- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam,


TS
mabdulkarim
Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam,
Kisah Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam, Ditolong Nelayan

Tayang: Minggu, 6 Juli 2025 07:00 WITA
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
zoom-inlihat fotoKisah Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam, Ditolong Nelayan
Tribunjatim.com/Sinca Ari Pangistu
KORBAN SELAMAT - Eka Toniansah (25), penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat, asal Kelurahan Klatak, Banyuwangi, saat menunjukkan foto mendiang ayahnya Eko Sastrio (51) yang dirinya peluk dengan kondisi terombang-ambing di lautan selama 5 jam. Kisah Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam, Ditolong Nelayan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada 2 Juli 2025, meninggalkan beragam cerita.
Hingga saat ini Tim SAR Gabungan masih mencari keberadaan korban.
Total 36 penumpang berhasil ditemukan. 30 di antaranya selamat, 6 orang meninggal dunia, sedangkan 29 orang masih dalam status pencarian.
Satu di antara korban yang selamat, Eka Toniansah (25) membagikan ceritanya saat tragedi tersebut terjadi.
Eka Toniansah bercerita bahwa ia bersama ayahnya Eko Sastrio (51), membawa truk tronton untuk mengirim semen ke Bali.
Pengiriman ini sering dilakukannya bersama ayahnya sebagai sopir, dan dirinya sebagai kernet.
"Kirim semen ke Bali," ujar pemuda asal Kelurahan Klatak, Banyuwangi ini, Sabtu 5 Juli 2025.
Sebelum kapal karam, kata Toni, seluruh penumpang panik dan berlarian mencari pelampung.
Utamanya, saat kapal sudah mulai miring ke kanan dengan posisi mesin mati dan ombak besar.
Toni dan ayahnya, juga salah satu yang panik mencari pelampung. Beruntung, ia mendapat dua buah pelampung yang berada di sampingnya di ruang penumpang.
"Kapal pertama diam, terombang-ambing, kemudian orang-orang panik. Akhirnya sempat miring. Tak lama miring, selang 3 menitan, langsung tenggelam. Mesin mati," jelasnya.
Tak terdengar tanda peringatan bahaya saat kapal miring.
Toni bersama ayahnya yang sudah menggunakan pelampung itu, berpegangan pada besi pinggiran kapal.
Saat kapal telah tenggelam, dirinya bersama almarhum Eko Sastrio juga ikut tenggelam.
Namun, selang beberapa detik ia langsung mengapung ke permukaan bersama ayahnya setelah melepas besi pinggiran kapal.
"Sekitar 5 detik-an naik ke atas," jelasnya.
Setelah naik ke permukaan laut, Toni melihat penumpang lainnya panik, menangis, dan menjerit meminta pertolongan.
"Saya tak begitu panik, ya pasrah, gimana lagi," urainya.
Saat awal naik ke permukaan, Toni dan ayahnya yang sama-sama tak bisa berenang itu masih berpegangan. Namun, kondisi ayahnya sudah semakin lemas.
"Kondisi bapak lemas, sempat masih hidup," jelasnya.
Kemudian saat ayahnya meninggal. Toni tetap bertahan sembari memeluk jasad ayahnya dengan satu tangan tanpa ada kapal yang melintas untuk membantu.
Ia hanya bisa pasrah mengikuti ombak dan arus sembari melihat sekeliling kemungkinan ada kapal melintas.
"Pas kejadian 1 jam 2 jam, tak ada bantuan kapal sama sekali," terangnya.
Barulah, sekitar 5 jam-an Toni yang memegangi jasad ayahnya itu ditemukan oleh nelayan yang melintas di sekitar Pantai Banyubiru, Bali. Dirinya teriak meminta tolong pada nelayan yang melintas.]b\
"Teriak-teriak minta tolong," jelasnya.
"Saat ditemukan, kita naik kapal nelayan, bapak sudah tidak ada," ucapnya.
Tiba di daratan, Toni langsung meminta warga untuk menghubungi keluarga bahwa dirinya selamat
https://bali.tribunnews.com/2025/07/...elayan?page=2.
turut berduka cita.
ombak di Selat Bali emang gede..
pernah naik kapal dari Banyuwangi ke Mataram, kapal butuh tenaga lebih buat melawan arus di Selat Bali
KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, Verifikasi KTP Penumpang Diabaikan?

Kompas.com - 06/07/2025, 13:03 WIB Rachmawati Editor Lihat Foto Keluarga penumpang KMP Tunu Pratama Jaya bertahan di pusat informasi Pelabuhan Ketapang. (KOMPAS.COM/FITRI ANGGIAWATI) KOMPAS.com — Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (3/7/2025) malam masih menyisakan tanda tanya besar terkait jumlah penumpang yang sebenarnya berada di atas kapal.
Dari total 65 orang yang disebut berada di kapal yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, ditemukan fakta bahwa sebagian penumpang tidak tercatat dalam manifest resmi, sehingga menyulitkan proses evakuasi dan identifikasi korban.
Kondisi ini mengundang perhatian sejumlah pihak, termasuk mantan penjaga loket di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Febri (25), yang mengungkap persoalan sistemik dalam pendataan penumpang selama proses naik kapal.
"Aku pernah kerja di Pelabuhan Ketapang kurang lebih tiga tahun, dari 2020 sampai 2023 sebagai penjaga loket. Jadi sangat familiar dengan apa yang terjadi di sana," ujar Febri saat ditemui, Sabtu (5/7/2025).
Peran Calo dan Data Penumpang Tak Lengkap
Menurut Febri, sistem pemesanan tiket resmi sebenarnya sudah memadai jika dilakukan melalui aplikasi Ferizy, yang dikelola PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).[b] Namun, dalam praktik di lapangan, banyak penumpang justru lebih memilih menggunakan jasa calo daripada memesan sendiri secara daring.
“Sebagian besar orang tidak mau memesan sendiri. Mereka lebih suka beli tiket dari calo atau di pinggir jalan karena merasa lebih cepat,” kata Febri.
Masalah timbul karena calo seringkali hanya mencatat nama singkat, tanpa menyertakan data penting seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau alamat lengkap. Padahal, data tersebut sangat krusial untuk keperluan klaim asuransi maupun pencatatan dalam manifest penumpang.
Lemahnya Verifikasi di Pelabuhan Febri juga mengungkap kelemahan dalam proses verifikasi di jalur masuk Pelabuhan Ketapang.
Secara prosedur, petugas loket semestinya memeriksa kesesuaian tiket dan KTP seluruh penumpang di setiap kendaraan. Namun hal ini kerap tidak dilakukan menyeluruh.
“Misalnya mobil isinya enam orang, tapi dibilang cuma tiga. Jadi cuma tiga yang disuruh tunjukkan KTP,” jelas Febri.
Kondisi ini memperbesar kemungkinan adanya penumpang gelap atau penumpang yang tidak tercatat, sehingga saat insiden seperti tenggelamnya kapal terjadi, jumlah korban yang sebenarnya tidak dapat dipastikan secara akurat.
Lebih lanjut, Febri juga menyoroti kondisi kapal yang melayani rute Ketapang–Gilimanuk. Menurut dia, tidak semua kapal memenuhi standar keselamatan yang semestinya
Ia menyebutkan ada kapal yang minim pelampung, bermesin tua, dan bahkan terlihat sangat usang.
“Mungkin karena tidak semua kapal milik BUMN. Ada juga yang milik swasta atau perorangan,” ujarnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan praktik kelebihan muatan yang kerap terjadi. Febri menduga hal ini dilakukan operator kapal demi mengejar pendapatan lebih besar.
Febri menambahkan bahwa pengawasan dari pihak ASDP maupun Syahbandar terhadap kelaikan kapal dan pengawasan keberangkatan masih sangat minim. Ia menilai, ketidaktegasan dalam pengawasan tersebut turut memperparah potensi terjadinya kecelakaan laut. Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak, baik operator kapal, otoritas pelabuhan, maupun penumpang
.
Pendataan penumpang harus dilakukan secara disiplin dan transparan, dan pengawasan kapal perlu diperketat demi menjamin keselamatan pelayaran di lintasan Selat Bali.
“Kalau semua pihak tidak disiplin, kejadian kayak gini bakal terus terulang. Siapa yang bisa bertanggung jawab kalau korban tidak terdata?” ujar Febri.
https://www.kompas.com/jawa-timur/re...age=all#page2.
Pengalaman naik kapal di Ketapang Banyuwangi, banyak loket Friezzy di sekitar Pelabuhan karena banyak yang gaptek.
Waktu saya ke lokat, saya dicek tiketnya, tapi balik lagi ke Indomaret karena kapalnya belum siap.
Beberapa jam kemudian, kapal sudah ada dan naik ke kapal dicek KTP sama tiket. Dapat kupon makan
Kapalnya Ketapang ke Lembar Lombok kapal bekas Lampung-Merak jadi kualitasnya nggak bagus banget dan jalannya agak lambat
Waktu dari Lembar ke Padang Bai juga sama. Loket cek tiket terus ke petugas di dekat kapal cek tiket. Setelah itu naik.
Kapal yang Lembar ke Padang Bai cepet, tapi ngatri lama pas dekat Padang Bai.

Tayang: Minggu, 6 Juli 2025 07:00 WITA
Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
zoom-inlihat fotoKisah Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam, Ditolong Nelayan
Tribunjatim.com/Sinca Ari Pangistu
KORBAN SELAMAT - Eka Toniansah (25), penumpang KMP Tunu Pratama Jaya yang selamat, asal Kelurahan Klatak, Banyuwangi, saat menunjukkan foto mendiang ayahnya Eko Sastrio (51) yang dirinya peluk dengan kondisi terombang-ambing di lautan selama 5 jam. Kisah Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya, Toni Peluk Jasad Ayahnya Berjam-jam, Ditolong Nelayan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada 2 Juli 2025, meninggalkan beragam cerita.
Hingga saat ini Tim SAR Gabungan masih mencari keberadaan korban.
Total 36 penumpang berhasil ditemukan. 30 di antaranya selamat, 6 orang meninggal dunia, sedangkan 29 orang masih dalam status pencarian.
Satu di antara korban yang selamat, Eka Toniansah (25) membagikan ceritanya saat tragedi tersebut terjadi.
Eka Toniansah bercerita bahwa ia bersama ayahnya Eko Sastrio (51), membawa truk tronton untuk mengirim semen ke Bali.
Pengiriman ini sering dilakukannya bersama ayahnya sebagai sopir, dan dirinya sebagai kernet.
"Kirim semen ke Bali," ujar pemuda asal Kelurahan Klatak, Banyuwangi ini, Sabtu 5 Juli 2025.
Sebelum kapal karam, kata Toni, seluruh penumpang panik dan berlarian mencari pelampung.
Utamanya, saat kapal sudah mulai miring ke kanan dengan posisi mesin mati dan ombak besar.
Toni dan ayahnya, juga salah satu yang panik mencari pelampung. Beruntung, ia mendapat dua buah pelampung yang berada di sampingnya di ruang penumpang.
"Kapal pertama diam, terombang-ambing, kemudian orang-orang panik. Akhirnya sempat miring. Tak lama miring, selang 3 menitan, langsung tenggelam. Mesin mati," jelasnya.
Tak terdengar tanda peringatan bahaya saat kapal miring.
Toni bersama ayahnya yang sudah menggunakan pelampung itu, berpegangan pada besi pinggiran kapal.
Saat kapal telah tenggelam, dirinya bersama almarhum Eko Sastrio juga ikut tenggelam.
Namun, selang beberapa detik ia langsung mengapung ke permukaan bersama ayahnya setelah melepas besi pinggiran kapal.
"Sekitar 5 detik-an naik ke atas," jelasnya.
Setelah naik ke permukaan laut, Toni melihat penumpang lainnya panik, menangis, dan menjerit meminta pertolongan.
"Saya tak begitu panik, ya pasrah, gimana lagi," urainya.
Saat awal naik ke permukaan, Toni dan ayahnya yang sama-sama tak bisa berenang itu masih berpegangan. Namun, kondisi ayahnya sudah semakin lemas.
"Kondisi bapak lemas, sempat masih hidup," jelasnya.
Kemudian saat ayahnya meninggal. Toni tetap bertahan sembari memeluk jasad ayahnya dengan satu tangan tanpa ada kapal yang melintas untuk membantu.
Ia hanya bisa pasrah mengikuti ombak dan arus sembari melihat sekeliling kemungkinan ada kapal melintas.
"Pas kejadian 1 jam 2 jam, tak ada bantuan kapal sama sekali," terangnya.
Barulah, sekitar 5 jam-an Toni yang memegangi jasad ayahnya itu ditemukan oleh nelayan yang melintas di sekitar Pantai Banyubiru, Bali. Dirinya teriak meminta tolong pada nelayan yang melintas.]b\
"Teriak-teriak minta tolong," jelasnya.
"Saat ditemukan, kita naik kapal nelayan, bapak sudah tidak ada," ucapnya.
Tiba di daratan, Toni langsung meminta warga untuk menghubungi keluarga bahwa dirinya selamat
https://bali.tribunnews.com/2025/07/...elayan?page=2.
turut berduka cita.
ombak di Selat Bali emang gede..
pernah naik kapal dari Banyuwangi ke Mataram, kapal butuh tenaga lebih buat melawan arus di Selat Bali
KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Selat Bali, Verifikasi KTP Penumpang Diabaikan?

Kompas.com - 06/07/2025, 13:03 WIB Rachmawati Editor Lihat Foto Keluarga penumpang KMP Tunu Pratama Jaya bertahan di pusat informasi Pelabuhan Ketapang. (KOMPAS.COM/FITRI ANGGIAWATI) KOMPAS.com — Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (3/7/2025) malam masih menyisakan tanda tanya besar terkait jumlah penumpang yang sebenarnya berada di atas kapal.
Dari total 65 orang yang disebut berada di kapal yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, ditemukan fakta bahwa sebagian penumpang tidak tercatat dalam manifest resmi, sehingga menyulitkan proses evakuasi dan identifikasi korban.
Kondisi ini mengundang perhatian sejumlah pihak, termasuk mantan penjaga loket di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Febri (25), yang mengungkap persoalan sistemik dalam pendataan penumpang selama proses naik kapal.
"Aku pernah kerja di Pelabuhan Ketapang kurang lebih tiga tahun, dari 2020 sampai 2023 sebagai penjaga loket. Jadi sangat familiar dengan apa yang terjadi di sana," ujar Febri saat ditemui, Sabtu (5/7/2025).
Peran Calo dan Data Penumpang Tak Lengkap
Menurut Febri, sistem pemesanan tiket resmi sebenarnya sudah memadai jika dilakukan melalui aplikasi Ferizy, yang dikelola PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).[b] Namun, dalam praktik di lapangan, banyak penumpang justru lebih memilih menggunakan jasa calo daripada memesan sendiri secara daring.
“Sebagian besar orang tidak mau memesan sendiri. Mereka lebih suka beli tiket dari calo atau di pinggir jalan karena merasa lebih cepat,” kata Febri.
Masalah timbul karena calo seringkali hanya mencatat nama singkat, tanpa menyertakan data penting seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau alamat lengkap. Padahal, data tersebut sangat krusial untuk keperluan klaim asuransi maupun pencatatan dalam manifest penumpang.
Lemahnya Verifikasi di Pelabuhan Febri juga mengungkap kelemahan dalam proses verifikasi di jalur masuk Pelabuhan Ketapang.
Secara prosedur, petugas loket semestinya memeriksa kesesuaian tiket dan KTP seluruh penumpang di setiap kendaraan. Namun hal ini kerap tidak dilakukan menyeluruh.
“Misalnya mobil isinya enam orang, tapi dibilang cuma tiga. Jadi cuma tiga yang disuruh tunjukkan KTP,” jelas Febri.
Kondisi ini memperbesar kemungkinan adanya penumpang gelap atau penumpang yang tidak tercatat, sehingga saat insiden seperti tenggelamnya kapal terjadi, jumlah korban yang sebenarnya tidak dapat dipastikan secara akurat.
Lebih lanjut, Febri juga menyoroti kondisi kapal yang melayani rute Ketapang–Gilimanuk. Menurut dia, tidak semua kapal memenuhi standar keselamatan yang semestinya
Ia menyebutkan ada kapal yang minim pelampung, bermesin tua, dan bahkan terlihat sangat usang.
“Mungkin karena tidak semua kapal milik BUMN. Ada juga yang milik swasta atau perorangan,” ujarnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan praktik kelebihan muatan yang kerap terjadi. Febri menduga hal ini dilakukan operator kapal demi mengejar pendapatan lebih besar.
Febri menambahkan bahwa pengawasan dari pihak ASDP maupun Syahbandar terhadap kelaikan kapal dan pengawasan keberangkatan masih sangat minim. Ia menilai, ketidaktegasan dalam pengawasan tersebut turut memperparah potensi terjadinya kecelakaan laut. Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak, baik operator kapal, otoritas pelabuhan, maupun penumpang
.
Pendataan penumpang harus dilakukan secara disiplin dan transparan, dan pengawasan kapal perlu diperketat demi menjamin keselamatan pelayaran di lintasan Selat Bali.
“Kalau semua pihak tidak disiplin, kejadian kayak gini bakal terus terulang. Siapa yang bisa bertanggung jawab kalau korban tidak terdata?” ujar Febri.
https://www.kompas.com/jawa-timur/re...age=all#page2.
Pengalaman naik kapal di Ketapang Banyuwangi, banyak loket Friezzy di sekitar Pelabuhan karena banyak yang gaptek.
Waktu saya ke lokat, saya dicek tiketnya, tapi balik lagi ke Indomaret karena kapalnya belum siap.
Beberapa jam kemudian, kapal sudah ada dan naik ke kapal dicek KTP sama tiket. Dapat kupon makan
Kapalnya Ketapang ke Lembar Lombok kapal bekas Lampung-Merak jadi kualitasnya nggak bagus banget dan jalannya agak lambat
Waktu dari Lembar ke Padang Bai juga sama. Loket cek tiket terus ke petugas di dekat kapal cek tiket. Setelah itu naik.
Kapal yang Lembar ke Padang Bai cepet, tapi ngatri lama pas dekat Padang Bai.


bangsutankeren memberi reputasi
1
226
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan