- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pefindo Tegaskan Kembali Rating Gagal Bayar WIKA


TS
jaguarxj220
Pefindo Tegaskan Kembali Rating Gagal Bayar WIKA
Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dinyatakan gagal bayar sebagian kewajiban utangnya. Hal ini tercermin dari penegasan peringkat kredit perusahaan pada level Selective Default (idSD) oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Peringkat idSD (Selective Default) dari Pefindo menunjukkan bahwa perusahaan gagal memenuhi sebagian kewajiban pembayaran utangnya, namun belum default secara menyeluruh. Artinya, perusahaan masih membayar sebagian utang lain, tapi tidak mampu membayar utang tertentu yang sudah jatuh tempo, seperti obligasi atau sukuk tertentu.
Pefindo juga mempertahankan peringkat Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A di idD(sy), menyusul belum adanya persetujuan dari pemegang sukuk atas usulan perpanjangan jatuh tempo pokok yang semula jatuh pada 18 Februari 2025.
Tak hanya itu, Pefindo menegaskan peringkat Obligasi Berkelanjutan I, II, dan III di level idCCC, serta sejumlah sukuk lainnya termasuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II (Tahap I dan II Seri B dan C), dan III di level idCCC(sy).
Kendati menghadapi tekanan likuiditas dan profil keuangan yang lemah, Pefindo menilai WIKA masih memiliki posisi yang mapan dalam industri konstruksi nasional. Namun risiko ekspansi sebelumnya dan kondisi industri yang penuh tantangan turut membatasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
“Kami dapat meninjau kembali peringkat jika WIKA mampu menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok Sukuk yang sudah jatuh tempo,” tulis pengumuman Pefindo, dikutip Senin (14/7/2025).
Dalam keterangannya, Corporate Secretary WIKA Ngatemin mengakui kondisi tersebut dan menyatakan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) serta Rapat Umum Pemegang Sukuk dalam waktu dekat.
“Perseroan akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Obligasi dan Rapat Umum Pemegang Sukuk sebagai upaya untuk memperoleh persetujuan atas penyelesaian pelunasan pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A,” kata Ngatemin, dikutip Senin (14/7/2025).
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025, total utang surat utang WIKA yang terdiri dari obligasi dan sukuk mencapai Rp10,28 triliun. Jumlah itu terdiri dari utang obligasi sebesar Rp8,01 triliun, serta utang sukuk sebesar Rp2,27 triliun.
Rinciannya, liabilitas obligasi jangka pendek tercatat sebesar Rp1,73 triliun, dan jangka panjang Rp6,28 triliun. Adapun utang sukuk terdiri dari Rp681,23 miliar jangka pendek dan Rp1,59 triliun jangka panjang.
Sukuk yang menjadi sorotan utama saat ini adalah Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A yang memiliki nilai pokok Rp412,90 miliar dengan nisbah 51,17%, dan jatuh tempo pada 18 Februari 2025.
Selain itu, dua sukuk lain juga akan jatuh tempo pada tahun ini. Pertama, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2020 Seri B, jatuh tempo pada 18 Desember 2025, dengan nilai pokok Rp158 miliar dan nisbah 38,54%. Kedua, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2022 Seri A senilai Rp109,32 miliar, dengan nisbah 66%, yang akan jatuh tempo pada 3 November 2025.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...al-bayar-wika/
Obligasi WIKA ratingnya setara junk bond alias "obligasi sampah"..
Tapi gini2 WIKA kontraktor nya IKN lohh..
Peringkat idSD (Selective Default) dari Pefindo menunjukkan bahwa perusahaan gagal memenuhi sebagian kewajiban pembayaran utangnya, namun belum default secara menyeluruh. Artinya, perusahaan masih membayar sebagian utang lain, tapi tidak mampu membayar utang tertentu yang sudah jatuh tempo, seperti obligasi atau sukuk tertentu.
Pefindo juga mempertahankan peringkat Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A di idD(sy), menyusul belum adanya persetujuan dari pemegang sukuk atas usulan perpanjangan jatuh tempo pokok yang semula jatuh pada 18 Februari 2025.
Tak hanya itu, Pefindo menegaskan peringkat Obligasi Berkelanjutan I, II, dan III di level idCCC, serta sejumlah sukuk lainnya termasuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II (Tahap I dan II Seri B dan C), dan III di level idCCC(sy).
Kendati menghadapi tekanan likuiditas dan profil keuangan yang lemah, Pefindo menilai WIKA masih memiliki posisi yang mapan dalam industri konstruksi nasional. Namun risiko ekspansi sebelumnya dan kondisi industri yang penuh tantangan turut membatasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
“Kami dapat meninjau kembali peringkat jika WIKA mampu menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok Sukuk yang sudah jatuh tempo,” tulis pengumuman Pefindo, dikutip Senin (14/7/2025).
Dalam keterangannya, Corporate Secretary WIKA Ngatemin mengakui kondisi tersebut dan menyatakan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) serta Rapat Umum Pemegang Sukuk dalam waktu dekat.
“Perseroan akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Obligasi dan Rapat Umum Pemegang Sukuk sebagai upaya untuk memperoleh persetujuan atas penyelesaian pelunasan pembayaran pokok Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A,” kata Ngatemin, dikutip Senin (14/7/2025).
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2025, total utang surat utang WIKA yang terdiri dari obligasi dan sukuk mencapai Rp10,28 triliun. Jumlah itu terdiri dari utang obligasi sebesar Rp8,01 triliun, serta utang sukuk sebesar Rp2,27 triliun.
Rinciannya, liabilitas obligasi jangka pendek tercatat sebesar Rp1,73 triliun, dan jangka panjang Rp6,28 triliun. Adapun utang sukuk terdiri dari Rp681,23 miliar jangka pendek dan Rp1,59 triliun jangka panjang.
Sukuk yang menjadi sorotan utama saat ini adalah Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2022 Seri A yang memiliki nilai pokok Rp412,90 miliar dengan nisbah 51,17%, dan jatuh tempo pada 18 Februari 2025.
Selain itu, dua sukuk lain juga akan jatuh tempo pada tahun ini. Pertama, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2020 Seri B, jatuh tempo pada 18 Desember 2025, dengan nilai pokok Rp158 miliar dan nisbah 38,54%. Kedua, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2022 Seri A senilai Rp109,32 miliar, dengan nisbah 66%, yang akan jatuh tempo pada 3 November 2025.
https://www.bloombergtechnoz.com/det...al-bayar-wika/
Obligasi WIKA ratingnya setara junk bond alias "obligasi sampah"..
Tapi gini2 WIKA kontraktor nya IKN lohh..







brucebanner23 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
154
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan