Kaskus

Story

mangdana1984Avatar border
TS
mangdana1984
MENYULAM AIR MATA
“Apa maksudmu kau hanya menganggap aku sebagai adik ipar, Mas? Adik ipar yang kamu tiduri selama empat tahun?” Napas Intan tersengal. Dada wanita itu naik turun sangat cepat seiring dengan dengusan napasnya yang terdengar berlarian. Tubuh Intan gemetar hebat hingga membuat dia terduduk di kasur yang sudah dia siapkan khusus untuk menyambut kepulangan suaminya.

“Maafkan aku, Tan, tapi hatiku tak bisa berdusta. Perasaan tak bisa dipaksa. Aku mencintai wanita lain diluar sana. Perasaan cinta yang sama besarnya dengan saat aku mencintai mendiang kakakmu, Tita.”

Intan mendadak berdiri dan melayangkan t.mparan keras ke pipi suaminya. Tak cukup sekali, dia kembali men.mpar Abbi ke sisi wajah yang lainnya. Telapak tangannya terasa panas dan kebas karena dia men.mpar Abbi dengan sangat keras. Intan bahkan terhuyung dan hampir terjatuh kalau saja Abbi tidak sigap meraih tubuhnya.

Wanita itu menepis tangan suaminya. Dia menatap nyalang ke arah lelaki yang tadi dengan sangat ringan mengatakan mencintai wanita lain diluar sana. Ucapan Abbi seumpama p.dang yang men.suk tepat ke j.ntung Intan. Sakit. Perih. Pedih nian rasanya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut lelaki yang empat tahun lalu menikahinya.

“Sudah berapa lama Mas menjalin hubungan dengan wanita itu? Setahun? Dua tahun? Atau sepanjang pernikahan kita Mas berbuat menyeleweng?” Intan menghirup udara dengan rakus, berusaha memenuhi rongga dadanya dengan udara sebanyak mungkin. Dia kembali menepis tangan Abbi yang berusaha meraih tangannya.

“Aku tidak pernah mengkhianati pernikahan kita, Tan. Aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun.” Abbi akhirnya duduk di kasur sambil menatap Intan yang berdiri sambil menatap nyalang ke arah dirinya. Sesekali, Abbi mengelus pipi. Bekas t.mparan istrinya tadi terasa panas dan nyeri.

“Lalu, bagaimana ceritanya kau bisa jatuh cinta? Apa wanita itu mengg.damu?”

Abbi menghela napas panjang. Dia memilih kata yang tepat agar tidak semakin menyulut emosi istrinya. Walau bagaimanapun, dia tahu dia salah. Namun, perasaannya tak bisa berdusta. Dia tak pernah merasakan debar yang sama ketika bersama Intan, seperti saat berdekatan dengan wanita yang dia cinta.

“Tidak ada perselingkuhan dan tidak ada yang mengg.da. Mungkin karena kami kerap berinteraksi saat bekerja, perasaan itu hadir begitu saja.” Abbi mencoba menjelaskan. Lelaki itu tidak mau Intan menganggapnya mengkhianati pernikahan mereka. “Dia wanita baik-baik. Saat tahu aku sudah beristri, dia memilih menjaga jarak sampai aku tidak terikat pernikahan lagi.”

Tawa Intan meledak mendengar ucapan suaminya, memenuhi ruang kamar mereka dengan kerasnya. Wanita itu terus terbahak-bahak sampai matanya berair dan perutnya terasa sakit karena terlalu lama tertawa.

“T.lol! Entah kemana o.takmu pindah hingga kau seperti berpikir menggunakan dengkulmu, Mas.” Intan menunjuk wajah Abbi. Untuk kali pertama selama pernikahan mereka, dia bicara kasar dan bersikap tidak sopan pada suaminya. Bagaimanalah? Wanita mana yang bisa menahan diri mendengar pernyataan cinta untuk wanita lain dari bibir suaminya sendiri?

“Dia wanita baik-baik katamu? Wanita baik-baik mana yang memilih menjaga jarak sampai suami orang tidak terikat pernikahan lagi? Dia mendoakan kita berpisah, begitu?” Intan kembali tertawa sumbang. Wanita itu mengusap keringat di pelipisnya. Pendingin ruangan bekerja dengan maksimal, tapi dia merasa kegerahan. Padahal, Intan mengenakan baju tidur dengan bahan tipis malam ini.

“Kalau dia wanita baik-baik, seharusnya dia menjauh saat tahu kamu sudah punya istri, Mas! Kalau dia wanita baik-baik, seharusnya dia mengingatkanmu dengan komitmen pernikahan yang saat ini kamu jalani.” Intan setengah berteriak saat bicara. Emosinya membuat kepalanya terasa panas seperti akan meledak.

“Dia hanya sedang menggunakan topeng untuk menutupi kebusukannya dengan cara menjaga jarak darimu. Dia mencoba mencari simpati dari itu. Padahal, dia tidak lebih dari wanita mur.han yang sedang berakting agar terlihat seperti wanita baik-baik di hadapanmu.”

Abbi menunduk. Dia memilih diam agar tidak semakin menyulut kemarahan Intan. Dari sisi sebelah manapun, Abbi tahu dia salah. Jadi, dia memilih untuk bungkam agar emosi Intan teredam.

Lima menit berlalu, Intan akhirnya terduduk di lantai. Wanita itu menangis kencang. Abbi membiarkan Intan meluapkan segala kesedihannya seorang diri. Dia tahu betul Intan bisa tersulut lagi jika dia mencoba untuk menenangkannya.

“Kenapa, Mas? Kenapa kamu tega? Kurang apa selama empat tahun ini pengabdianku padamu sebagai seorang istri? Semua kebutuhanmu kusiapkan dan kulayani dengan baik. Anakmu kuurus seperti anak sendiri. Bahkan, sampai sore tadi aku masih menceboki Bita yang buang air besar.” Intan bertanya setelah tangisnya sedikit mereda.

“Kamu tidak kurang apa-apa, Tan. Ini hanya masalah hati dan aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri.”

“Kenapa Mas tidak mencoba menumbuhkan cinta untukku? Kita memang menikah bukan karena dasar cinta. Namun, empat tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencoba, Mas. Kenapa Mas tidak memupuk perasaan seperti yang kulakukan selama pernikahan kita?” Intan menghapus air matanya yang kembali mengalir tak tertahankan.

“Aku sudah mencoba, Tan. Setiap hari, setiap waktu, setiap saat aku mencoba menumbuhkan perasaan itu. Aku menjadikan fotomu wallpaper di ponselku. Aku memajang foto pernikahan kita di meja kerjaku. Aku bahkan selalu mengusahakan agar kau adalah orang pertama yang kupikirkan setiap kali bangun di pagi hari. Namun, perasaan itu tidak tumbuh juga. Bagiku, kau adalah adik iparku. Adik Tita yang kini sudah tenang di alam sana.”

Intan menggeleng pelan. Dia tertawa di antara tangis saat akhirnya kembali bertanya. “Kau menganggapku hanya sebatas adik ipar? Adik ipar mana memangnya yang bisa kamu t.duri sesukanya selama empat tahun?”

Pertanyaan Intan membungkam mulut Abbi. Lidah lelaki itu terasa kelu, tak bisa berkata-kata lagi.

Novel ini sudah terbit di PlayStore, cari saja dengan kata: MENYULAM AIR MATA MENYULAM AIR MATA


0
30
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan