemparkan gas air mata dan mungkin insiden itu terjadi saat itu. (Petunjuk) dari motor dan juga itu kami dapatkan dari informasi teman sekelas bahwa itu betul saudara Rezha," papar Alvito.

Dalam video itu, ada satu orang lagi yang tengah membonceng motor yang dikendarai sosok yang diduga Rheza. Alvito memastikan bahwa orang itu bukanlah mahasiswa Amikom Yogyakarta.

"Kami sampai hari ini pun sampai detik ini pun belum menemui yang dibonceng oleh saudara Rheza, kebetulan kami belum mendapatkan cukup banyak informasi kemudian untuk mengumpulkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan," ungkapnya.

"Harapannya kami juga bisa mendapatkan informasi yang lebih luas perihal itu agar nanti kami dapat tentunya mengkorelasikan dan dengan informasi serta kejadian yang dialami Rheza hari ini," pungkasnya.

Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Amikom, Ahmad Fauzi juga menyatakan akan melakukan investigasi guna membuat terang peristiwa yang menimpa Rheza ini.

"Harapan kami tentunya, meskipun ini mahasiswa, sebagai mahasiswa Amikom, harapannya adalah pihak kepolisian bisa memberikan informasi yang lengkap kepada kami. Peristiwa yang terjadi seperti apa," imbuh Ahmad.

Terpisah, Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Ihsan dalam keterangannya menyebut jika Mapolda DIY kembali diserang pada Sabtu (30/8) hingga Minggu (31/8) pagi. Aksi penyerangan terjadi di depan Markas Polda DIY.

Kericuhan sebelum ini juga sempat terjadi di sekitaran Mapolda DIY pada Jumat (29/8) petang hingga Sabtu (30/8) pagi.

Menurut Ihsan, aksi bermula pada hari Sabtu 30 Agustus 2025 pukul 21.40 WIB, di mana sekitar 50 orang tidak dikenal mendatangi Mapolda DIY berteriak-teriak dan melakukan pelemparan ke petugas yang berjaga menggunakan batu, petasan dan bom molotov sambil menarik kawat duri yang digunakan sebagai pagar sementara oleh polisi.

Lanjut Ihsan, sekitar pukul 22.10 WIB muncul juga warga dari sisi timur Mapolda yang merasa terganggu dengan aksi dari kelompok massa yang melakukan tindakan anarkis. Sehingga kedua kelompok massa saling melempar batu di depan Mapolda DIY.

Menurut Ihsan, massa baru bubar pada Minggu pukul 06.00 WIB setelah upaya pengamanan dari TNI dan Polri. Dia mengklaim puluhan pelaku penyerangan yang terdiri dewasa dan anak-anak yang masih berstatus pelajar SMP dan SMA/SMK dapat diamankan oleh Polda DIY dan beberapa diantaranya positif menggunakan narkoba.

Barang bukti yang berhasil disita antara lain 1 senjata tajam dan 2 molotov. Ihsan menyebut, dari peristiwa tersebut terdampak 6 korban. Satu di antaranya petugas Polri yang kini dirawat di RS Bhayangkara Polda DIY.

"Sangat disayangkan, penyerangan yang dilakukan oleh kelompok perusuh ini melibatkan anak-anak. Kami mengajak bagi orang tua dan pihak sekolah untuk melakukan pengawasan agar anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh ajakan yang merugikan," kata Ihsan dalam keterangannya.

Baca artikel CNN Indonesia "Mahasiswa Amikom Tewas, Rektor Investigasi Terkait Demo di Polda DIY" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/nasiona...-di-polda-diy.



Kesaksian Ayah Mahasiswa Amikom yang Tewas Usai Aksi di Polda DIY
Mahasiswa Amikom Tewas, Rektor Investigasi Terkait Demo di Polda DIY
Tayang: Minggu, 31 Agustus 2025 18:38 WIB | Diperbarui: Minggu, 31 Agustus 2025 18:40 WIB
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Bunga Kartikasari
zoom-inlihat fotoKesaksian Ayah Mahasiswa Amikom yang Tewas Usai Aksi di Polda DIY
TRIBUNJOGJA.COM/Hendy Kurniawan
Suasana pemakaman mahasiswa Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Angkatan 2023, Universitas Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy Pratama (21) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sasanalaya Jatisari, Mlati, Sleman, Minggu (31/8/2025).

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Suasana duka menyelimuti keluarga besar Universitas Amikom Yogyakarta setelah salah satu mahasiswanya, Rheza Sendy Pratama (21), meninggal dunia saat mengikuti aksi demonstrasi di depan Markas Besar Polda DIY pada Minggu (31/8/2025).

Rheza dimakamkan di dekat rumahnya, di area Mlati, Sleman, Minggu sore usai dinyatakan tiada oleh pihak rumah sakit.

Ayah korban, Yoyon Surono, menceritakan awal mula dirinya mengetahui kabar duka tersebut.

Menurut keterangan sang ayah, pagi hari, seorang tetangga datang membawa foto KTP milik Rheza dan memberitahukan bahwa anaknya tengah berada di RSUP Sardjito.

"Saya tanya kenapa? Katanya kena gas air mata. Pas saya ke sana, ternyata anak saya sudah terbujur kaku begitu,” ungkap Yoyon dengan suara bergetar.

Sepanjang wawancara, Yoyon bersuara lirih dan tak kuasa menahan tangis atas kehilangan putra sulungnya.

Menurut Yoyon, pihak yang mengantar jenazah ke rumah sakit berasal dari Dinas Kesehatan Polda, namun tanpa ada keterangan lengkap terkait peristiwa yang dialami putranya.

Ia juga menyebut barang-barang pribadi Rheza, seperti dompet, KTP, dan motor, belum dikembalikan.


"Yang nganter cuma dari kesehatan Polda, dua orang. Dari yang lain nggak ada,” ujarnya.

Saat memandikan jenazah, Yoyon melihat adanya sejumlah luka pada tubuh anaknya. Ia menyebut terdapat bekas pukulan dan sayatan di kepala, memar di wajah, serta bekas pijakan sepatu PDL di tubuh Rheza.

"Kepalanya bocor, muka penuh darah, rambut berantakan. Ada bekas sabetan tongkat juga,” kata Yoyon.

Meski melihat banyak kejanggalan, pihak keluarga memutuskan untuk tidak melakukan autopsi dan memilih menerima peristiwa ini sebagai musibah.

"Kami pasrah. Otopsi kami tidak mau,” tambahnya.

Yoyon berharap kejadian serupa tidak terulang lagi. Ia menekankan pentingnya pengamanan yang lebih manusiawi dalam setiap aksi demonstrasi.

"Harapannya demo itu damai, jangan main gebuk. Kasihan kalau orang yang nggak ngerti jadi korban,” pungkasnya.

Diketahui, Rheza Shendy Pratama (21) meninggal dunia usai melakukan aksi di depan Polda DIY, Minggu pagi. Hingga kini, belum ada keterangan dari kepolisian terkait penyebab kematian Rheza.

https://jogja.tribunnews.com/diy/119...-di-polda-diy.


-----
Dua Putri Sultan Melayat ke Rumah Duka Mahasiswa Amikom Yogyakarta

Mahasiswa Amikom Tewas, Rektor Investigasi Terkait Demo di Polda DIY
Kompas.com - 31/08/2025, 19:45 WIB Wijaya Kusuma, Icha Rastika Tim Redaksi Lihat Foto GKR Mangkubumi dan GKR Bendara datang melayat ke rumah duka Rheza Sendy Pratama di Sendangadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Minggu (31/08/2025) malam. Tampak GKR Mangkubumi dan GKR Bendara berbincang dengan Yoyon Surono yang merupakan ayah dari almarhum Rheza Sendy Pratama.(KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dua putri Gubernur DIY Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi dan GKR Bendara melayat ke rumah duka Rheza Sendy Pratama di Sendangadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Minggu (31/08/2025) malam.

Rheza Sendy Pratama merupakan mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta yang meninggal dunia setelah diduga mengalami kekerasan di depan Polda DIY saat terjadi kericuhan.

GKR Mangkubumi dan GKR Bendara pada 31 Agustus 2025 malam terlihat datang ke rumah duka Rheza Sendy Pratama di Sendangadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman. Kedua putri Sri Sultan HB X ini kemudian bertemu dan berbincang dengan Yoyon Surono, yang merupakan ayah dari almarhum Rheza Sendy Pratama.

"Mewakili Kasultanan, ngaturaken belasungkawa, mugi Mas Reza dilancarkan dalam perjalanan menuju rumah Tuhan dan kami terus berharap tidak ada korban yang seperti ini," ujar GKR Mangkubumi saat ditemui di rumah duka, Minggu (31/08/2025)

GKR Mangkubumi mengajak untuk bersama-sama menjaga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain itu, menjaga ketentraman masyarakat.

"Jadi mudah-mudahan kita sama-sama menjaga Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga tentunya menjaga masyarakat," ucap dia. 

GKR Mangkubumi mengatakan, ayah dari almarhum Rheza Sendy Pratama juga berharap ke depan tidak ada lagi jatuh korban.

"Tadi bapaknya Mas Reza menyampaikan, diharap tidak ada lagi lah korban lain," ucapnya.

GKR Mangkubumi menuturkan bahwa pihak keluarga ikhlas dan menerima kepergian Rheza Sendy Pratama.

"Dan tadi (keluarga) sudah lilo legawa (ikhlas/menerima) lah, maksudnya karena kita memikirkan Mas Reza supaya bisa tenang," kata dia.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2...om-yogyakarta.


--

semoga tidak jadi pematik massa makin beringas secara 1 ojek daring tewas jadi pemicu massa beringas di banyak tempat dan menjarah tokoh-tokoh  ..

----
Diubah oleh mabdulkarim 31-08-2025 19:54
0
279
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan