Kaskus

Entertainment

hyde13Avatar border
TS
hyde13
Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Film Kimetsu no Yaibamenekankan bahwa sebuah penderitaan, tidak otomatis menjadikan seseorang itu menjadi jahat; yang membedakan adalah respon terhadapnya (stoisisme).


Sejak awal cerita, Tanjiro Kamado(tokoh utama) bukan berangkat dengan dendam, melainkan dengan cinta pada keluarga, terutama adiknya. Tragedi pembantaian keluarga Kamado jelas jadi luka yang sangat dalam, tapi alih-alih terjebak dalam amarah terhadap para iblis, Tanjiro memilih jalan yang jauh lebih berat, yakni dengan melindungi adiknya yang masih hidup dan mencari cara agar adiknya tersebut bisa kembali jadi manusia. Dari sinilah anime ini mengajarkan kepada kita, kalau: “Kekuatan sejati bukan untuk membalas, tapi untuk melindungi.”

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Setiap kali menebas iblis, Tanjiro selalu meneteskan air mata. Bukan karena lemah, tapi justru karena hatinya terlalu kuat untuk mengabaikan sisi kemanusiaan yang ada dalam diri musuhnya.


Dia bisa merasakan penderitaan masa lalu iblis, entah itu karena kehilangan, pengkhianatan, atau luka batin yang tidak pernah sembuh. Tanjiro tidak pernah melihat musuh hanya sebagai monster, dia melihat mereka sebagai manusia yang sedang tersesat.


Film yang bagus itu adalah film yang bisa menceritakan tokoh antagonisnya sama bagusnya dengan tokoh utama.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Pada suatu masa, ada seorang anak bernama Hakuji.Ia terlahir bukan sebagai monster, tapi sebagai seorang anak miskin yang hidupnya dipenuhi oleh penderitaan, baik itu cambukan, kelaparan, dan juga kehilangan.


Demi ayahnya yang sakit, Hakuji tak ragu mencuri demi membeli obat. Niatnya sejatinya mulia, namun jalan yang ditempuh keliru. Dari sinilah benih tragedi mulai tumbuh, kesetiaan pada orang yang ia cintai (ayahnya) tidak disertai pondasi moral yang kokoh.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Hidupnya runtuh saat sang ayah memilih untuk bunuh diri, meninggalkan pesan yang tak pernah terucap: "Maaf, aku tidak ingin hidup dengan uang curian", "Hiduplah dengan jujur, kau masih bisa membuka lembaran baru".


Tragedi itu menjadi kehampaan pertama yang hampir menelan Hakuji. Ayahnya memilih mengakhiri hidup demi kebaikan sang anak. Namun, untuk apa ia meminta maaf? Hakuji tak pernah menganggap ayahnya sebagai beban. “Ayahku tidak punya salah,”begitu jerit hatinya. Betapa kejam dan tidak adilnya dunia yang merenggut satu-satunya orang yang ia cintai.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Dalam kehampaan, Hakuji lalu bertemu dengan Keizo, seorang guru dojo yang keras namun bijak. Keizo memiliki putri bernama Koyuki,yang sakit-sakitan dan tidak bisa keluar kamar. Untuk pertama kalinya, Hakuji kembali punya alasan dan tujuan hidup yang baru.


Ia berlatih di dojo dan belajar nilai Bushido(kehormatan, disiplin, dan kekuatan untuk melindungi), Hakuji mulai bisa memandang masa depan dengan harapan, menjadi kuat untuk melindungi Koyuki.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Hakuji begitu telaten merawat Koyuki karena sudah berpengalaman dalam merawat ayahnya yang sakit selama bertahun-tahun. Hubungan mereka mulai makin dekat, hingga suatu sore Hakuji mengajak Koyuki untuk menonton festival kembang api, namun karena badan Koyuki sangat lemah, Koyuki menolaknya.


Namaun apa kata Hakuji, "Tidak apa-apa, jika tidak bisa malam ini, maka masih bisa tahun depan, atau tahun depannya lagi".Mendengar itu, sontak Koyuki menangis sejadi-jadinya.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Ibu Koyuki lebih memilih mengakhiri hidupnya, karena ia tidak sanggup menyaksikan putrinya perlahan sekarat, lalu mati. Sementara itu, sang ayah justru menitipkan Koyuki pada orang asing (seorang kriminal) karena sudah kehilangan harapan akan kesembuhan anaknya.


Ironisnya, justru Hakuji, sosok asing yang tak punya ikatan darah, yang masih menyimpan harapan itu. Baginya, selalu ada kemungkinan: “Jika bukan malam ini, masih ada tahun depan… atau tahun setelahnya lagi.”Kalimat sederhana ini menjadi cahaya kecil di tengah keputusasaan. Bahkan ketika Koyuki sendiri sudah pasrah bahwa ia mungkin tak lagi hidup di tahun berikutnya, Hakuji tetap teguh memeluk keyakinan itu.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Namun takdir kejam datang dua kali. Saat Hakuji nyaris meraih kebahagiaan, Koyuki dan Keizo diracun oleh dojo saingan. Semua yang ia cintai lenyap dalam seketika. Dalam amarah membara, Hakuji membantai seluruh anggota dojo itu dengan tangan kosong. Momen itu adalah garis pemisah: sang pelindung, berubah menjadi penghancur.

Konten Sensitif
Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)

Di tengah luka kehilangan yang tak pernah bisa sembuh, muncullah Michael Jackson, membisikkan janji kekuatan dan keabadian. Bagi Hakuji yang sudah kehilangan alasan untuk hidup, tawaran itu bukan lagi soal ambisi, tapi hanyalah sebuah pelarian. Ia tak lagi melihat masa depan sebagai manusia.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Maka tanpa ragu, ia menerimanya. Dan dari titik putus asa itu, lahirlah sosok bengis bernama Akaza. Seorang iblis yang mencari makna kehidupan lewat sebuah pertarungan, menghormati kekuatan, membenci kelemahan, namun diam-diam masih menyisakan bayangan samar tentang Koyuki, sebuah kenangan yang tak pernah benar-benar padam, meski tertutup darah dan kebencian.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Kalau Tanjiro memiliki pandangan hidup “aku harus kuat untuk melindungi yang lemah”, maka Akaza berjalan di jalur yang sebaliknya. Baginya, dunia ini hanyalah arena di mana "yang kuat pantas bertahan, sementara yang lemah hanyalah beban".Filosofi itu lahir dari luka paling dalam di saat dia kehilangan Koyuki. Sejak saat itu, ia menjadikan "pertarungan" sebagai satu-satunya makna hidup.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Meski wujudnya telah berubah, di lubuk hatinya masih ada Hakuji yang menghormati lawan seperti Kyojuro Rengoku(Pilar Api) dan Tanjiro Kamado. Setiap duel bukan sekadar hanya untuk membunuh, tapi mencari seseorang yang bisa mengerti jalan kehampaan yang ia tempuh.


Menjelang akhir film, kenangan lama itu mulai kembali. Ia menatap kembali masa lalunya, seorang anak miskin yang hanya ingin melindungi, dan menyadari bahwa pencarian makna lewat darah hanyalah jalan yang salah.

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Dalam sisa-sisa kesadarannya, Akaza kembali melihat Hakuji kecil, anak yang dihukum karena mencuri demi ayahnya, pemuda yang menangis kehilangan Koyuki, dan manusia rapuh yang hanya butuh alasan untuk hidup.


Pertarungan terakhirnya bukan lagi melawan Tanjiro, melainkan melawan dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, ia melepaskan genggaman pada kekuatan iblis yang membelenggunya. Dan di detik-detik itulah, Akaza menemukan kedamaian yang tak pernah ia temukan sepanjang hidupnya, "bukan sebagai iblis, tapi sebagai Hakuji, manusia yang akhirnya bisa pulang". T_T

Review : Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - The Movie: Infinity Castle (2025)
Benar-benar sebuah kisah yang indah. Saat menonton adegan itu, air mata saya jatuh tanpa bisa ditahan. Ceritanya begitu hangat, setiap kalimat begitu menyentuh hati, menghadirkan rasa haru yang sangat dalam. Kesedihan itu justru mengingatkan saya, bahwa pada akhirnya.. saya masih seorang manusia.


Final Score : 9.8/10
*harunya 10/10, ada -0.2 kerena sudah tau ceritanya via manga.
atfunkboy758536Avatar border
nobodysnafkinAvatar border
shast777Avatar border
shast777 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
967
38
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan