- Beranda
- Komunitas
- Games
- Zona Gamer
5 Game Mobile yang Gagal Bersaing di Tengah Dominasi MLBB


TS
sadelihasann21
5 Game Mobile yang Gagal Bersaing di Tengah Dominasi MLBB

MLBB
Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) bukan cuma sekadar game—ia sudah jadi budaya, khususnya di Asia Tenggara. Dengan jutaan pemain aktif, turnamen besar, dan ekosistem esports yang hidup, MLBB berhasil mengukuhkan tahta sebagai raja MOBA mobile. Tapi di balik kesuksesan itu, banyak game yang mencoba menantang dominasi MLBB… dan gagal.
Beberapa datang dengan kualitas grafis yang lebih tinggi, mekanik lebih kompleks, bahkan IP ternama. Tapi hasilnya? Tetap tumbang. Nah, berikut ini adalah 5 game mobile yang pernah mencoba menantang MLBB tapi harus gugur di tengah jalan.
1. Heroes Evolved Mobile
Developer:R2 Games
Rilis: 2017

Heroes Evolved Mobile
Sekilas, Heroes Evolvedpunya potensi. Mode permainan mirip MLBB, roster hero lumayan beragam, dan mekanisme gameplay cukup akrab untuk penggemar MOBA. Tapi justru itu masalahnya—terlalu mirip.
Game ini gagal membangun identitas unik. UI kurang nyaman, server bermasalah, dan balancing hero bikin frustrasi. Ketika pemain sudah nyaman di MLBB, alasan untuk pindah ke Heroes Evolved terlalu tipis.
Kenapa gagal:
[ul][li]Minim inovasi[/li][li]Kualitas server buruk[/li][li]Komunitas kecil dan cepat sepi[/li][/ul]
2. Arena of Valor (AOV)
Developer: TiMi Studios (Tencent)
Rilis: 2017

Arena of Valor
AOV sebenarnya bukan game kecil. Di belakangnya ada Tencent, perusahaan raksasa yang juga punya Honor of Kingsdan PUBG Mobile. Di awal rilis, AOV sempat jadi ancaman serius bagi MLBB, bahkan berhasil booming di beberapa wilayah.
Tapi di Indonesia dan Asia Tenggara, AOV sulit mempertahankan momentum. Kurangnya lokal konten, lambatnya pembaruan hero dan skin, serta gaya grafis yang terasa "kaku" membuatnya ditinggalkan.
Meski secara teknis lebih unggul, AOV gagal membangun koneksi emosional dengan pemain lokal sebagaimana MLBB berhasil melakukannya.
Kenapa gagal:
[ul][li]Promosi tidak konsisten[/li][li]Gagal membangun komunitas yang loyal[/li][li]Terlalu “serius” dan kurang fun[/li][/ul]
3. Marvel Super War
Developer: NetEase
Rilis: 2019

Marvel Super War
Bayangin main MOBA pakai Iron Man, Thor, dan Spider-Man? Marvel Super Wardatang dengan janji menggabungkan genre MOBA dan superhero Marvel—dua hal yang seharusnya bikin game ini laris manis.
Sayangnya, hype cepat redup. Game ini terbentur masalah klasik: balancing yang amburadul, animasi lamban, dan UI yang tidak responsif. Tambah lagi, tak ada dukungan eSports besar-besaran atau event lokal yang bikin komunitas tumbuh.
Akhirnya, meskipun Marvel punya nama besar, Marvel Super War tenggelam pelan-pelan tanpa suara.
Kenapa gagal:
[ul][li]Marvel IP tidak dimaksimalkan[/li][li]Gameplay kurang halus[/li][li]Tidak ada dukungan komunitas yang kuat[/li][/ul]
4. Extraordinary Ones
Developer: NetEase
Rilis: 2019

Extraordinary Ones
Game ini datang dengan gaya anime yang nyentrik. Karakter-karakternya penuh warna dan efek visualnya keren. Bahkan ada karakter crossover dari anime terkenal seperti My Hero Academia.
Tapi masalahnya, gaya anime tidak cocok untuk semua pasar. Di Indonesia misalnya, game ini dianggap terlalu niche dan “asing”. Selain itu, matchmaking lambat dan konten terlalu berat untuk HP entry-level.
Akhirnya, meski unik secara konsep, Extraordinary Onesjadi korban dominasi MLBB karena gagal merangkul pemain kasual.
Kenapa gagal:
[ul][li]Terlalu segmented[/li][li]Sulit dijangkau HP spek rendah[/li][li]Minim eksposur di media lokal[/li][/ul]
5. Onmyoji Arena
Developer: NetEase
Rilis: 2018

Onmyoji Arena
Masih dari NetEase, Onmyoji Arenamembawa nuansa Jepang klasik dengan gaya seni yang cantik dan hero bernuansa mitologi Asia Timur. Secara kualitas, ini salah satu MOBA mobile paling cantik secara visual.
Tapi kekuatan ini juga jadi kelemahannya. Narasi dan karakter terlalu asing untuk sebagian besar gamer kasual. Ditambah dengan sistem battle yang lebih kompleks, Onmyoji Arena kurang ramah buat pemula.
MLBB yang lebih cepat, ringan, dan mudah dipahami jauh lebih menarik buat pasar luas.
Kenapa gagal:
[ul][li]Kurva belajar tinggi[/li][li]Tema dan desain terlalu spesifik[/li][li]Kurang promosi lokal[/li][/ul]
MLBB Masih Jadi Raja, Tapi Kompetisi Belum Mati
Melihat kegagalan lima game di atas, satu hal jadi jelas: dominasi MLBB bukan sekadar soal gameplay, tapi soal koneksi dengan pemain. Mulai dari bahasa lokal, server stabil, event menarik, hingga dukungan eSports—semua diracik dengan tepat.
Namun begitu, bukan berarti tidak ada peluang. Game seperti Honor of Kings yang baru masuk ke pasar global bisa jadi pesaing baru. Tapi untuk saat ini? MLBB masih terlalu kokoh untuk digoyang.
Baca Artikel Bola Voli Terlengkap disini
Spoortzoomid
0
39
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan