- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jangankan Santun Wajar Saja Sudah Seperti Barang Langka, Fenomena Saat Ini,


TS
Alioedinkk
Jangankan Santun Wajar Saja Sudah Seperti Barang Langka, Fenomena Saat Ini,
"Civility and Reasonableness: Rare Commodities in Today's World"
Adalah ungkapan yang menyiratkan keprihatinan mendalam tentang merosotnya etika dan perilaku yang pantas dalam masyarakat saat ini. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya kesantunan yang sulit ditemukan, tetapi bahkan perilaku yang dianggap normal, masuk akal, atau sesuai standar minimum pun menjadi langka.

Adalah ungkapan yang menyiratkan keprihatinan mendalam tentang merosotnya etika dan perilaku yang pantas dalam masyarakat saat ini. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya kesantunan yang sulit ditemukan, tetapi bahkan perilaku yang dianggap normal, masuk akal, atau sesuai standar minimum pun menjadi langka.
Bunga yang bersinar lembut di tengah gurun yang kering dan retak, melambangkan betapa berharganya dan jarangnya perilaku santun dan wajar di tengah lingkungan yang keras.
Fenomena Ini Bisa Diamati dalam Berbagai Aspek Kehidupan:
Interaksi Sosial:Seringkali kita melihat kurangnya tenggang rasa, empati, dan penghargaan terhadap orang lain dalam percakapan sehari-hari, di media sosial, atau bahkan di ruang publik.
Pelayanan Publik: Kualitas pelayanan yang buruk, ketidakpedulian, atau bahkan perilaku yang tidak profesional dari penyedia layanan bisa menjadi contoh.
Lalu Lintas: Pelanggaran aturan lalu lintas, tidak menghargai pengguna jalan lain, atau bahkan emosi yang meledak-ledak di jalan raya.
Diskusi Publik: Rendahnya kualitas argumen, serangan personal, atau kecenderungan untuk tidak mendengarkan pandangan yang berbeda dalam forum diskusi, baik daring maupun luring.
Dunia Maya: Ujaran kebencian, hoax, atau cyberbullying yang merajalela menunjukkan betapa perilaku "wajar" dan "santun" seringkali diabaikan.
Penyebab Fenomena Ini Kompleks, Meliputi:
Perubahan Nilai: Pergeseran nilai-nilai sosial yang lebih individualistis dan kurang menghargai kolektivitas.
Pengaruh Media Sosial: Kemudahan bersembunyi di balik anonimitas dapat mendorong perilaku impulsif dan kurang bertanggung jawab.
Tekanan Hidup: Tingkat stres dan tekanan hidup yang tinggi kadang membuat orang kurang sabar dan mudah terpancing emosi.
Kurangnya Teladan: Berkurangnya figur publik atau tokoh masyarakat yang memberikan contoh perilaku terpuji.
Erosi Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain yang semakin menipis.
Interaksi Sosial:Seringkali kita melihat kurangnya tenggang rasa, empati, dan penghargaan terhadap orang lain dalam percakapan sehari-hari, di media sosial, atau bahkan di ruang publik.
Pelayanan Publik: Kualitas pelayanan yang buruk, ketidakpedulian, atau bahkan perilaku yang tidak profesional dari penyedia layanan bisa menjadi contoh.
Lalu Lintas: Pelanggaran aturan lalu lintas, tidak menghargai pengguna jalan lain, atau bahkan emosi yang meledak-ledak di jalan raya.
Diskusi Publik: Rendahnya kualitas argumen, serangan personal, atau kecenderungan untuk tidak mendengarkan pandangan yang berbeda dalam forum diskusi, baik daring maupun luring.
Dunia Maya: Ujaran kebencian, hoax, atau cyberbullying yang merajalela menunjukkan betapa perilaku "wajar" dan "santun" seringkali diabaikan.
Penyebab Fenomena Ini Kompleks, Meliputi:
Perubahan Nilai: Pergeseran nilai-nilai sosial yang lebih individualistis dan kurang menghargai kolektivitas.
Pengaruh Media Sosial: Kemudahan bersembunyi di balik anonimitas dapat mendorong perilaku impulsif dan kurang bertanggung jawab.
Tekanan Hidup: Tingkat stres dan tekanan hidup yang tinggi kadang membuat orang kurang sabar dan mudah terpancing emosi.
Kurangnya Teladan: Berkurangnya figur publik atau tokoh masyarakat yang memberikan contoh perilaku terpuji.
Erosi Empati: Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain yang semakin menipis.
Diubah oleh Alioedinkk 31-07-2025 00:45
0
77
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan