Kaskus

Entertainment

AlioedinkkAvatar border
TS
Alioedinkk
Strategi mengatasi suami yang maunya menang sendiri!
Kerangka psikologi interpersonal dan komunikasi, perilaku dominan dalam hubungan, yang sering diartikan sebagai "maunya menang sendiri," dapat dianalisis dari beberapa sudut pandang. Perilaku ini dapat merujuk pada pola interaksi di mana salah satu pihak secara konsisten berusaha mengendalikan keputusan, narasi, atau hasil dari suatu konflik.

Strategi mengatasi suami yang maunya menang sendiri!


Kekuasaan dan Kontrol:Perilaku ini dapat dipahami sebagai manifestasi dari dinamika kekuasaan dalam hubungan. Individu yang menunjukkan dominasi mungkin merasa perlu untuk mempertahankan kontrol sebagai cara untuk mengurangi ketidakpastian atau sebagai respons terhadap rasa tidak aman. Dalam teori ini, dominasi seringkali berakar dari ketidakseimbangan kekuasaan yang dirasakan, di mana satu pihak merasa memiliki otoritas lebih tinggi, baik secara finansial, sosial, maupun emosional.


Komunikasi:Secara komunikatif, perilaku dominan seringkali ditandai dengan komunikasi asertif-agresif. Individu tersebut cenderung memprioritaskan kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan perasaan atau perspektif pasangannya. Hal ini dapat dilihat dari pola pembicaraan yang menginterupsi, mengabaikan argumen lawan bicara, atau menggunakan nada bicara yang merendahkan. Sebaliknya, perilaku ini dapat disebabkan oleh kurangnya keterampilan komunikasi empatik, di mana individu kesulitan untuk melihat situasi dari sudut pandang pasangannya.


Kognitif-Behavioral:Dari perspektif ini, perilaku dominan dapat menjadi hasil dari skema kognitif yang maladaptif atau pola pikir yang kaku. Misalnya, keyakinan bahwa "pendapat saya selalu benar" atau "untuk menang, saya harus mengalahkan orang lain." Pola pikir ini membentuk respons perilaku yang tidak adaptif dalam situasi interpersonal, di mana kompromi dianggap sebagai kekalahan.


Perilaku ini, intervensi dapat berfokus pada restrukturisasi pola komunikasi dan kognitif:

Komunikasi Asertif dan Deklaratif:Pihak yang merasa dirugikan perlu menggunakan komunikasi asertif untuk mengekspresikan kebutuhan dan perasaannya tanpa menyalahkan. Penggunaan kalimat "Saya" (I-statements) sangat dianjurkan. Contohnya, daripada mengatakan, "Kamu selalu memaksakan kehendak," lebih efektif jika diucapkan, "Saya merasa tidak didengar ketika keputusan diambil tanpa masukan saya."


Negosiasi dan Kompromi:Strategi ini berfokus pada pencarian solusi konsensus alih-alih hasil yang bersifat zero-sum (menang-kalah). Ini melibatkan dialog di mana kedua belah pihak secara aktif mendengarkan dan mencari titik temu. Tujuannya adalah untuk menciptakan solusi sinergis yang mengakomodasi kebutuhan kedua belah pihak.


Refleksi Diri dan Empati:Mendorong individu yang dominan untuk merefleksikan asal-usul perilakunya, serta melatih empati kognitif (memahami sudut pandang orang lain) dan empati afektif (merasakan emosi orang lain), dapat membantu mengubah pola pikir dan perilaku yang kaku.


Bantuan Profesional:Jika pola perilaku ini bersifat rigid dan tidak responsif terhadap intervensi internal, konseling pasangan dapat menjadi solusi. Terapis atau konselor dapat berfungsi sebagai mediator netral untuk memfasilitasi komunikasi yang konstruktif dan membantu pasangan mengembangkan keterampilan interpersonal yang lebih sehat.


0
15
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan