Kaskus

News

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
27 Tahun Biak Berdarah, Solidaritas West Papua Ingatkan Negara Tak Bungkam Sejarah
27 Tahun Biak Berdarah, Solidaritas Rakyat West Papua Ingatkan Negara Tak Bungkam Sejarah
27 Tahun Biak Berdarah, Solidaritas West Papua Ingatkan Negara Tak Bungkam Sejarah
Tayang: Senin, 7 Juli 2025 10:31 WIT
Penulis: Matius Pilamo Siep | Editor: Libertus Manik Allo
zoom-inlihat foto27 Tahun Biak Berdarah, Solidaritas Rakyat West Papua Ingatkan Negara Tak Bungkam Sejarah
TribunPapuaBarat.com//Matius
Foto bersama usai aksi penyalaan lilin, doa bersama, serta renungan dan refleksi sejarah di Manyosi Wirsi, Manokwari, Papua Barat, pada Senin (6/7/2025) malam.

TRIBUNPAPUABARAT.COM, MANOKWARI - 27 tahun tragedi Biak Berdarah yang terjadi pada 6 Juli 1998, Solidaritas Rakyat West Papua menggelar aksi penyalaan lilin, doa bersama, renungan dan refleksi sejarah di Manyosi Wirsi, Manokwari, Papua Barat, pada Minggu (6/7/2025) malam.

Puluhan warga Papua dari berbagai wilayah di Tanah Papua turut hadir dalam aksi tersebut.

Mereka berkumpul untuk mengenang peristiwa kelam yang menewaskan dan menghilangkan ratusan orang Papua.

Selain itu mereka juga menuntut negara untuk membuka kebenaran, dan memberikan keadilan bagi para korban.

Koordinator Solidaritas Rakyat West Papua, Opa Bili menyampaikan bahwa tragedi Biak Berdarah hingga kini belum mendapatkan penyelesaian yang adil dari negara.

“Banyak korban berjatuhan. Ada yang dibunuh, dirudapaksa, dihilangkan secara paksa, dan bahkan ratusan dibuang dari atas kapal. Semua itu belum dipertanggungjawabkan secara hukum sampai hari ini,” ujar Opa dengan nada haru.

Ia menegaskan, bahwa waktu 27 tahun belum mampu menghapus luka kolektif rakyat Papua, terutama bagi keluarga korban yang masih menanti keadilan dan kebenaran.

Opa menekankan bahwa tragedi Biak Berdarah bukan hanya catatan sejarah kelam, tetapi juga simbol perlawanan damai rakyat Papua yang ditanggapi dengan kekerasan negara.

Ketika rakyat mengibarkan Bintang Kejora dan menyuarakan aspirasi politik secara damai, yang datang bukan dialog, tapi peluru dan kekerasan. Sampai hari ini, tidak ada permintaan maaf resmi, tidak ada pemulihan martabat, dan tidak ada proses hukum bagi pelaku,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa aksi ini adalah bagian dari perjuangan moral, budaya, dan politik untuk menolak lupa serta menuntut masa depan Papua yang adil dan manusiawi.

Lanjut, kata Opa Peringatan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan rakyat Papua belum selesai.

Aksi di Manokwari hari ini merupakan suara dari generasi yang menolak sejarah ditutup dan dilupakan.

“Biak Berdarah bukan akhir. Ini adalah tanda seru dari perjuangan panjang rakyat Papua untuk hidup bermartabat di tanahnya sendiri. Keadilan yang ditunda, pada akhirnya adalah keadilan yang disangkal,” tutur Opa Bili.

Solidaritas Rakyat West Papua menyampaikan empat tuntutan kepada Negara NKRI sebagai berikut :

1. Pengungkapan kebenaran melalui mekanisme independen dan transparan.

2. Pertanggungjawaban hukum terhadap para pelaku dan otoritas yang terlibat.

3. Pemulihan martabat korban dan keluarga, termasuk pengakuan resmi dari negara.

4. Dialog politik yang setara, bukan pendekatan militeristik terhadap aspirasi rakyat Papua.

(*)


https://papuabarat.tribunnews.com/20...ngkam-sejarah.
seruan demonstran soal tragedy Biak1998


dragunov762mmAvatar border
itkgidAvatar border
itkgid dan dragunov762mm memberi reputasi
2
101
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan