- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Danantara Talangi Utang Proyek Kereta Cepat Warisan Jokowi


TS
cinecrib
Danantara Talangi Utang Proyek Kereta Cepat Warisan Jokowi
Jakarta - Danantara menyatakan tengah menyiapkan langkah restrukturisasi utang terkait proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau yang kini dikenal dengan nama Whoosh.
Hal ini disampaikan Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, sebagai respons atas tingginya beban utang yang menimpa konsorsium proyek tersebut.
Dony mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mengkaji sejumlah opsi penyelesaian. Meski belum merinci skema restrukturisasi secara spesifik, ia menyatakan bahwa proposal solusi akan segera disampaikan kepada pemerintah.
“Jadi memang kereta cepat ini sedang kita pikirkan dan segera akan kita usulkan nanti, tapi kan solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kita sampaikan kepada pemerintah,” ujar Dony seperti dikutip dari detikFinance, Rabu (23/7).
Proyek kereta cepat dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan-perusahaan asal Tiongkok.
Konsorsium Indonesia tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang terdiri dari empat entitas negara yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar 51,37 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 39,12 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen, dan PT Perkebunan Nusantara I sebesar 1,21 persen.
Sementara itu, mitra Tiongkok dalam proyek ini — Beijing Yawan HSR Co. Ltd — terdiri dari beberapa perusahaan besar, di antaranya China Railway Engineering Corporation (42,88 persen), Sinohydro (30 persen), China Railway Rollingstock Corporation (12 persen), China Railway Signal and Communication (10,12 persen), serta China Railway International Corporation (5 persen).
Pembangunan proyek Whoosh dibiayai melalui skema kombinasi antara pinjaman dan ekuitas. Sekitar 75 persen dana berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya merupakan setoran modal pemegang saham — dengan komposisi 60 persen dari PSBI dan 40 persen dari Beijing Yawan.
Namun, proyek ini mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar akibat berbagai kendala teknis seperti pembebasan lahan serta gangguan pandemi COVID-19. Total biaya proyek pun melonjak dari semula US$ 6,08 miliar menjadi US$ 7,28 miliar atau sekitar Rp116 triliun.
Tambahan pembiayaan ini ditutup melalui penambahan modal KCIC senilai US$1,82 miliar dan peningkatan utang ke China Development Bank menjadi US$5,45 miliar.
Dony menegaskan bahwa upaya restrukturisasi ini sangat penting agar tidak membebani kinerja jangka panjang PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai salah satu anggota konsorsium utama proyek.
“Ini juga operasionalnya kan sedang kita lihat bagaimana nanti solusi jangka panjangnya mengenai hutang-hutang daripada konsorsium ini yang cukup besar ya,” ucapnya.
Ia menekankan bahwa Danantara dan para pihak terkait akan mencari solusi utang yang adil, transparan, dan tidak mengganggu kesehatan fiskal entitas BUMN yang terlibat, terutama PT KAI sebagai operator nasional strategis.
Kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung diresmikan Presiden Republik Indonesia waktu itu, Joko Widodo pada 2 Oktober 2023 kendati banyak mendapat kritik dari berbagai elemen masyarakat karena menambah utang negara ke China dan jarak tempuhnya pendek.
https://okemedan.com/2025/07/27/dana...arisan-jokowi/
Dulu katanya proyek kereta cepat gak bakal pakai APBN..
Kenapa sih susah sekali jujur
Hal ini disampaikan Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, sebagai respons atas tingginya beban utang yang menimpa konsorsium proyek tersebut.
Dony mengungkapkan bahwa pihaknya sedang mengkaji sejumlah opsi penyelesaian. Meski belum merinci skema restrukturisasi secara spesifik, ia menyatakan bahwa proposal solusi akan segera disampaikan kepada pemerintah.
“Jadi memang kereta cepat ini sedang kita pikirkan dan segera akan kita usulkan nanti, tapi kan solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kita sampaikan kepada pemerintah,” ujar Dony seperti dikutip dari detikFinance, Rabu (23/7).
Proyek kereta cepat dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan-perusahaan asal Tiongkok.
Konsorsium Indonesia tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang terdiri dari empat entitas negara yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar 51,37 persen, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 39,12 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen, dan PT Perkebunan Nusantara I sebesar 1,21 persen.
Sementara itu, mitra Tiongkok dalam proyek ini — Beijing Yawan HSR Co. Ltd — terdiri dari beberapa perusahaan besar, di antaranya China Railway Engineering Corporation (42,88 persen), Sinohydro (30 persen), China Railway Rollingstock Corporation (12 persen), China Railway Signal and Communication (10,12 persen), serta China Railway International Corporation (5 persen).
Pembangunan proyek Whoosh dibiayai melalui skema kombinasi antara pinjaman dan ekuitas. Sekitar 75 persen dana berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya merupakan setoran modal pemegang saham — dengan komposisi 60 persen dari PSBI dan 40 persen dari Beijing Yawan.
Namun, proyek ini mengalami pembengkakan biaya sebesar US$1,2 miliar akibat berbagai kendala teknis seperti pembebasan lahan serta gangguan pandemi COVID-19. Total biaya proyek pun melonjak dari semula US$ 6,08 miliar menjadi US$ 7,28 miliar atau sekitar Rp116 triliun.
Tambahan pembiayaan ini ditutup melalui penambahan modal KCIC senilai US$1,82 miliar dan peningkatan utang ke China Development Bank menjadi US$5,45 miliar.
Dony menegaskan bahwa upaya restrukturisasi ini sangat penting agar tidak membebani kinerja jangka panjang PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai salah satu anggota konsorsium utama proyek.
“Ini juga operasionalnya kan sedang kita lihat bagaimana nanti solusi jangka panjangnya mengenai hutang-hutang daripada konsorsium ini yang cukup besar ya,” ucapnya.
Ia menekankan bahwa Danantara dan para pihak terkait akan mencari solusi utang yang adil, transparan, dan tidak mengganggu kesehatan fiskal entitas BUMN yang terlibat, terutama PT KAI sebagai operator nasional strategis.
Kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung diresmikan Presiden Republik Indonesia waktu itu, Joko Widodo pada 2 Oktober 2023 kendati banyak mendapat kritik dari berbagai elemen masyarakat karena menambah utang negara ke China dan jarak tempuhnya pendek.
https://okemedan.com/2025/07/27/dana...arisan-jokowi/
Dulu katanya proyek kereta cepat gak bakal pakai APBN..
Kenapa sih susah sekali jujur






InRealLife dan 9 lainnya memberi reputasi
8
388
31


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan