- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengurai Sejarah: Mengapa Sebagian Umat Kristen Indonesia Timur Mendukung Israel?


TS
medievalist
Mengurai Sejarah: Mengapa Sebagian Umat Kristen Indonesia Timur Mendukung Israel?
Mengurai Sejarah, Teologi: Mengapa Sebagian Umat Kristen Indonesia Timur Mendukung Israel?
Media Pakuan - 28 Jul 2025, 10:11 WIB

Foto oleh Sony Feo: https://www.pexels.com/id-id/foto/bu...adat-12592308/ /
MEDIA PAKUAN, 28 Juli 2025 – Ketika dunia terbelah dalam menyikapi konflik Israel-Palestina, ada fenomena unik yang mencuat dari wilayah timur Indonesia: dukungan terbuka terhadap Israel dari sebagian masyarakat Kristen di NTT, Maluku, dan Papua.
Fenomena ini sering membingungkan banyak orang, terutama mereka yang berasal dari wilayah barat Indonesia yang mayoritas muslim dan lebih vokal dalam menyuarakan solidaritas untuk Palestina.
Namun di jazirah timur Nusantara, narasi, sejarah, dan identitas membentuk simpati yang berbeda.
Akar Sejarah dari Misi Kolonial
Sejarah masuknya agama Kristen ke Indonesia timur dimulai sejak abad ke-16, melalui ekspedisi Portugis dan Belanda yang tidak hanya menyebarkan Injil, tetapi juga membawa doktrin dan simbol-simbol budaya Barat.
Dalam proses ini, Israel diperkenalkan sebagai "bangsa pilihan" dalam banyak narasi gereja.
Di banyak daerah seperti Sabu, Alor, Ambon, hingga Timor, pendidikan berbasis gereja menjadi tumpuan utama.
Cerita-cerita Alkitab tentang Musa, Daud, dan Yerusalem diajarkan secara literal. Lagu-lagu pujian yang dinyanyikan anak-anak pun menyebut Israel sebagai simbol keselamatan dan kemuliaan Tuhan sebuah warisan naratif yang terus hidup hingga kini.
Teologi Dispensasionalisme dan Peran Israel di Akhir Zaman
Banyak gereja Protestan dan Pentakostal di kawasan ini menganut teologi dispensasionalisme, yaitu keyakinan bahwa Israel memiliki peran sentral dalam peristiwa akhir zaman seperti yang diyakini dalam Kitab Wahyu.
Dalam pandangan ini, membela Israel bukan sekadar pilihan politik—tapi bagian dari iman dan eskatologi.
Media Kristen global seperti CBN News, God TV, dan film-film seperti Left Behind dan Jerusalem Countdown sangat populer.
Tayangan-tayangan tersebut menggambarkan Israel sebagai benteng iman yang sedang diserang oleh kekuatan jahat dunia.
“Bagi sebagian umat Kristen di timur, mendukung Israel terasa seperti menjalankan kehendak Tuhan,” ungkap seorang pendeta di Kupang yang tak ingin disebut namanya.
Luka Konflik dan Cermin Kolektif
Tak bisa dipisahkan dari realitas pahit sejarah, konflik sosial yang melanda Maluku pada akhir 1990-an meninggalkan trauma mendalam bagi komunitas Kristen.
Bagi sebagian dari mereka, kisah Israel yang terkepung oleh negara-negara mayoritas Muslim mencerminkan pengalaman mereka sendiri sebagai minoritas yang terancam.
Simbol Israel pun menjadi bentuk identifikasi emosional – bukan sekadar keagamaan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap rasa tertindas.
Identitas, Minoritas, dan Jarak Emosional dari Palestina
Berbeda dari kelompok masyarakat di Pulau Jawa atau Sumatera yang merasa kedekatan budaya dan agama dengan Palestina, masyarakat Kristen Indonesia timur tidak memiliki keterikatan emosional yang sama terhadap narasi perjuangan Palestina.
Sebaliknya, mendukung Israel bisa dilihat sebagai pernyataan identitas, bahkan ekspresi politik simbolik terhadap pusat kekuasaan di Jakarta yang sering dianggap abai terhadap perasaan komunitas Kristen minoritas.
Penutup: Antara Iman, Politik, dan Psikologi Kolektif
Fenomena dukungan sebagian umat Kristen Indonesia timur terhadap Israel bukanlah sesuatu yang lahir tiba-tiba.
Ia tumbuh dari campuran kompleks antara warisan kolonial, doktrin teologi, trauma sosial, dan kebutuhan akan identitas kolektif yang kuat.
“Ini bukan sekadar soal agama atau geopolitik Timur Tengah. Ini adalah refleksi dari bagaimana kelompok minoritas membangun makna dan posisi mereka di tengah identitas nasional yang lebih besar,” kata seorang antropolog dari Universitas Pattimura.
Catatan Redaksi: Di tengah konflik global yang semakin kompleks, penting untuk memahami bahwa setiap simpati lahir dari sejarah, luka, dan keyakinan yang berbeda-beda.
Mendengar, tanpa langsung menghakimi, bisa menjadi awal dari dialog yang lebih sehat dan dewasa sebagai bangsa.***
https://mediapakuan.pikiran-rakyat.c...srael?page=all
Media Pakuan - 28 Jul 2025, 10:11 WIB

Foto oleh Sony Feo: https://www.pexels.com/id-id/foto/bu...adat-12592308/ /
MEDIA PAKUAN, 28 Juli 2025 – Ketika dunia terbelah dalam menyikapi konflik Israel-Palestina, ada fenomena unik yang mencuat dari wilayah timur Indonesia: dukungan terbuka terhadap Israel dari sebagian masyarakat Kristen di NTT, Maluku, dan Papua.
Fenomena ini sering membingungkan banyak orang, terutama mereka yang berasal dari wilayah barat Indonesia yang mayoritas muslim dan lebih vokal dalam menyuarakan solidaritas untuk Palestina.
Namun di jazirah timur Nusantara, narasi, sejarah, dan identitas membentuk simpati yang berbeda.
Akar Sejarah dari Misi Kolonial
Sejarah masuknya agama Kristen ke Indonesia timur dimulai sejak abad ke-16, melalui ekspedisi Portugis dan Belanda yang tidak hanya menyebarkan Injil, tetapi juga membawa doktrin dan simbol-simbol budaya Barat.
Dalam proses ini, Israel diperkenalkan sebagai "bangsa pilihan" dalam banyak narasi gereja.
Di banyak daerah seperti Sabu, Alor, Ambon, hingga Timor, pendidikan berbasis gereja menjadi tumpuan utama.
Cerita-cerita Alkitab tentang Musa, Daud, dan Yerusalem diajarkan secara literal. Lagu-lagu pujian yang dinyanyikan anak-anak pun menyebut Israel sebagai simbol keselamatan dan kemuliaan Tuhan sebuah warisan naratif yang terus hidup hingga kini.
Teologi Dispensasionalisme dan Peran Israel di Akhir Zaman
Banyak gereja Protestan dan Pentakostal di kawasan ini menganut teologi dispensasionalisme, yaitu keyakinan bahwa Israel memiliki peran sentral dalam peristiwa akhir zaman seperti yang diyakini dalam Kitab Wahyu.
Dalam pandangan ini, membela Israel bukan sekadar pilihan politik—tapi bagian dari iman dan eskatologi.
Media Kristen global seperti CBN News, God TV, dan film-film seperti Left Behind dan Jerusalem Countdown sangat populer.
Tayangan-tayangan tersebut menggambarkan Israel sebagai benteng iman yang sedang diserang oleh kekuatan jahat dunia.
“Bagi sebagian umat Kristen di timur, mendukung Israel terasa seperti menjalankan kehendak Tuhan,” ungkap seorang pendeta di Kupang yang tak ingin disebut namanya.
Luka Konflik dan Cermin Kolektif
Tak bisa dipisahkan dari realitas pahit sejarah, konflik sosial yang melanda Maluku pada akhir 1990-an meninggalkan trauma mendalam bagi komunitas Kristen.
Bagi sebagian dari mereka, kisah Israel yang terkepung oleh negara-negara mayoritas Muslim mencerminkan pengalaman mereka sendiri sebagai minoritas yang terancam.
Simbol Israel pun menjadi bentuk identifikasi emosional – bukan sekadar keagamaan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap rasa tertindas.
Identitas, Minoritas, dan Jarak Emosional dari Palestina
Berbeda dari kelompok masyarakat di Pulau Jawa atau Sumatera yang merasa kedekatan budaya dan agama dengan Palestina, masyarakat Kristen Indonesia timur tidak memiliki keterikatan emosional yang sama terhadap narasi perjuangan Palestina.
Sebaliknya, mendukung Israel bisa dilihat sebagai pernyataan identitas, bahkan ekspresi politik simbolik terhadap pusat kekuasaan di Jakarta yang sering dianggap abai terhadap perasaan komunitas Kristen minoritas.
Penutup: Antara Iman, Politik, dan Psikologi Kolektif
Fenomena dukungan sebagian umat Kristen Indonesia timur terhadap Israel bukanlah sesuatu yang lahir tiba-tiba.
Ia tumbuh dari campuran kompleks antara warisan kolonial, doktrin teologi, trauma sosial, dan kebutuhan akan identitas kolektif yang kuat.
“Ini bukan sekadar soal agama atau geopolitik Timur Tengah. Ini adalah refleksi dari bagaimana kelompok minoritas membangun makna dan posisi mereka di tengah identitas nasional yang lebih besar,” kata seorang antropolog dari Universitas Pattimura.
Catatan Redaksi: Di tengah konflik global yang semakin kompleks, penting untuk memahami bahwa setiap simpati lahir dari sejarah, luka, dan keyakinan yang berbeda-beda.
Mendengar, tanpa langsung menghakimi, bisa menjadi awal dari dialog yang lebih sehat dan dewasa sebagai bangsa.***
https://mediapakuan.pikiran-rakyat.c...srael?page=all
0
367
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan