- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Baca Cerita Fiksiku Sampai Akhir!berjudul 👇


TS
andri.kurnia928
Baca Cerita Fiksiku Sampai Akhir!berjudul 👇
Suara dari Telinga Sebelah Kiri
Bisikan Pertama dan Misteri Telinga Kirinya

(Suara itu bilang "Minggir." Gue nurut. Dan hidup gue gak pernah sama lagi.)
Nama gue Genji.Kelas 11 IPA 2. SMA Negeri yang katanya unggulan, padahal unggul di gosip doang.Gue anaknya nggak banyak gaya. Nggak populer. Nggak cupu juga sih, tapi lebih ke, manusia latar. Di antara siswa lain yang warnanya mencolok, gue tuh abu-abu. Abu-abu yang kadang sinis, kadang nyeleneh, kadang nyari angin di bawah pohon sambil dengerin MP3 player butut. (Iya, MP3 player. Zaman masih ada yang jual.)
Satu hal yang mungkin bikin gue beda adalah,telinga kanan gue tuli.
⚠️ Kronologis Kecelakaan Gak Keren
Waktu kelas 3 SD, gue rebutan permen sama bocah tetangga. Biasa, permen Yupi berbentuk burger. Langka. Harga bersahabat. Rebutan di teras masjid, gue kepleset. Jatuh. Palanya nabrak lantai, keras banget, dan, blackout.Bangun-bangun, telinga kanan nggak bisa denger.Kalau ini novel drama, mungkin gue bakal jadi pianis jenius yang kehilangan pendengaran. Tapi ini realita. Gue cuma Genji, siswa SMA dengan satu telinga aktif dan satu lagi kayak saluran radio yang udah dihack alien.
🚨 Bisikan Pertama
Semua berubah waktu gue lagi nyebrang jalan deket warung bakso Bu Murni.Hari itu panas. Otak udah semi-matang. Gue lagi mikirin soal PR Fisika yang kayaknya diketik oleh iblis, tiba-tiba.
“MINGGIR.”
Suara berat. Dingin. Serius. Kayak dubber film thriller.Dan yang paling aneh: datangnya cuma dari telinga kiri.Refleks, gue loncat mundur.Sepersekian detik kemudian,BROOMMM!.Motor ninja lewat sekilat petir, ngebut kayak dikejar mantan yang hamil.Gue berdiri. Napas ngos-ngosan. Jantung jedag-jedug kayak mau keluar lewat ketiak.Yang lebih gilanya, nggak ada orang di sekitar yang ngomong barusan.
🧃Diskusi Serius di Depan Es Teh
Itu kata Vina, sahabat gue sejak SMP, yang percaya kalo jin, arwah, dan malaikat tuh kayak YouTuber,sering nampang tapi jarang ngasih bukti jelas.
Vina ini unik. Orangnya ceria, ekspresif, dan suka banget bahas hal-hal mistis. Hobinya nonton podcast horor sambil ngunyah keripik. Dan entah kenapa, dia tahan banget sama bau menyan.
“Portal dari Hongkong,” gue nyaut. “Mungkin cuma halusinasi. Atau mungkin otak gue rusak gara-gara kebanyakan micin.”
“Genj, lu nyadar gak? Sejak SD, suara dari telinga kiri lu tuh kayak, spesial. Mungkin bukan suara biasa.”
Gue ngangkat alis. “Lu maksud, kayak, Netflix original?”
Vina mencubit lengan gue. “Serius! Suara itu bisa nyelametin lu, kan? Bisa jadi itu, malaikat penjaga. Atau versi masa depan lu. Atau, jin Qarin.”
Gue diam.Karena sejujurnya, itu bukan yang terakhir.
💀 Petunjuk Aneh #2
Besoknya, suara itu muncul lagi.Gue lagi duduk di taman sekolah, nyari sinyal WiFi ilegal, ketika suara itu berbisik:
“Gerak. 5 langkah ke kiri. Sekarang.”
Karena gue anaknya gampang penasaran (dan agak bodoh), gue nurut.Lima langkah ke kiri, gue nyenggol anak kecil yang berdiri di pinggir jalan, dan sedetik kemudian, pohon tumbang tepat di tempat bocah itu berdiri barusan.Bocahnya nangis. Ibunya teriak. Orang-orang panik.Gue?,Gue cuma bisa berdiri bengong sambil mikir: “Gue disuruh siapa barusan?”
😈 Petunjuk Aneh #3 (Yang Gak Lucu Lagi).
Dua hari setelah itu, suara muncul lagi. Kali ini di tangga belakang gedung sekolah. Sepi. Nggak ada CCTV.
“Dorong dia.”
Gue langsung kaku.Yang ada di depan gue waktu itu adalah Pak Harto, guru ekonomi yang suka nyontek nilai dan mark-up uang kas kelas. Anak-anak gak ada yang suka dia, tapi mendorong orang? Itu kriminal, bro.
“Dorong dia.”
Suaranya dingin. Lebih tegas.Gue nggak nurut.Tapi anehnya, Pak Harto jatuh juga.Entah kepleset, atau didorong angin setan, atau apa. Dia jatuh dari tangga, kakinya patah.Dan dua hari kemudian, muncul berita:
●“Guru Ekonomi SMA 1 Tertangkap Korupsi Dana Sekolah Rp42 Juta.”
🧠 Titik Bingung
Gue mulai ngerasa, ini bukan cuma “suara.” Ini entitas yang tahu terlalu banyak. Dia tahu kapan gue bakal celaka. Dia tahu siapa yang harus diselamatkan. Tapi juga, tahu siapa yang harus celaka.Dan yang bikin gue makin nggak nyaman,Dia cuma bicara dari telinga kiri.
✍️ Catatan
Gue nulis semua ini bukan buat nyari perhatian.Gue cuma butuh tau: gue waras gak sih?,Atau, ada yang pernah ngalamin kayak gue juga?
Sebab malam ini, suara itu muncul lagi.Lebih jelas. Lebih dekat.
Dan dia bilang:
> “Genji, siap untuk misi berikutnya?”
Gue nggak tau ini malaikat, jin, atau, gue sendiri.Tapi satu yang pasti:hidup gue udah gak bisa balik normal lagi.
Telinga yang Membuka Masa Depan

“Kadang yang bisik itu bukan jin, tapi dirimu, yang udah terlalu lama kesepian.”
Hari itu, suara itu gak muncul sama sekali.Gue sempet senang. Bahkan sempat mikir, “Wah, mungkin gue udah normal lagi. Bisa fokus belajar, bisa dengerin musik tanpa tiba-tiba disuruh dorong orang ke jurang moralitas.”
Tapi ternyata, itu Cuma ketenangan sebelum bisikan paling serem muncul.
☕ Tetangga Tua & Rahasia Telinga Kiri
Kenalin: Om Denis. Tetangga sebelah rumah gue. Usianya 60-an. Jalannya agak pincang, matanya sayu, dan bajunya selalu sama tiap hari: kaos partai zaman orde baru dan sarung kotak-kotak. Kalau hidup adalah sinetron, Om Denis ini karakter yang lo anggap figuran, sampai ternyata dia penyimpan kunci cerita.Gue lagi buang sampah waktu Om Denis tiba-tiba manggil.
●“Kamu Genji, kan?”
Gue ngangguk.
“Telinga kiri kamu udah mulai ngomong juga, ya?”
Langsung merinding. Merinding tingkat FIFA.
Gue gak pernah cerita apa-apa ke siapa-siapa. Bahkan ke nyokap aja enggak. Cuma Vina yang tahu.
●“Jangan nurut semua yang dia bilang,” kata Om Denis pelan.
“Kalau kamu terusin, kamu bakal jadi dia. Kayak saya.”
📁 File Misteri: Om Denis Bukan Orang Biasa
Besoknya, gue dan Vina investigasi.Maksudnya, Vina yang nyari lewat Google, Twitter, dan forum-forum gelap. Gue? Duduk sambil makan ciki rasa rumput laut. Teman riset yang baik.Ternyata, Om Denis dulunya adalah pasien rumah sakit jiwa.Kasusnya viral di tahun 1997. Judul beritanya gila:
●“Pria Paruh Baya Bunuh 3 Tetangga karena Bisikan ‘Telinga Kiri’”
Motifnya?
●“Saya Cuma nurut sama suara yang bilang mereka jahat. Saya nyelametin masa depan.”
Vina nangis pelan sambil nyebut, “Ini bukan kebetulan, Genj,”
Gue diem. Kaki dingin. Mulut asin karena ciki. Otak muter kayak fans teori konspirasi.
🔥 Suara dari Masa Depan?
Hari-hari selanjutnya makin kacau.Gue makin sering denger suara itu. Tapi sekarang, bukan Cuma perintah. Tapi skenario.
●“Vina bakal pulang telat hari ini. Ibunya lupa matiin kompor. Kamu tahu harus ngapain.”
“Meteran listrik. Sabotase. Waktunya harus pas.”
Dan benar aja. Vina telat pulang. Rumahnya mulai kebakaran dari dapur. Tapi karena gue udah standby, gue bisa bantu manggil warga, nyalain pompa, dan orang tua Vina selamat.Vina peluk gue sambil nangis.
●“Kok lu bisa tahu?”
Gue bohong.
“Feeling cowok.”,Padahal, feeling cowok biasanya Cuma tepat waktu pesen bakso, bukan ngatur waktu penyelamatan nyawa.
⚠️ Harga yang Harus Dibayar
Tapi begini: buat bisa “menyelamatkan” kejadian itu, gue harus nyabotase meteran listrik rumah Vina.Biar kebakarannya terjadi lebih cepat. Biar waktu suara itu tetap “sesuai.”
Logikanya sakit. Tapi suara itu bilang:
●“Kalau kamu gak rusak meterannya, ledakan gas gak akan terjadi jam 18.02. Dan di waktu lain, takdirnya beda. Mereka mati.”
Gila. GILA.Tapi gue nurut.Gue jadi semacam, sutradara dari kejadian masa depan. Tapi ngerasa bukan gue yang nulis naskahnya. Gue Cuma figuran, yang pegang kendali palsu.
🤯 Realita atau Delusi?
Malam itu, gue ngelamun di kamar. Telinga kiri masih berdenyut. Suara itu diem, tapi kayak, mengawasi.Gue ngaca.Ngeliat bayangan gue sendiri.
Gue ngomong pelan:
●“Lu siapa sebenernya?”
“Lu, atau, sesuatu yang pake suara lu?”
Bayangan gue di cermin senyum tipis.Tapi senyumnya beda. Terlalu tenang. Terlalu tahu.
🧩 Catatan
Gue nyelamatin dua nyawa minggu ini. Tapi harus ngehancurin meteran listrik rumah orang.Gue nurut suara yang katanya ‘baik’ ,tapi dia juga nyuruh hal buruk buat hasil baik.Gue udah mulai mikir,Ini suara masa depan, atau suara orang gila?.
Tapi satu hal paling serem baru aja dia bisik malam ini:
●“Yang berikutnya, adalah kamu sendiri.”
Yang Berbisik Itu Aku

“Suara terakhir yang kudengar,adalah diriku sendiri.”
Gue nemu kaset itu di laci kayu tua rumah Om Denis.Kaset hitam, berdebu, labelnya buram.Cuma tertulis: REKAMAN – TELINGA KIRI.Gue pikir isinya Cuma ocehan orang gila. Tapi rasa penasaran gue lebih besar dari rasa takut. Dan suara itu udah ilang seminggu terakhir. Sepi. Tapi bukan sepi yang lega. Sepi yang kayak, badai lagi nunggu giliran.
📼 Suara yang Terlalu Familiar
Gue muter kaset itu di tape recorder jadul milik bokap. Suaranya pelan. Static. Lalu,
“Genji. Lari ke kanan. Sekarang.”
“Jatuhkan ember. Biarkan api menyala.”
“Kau harus jadi aku.”
Suara itu,Itu suara gue sendiri.Bukan mirip.Bener-bener suara gue.Tapi lebih dalam. Lebih tua. Lebih, rusak. Kayak suara gue habis diterpa ribuan penyesalan.
💀 Om Denis Adalah Aku (di Siklus Sebelumnya)
Gue gak bisa tidur malam itu. Pikiran muter.Semua mulai masuk akal.Om Denis, juga dulu denger suara dari telinga kiri. Dia juga ngelakuin “hal-hal benar” dengan cara yang salah. Dia juga punya satu lubang hitam di kepalanya: bisikan dari masa depan.Dan sekarang, gue mulai yakin,Om Denis adalah Genji.Genji yang dulu. Yang gagal lepas. Yang akhirnya jadi sumber suara buat “Genji muda” di siklusnya.
🔥 Pilihan Terakhir
Tiga hari kemudian, Vina ngajak gue ke acara ulang tahun adiknya. Gue sempet mau nolak, tapi suara itu muncul lagi , pertama kalinya setelah lama hilang.
“Biarin dia. Jangan ikut.”
“Kalau kamu ikut, kamu bakal tergoda buat nolong. Dan kalau kamu nolong, kamu bakal masuk lebih dalam.”
Gue diem.Keringet dingin.Tapi gue tetep ikut.Dan bener.Di pesta itu, ledakan kecil terjadi di dapur. Kebocoran gas. Vina nyaris kejebak.Dan gue tolong dia.Gue lawan suara itu.Dan untuk pertama kalinya, suara itu hilang. Benar-benar hilang.Dan keanehan terjadi,Telinga kanan gue mulai bisa nangkep suara dunia lagi.Suara anak-anak ketawa.Suara Vina marah-marah karena kuenya gosong.Suara hidup.
🪞 Cermin yang Bersuara
Gue pulang malam.Masuk kamar. Duduk depan cermin.Dan di sanalah dia.Bayangan gue. Tapi bukan Cuma bayangan. Dia gerak lebih dulu.Senyumnya, kayak senyum orang yang tahu segalanya.Senyum versi gue, yang udah gak punya harapan.
●“Kau gagal,” katanya dari sisi kiri.
“Sekarang giliranku memulai lagi.”
Dan saat itu gue sadar, gue udah pernah sampai di titik ini.Ini bukan pertama kalinya. Bukan kedua.
Gue sedang ada di lingkaran. Karma. Takdir. Skenario.Dan kalo gue gak mutusin. gue bakal jadi suara di kepala Genji berikutnya.
🧏 Pilihan Tak Terduga
Malam itu, gue ngomong ke Vina.Sambil gemetar, pelan-pelan, tapi yakin.
● “Bantu gue. Gue harus gak bisa denger lagi. Sepenuhnya.”
Vina syok. Nangis.Tapi akhirnya dia ngerti.Dia temenin gue ke dokter THT.Gue pura-pura jadi pasien dengan trauma suara ekstrim.Diagnosis palsu.Operasi kecil.Dan selesai.
🤫 Kalimat Terakhir
Hari ini, semua sunyi.Telinga kiri , senyap.Telinga kanan , hening.Tapi lucunya, untuk pertama kalinya. gue gak takut.
●“Kini aku tidak mendengar apa-apa lagi.
Tapi untuk pertama kalinya, aku merasa damai.”
🎬 Penutup: Lingkaran Terputus?
Atau,Cuma tertunda?,Sebab jauh di kota lain, ada bocah 8 tahun.Tuli di telinga kanan.Dan suatu pagi.
Dia dengar suara pertama dari telinga kirinya:
●“Minggir.”
📌 Selesai
Minggir!”
Itu kata suara di telinga kiri Genji. Tapi kalau kata suara di kepala aku, sih:
“Ayo ditrakteer, biar hidup makin semangat!” 😆
Kalau kamu senyum, mikir, atau merinding pas baca ceritaku,
kasih aku hadiah kecil kayak kopi atau gorengan virtual.
Aku gak maksa. Tapi aku doain yang trakteer rezekinya ngalir lancar,
dan gak pernah rebutan permen sampai kepleset. 😌 ada reward yang menantimu!.
👉 https://trakteer.id/andri0897 atau scan kode Qr nya gpp kok hehehhe

Telinga kiri butuh cerita. Penulisnya butuh dukungan.
Makasih yaa!😁,Semoga harimu menyenangkan!.🙏🤗
Bisikan Pertama dan Misteri Telinga Kirinya

(Suara itu bilang "Minggir." Gue nurut. Dan hidup gue gak pernah sama lagi.)
Nama gue Genji.Kelas 11 IPA 2. SMA Negeri yang katanya unggulan, padahal unggul di gosip doang.Gue anaknya nggak banyak gaya. Nggak populer. Nggak cupu juga sih, tapi lebih ke, manusia latar. Di antara siswa lain yang warnanya mencolok, gue tuh abu-abu. Abu-abu yang kadang sinis, kadang nyeleneh, kadang nyari angin di bawah pohon sambil dengerin MP3 player butut. (Iya, MP3 player. Zaman masih ada yang jual.)
Satu hal yang mungkin bikin gue beda adalah,telinga kanan gue tuli.
⚠️ Kronologis Kecelakaan Gak Keren
Waktu kelas 3 SD, gue rebutan permen sama bocah tetangga. Biasa, permen Yupi berbentuk burger. Langka. Harga bersahabat. Rebutan di teras masjid, gue kepleset. Jatuh. Palanya nabrak lantai, keras banget, dan, blackout.Bangun-bangun, telinga kanan nggak bisa denger.Kalau ini novel drama, mungkin gue bakal jadi pianis jenius yang kehilangan pendengaran. Tapi ini realita. Gue cuma Genji, siswa SMA dengan satu telinga aktif dan satu lagi kayak saluran radio yang udah dihack alien.
🚨 Bisikan Pertama
Semua berubah waktu gue lagi nyebrang jalan deket warung bakso Bu Murni.Hari itu panas. Otak udah semi-matang. Gue lagi mikirin soal PR Fisika yang kayaknya diketik oleh iblis, tiba-tiba.
“MINGGIR.”
Suara berat. Dingin. Serius. Kayak dubber film thriller.Dan yang paling aneh: datangnya cuma dari telinga kiri.Refleks, gue loncat mundur.Sepersekian detik kemudian,BROOMMM!.Motor ninja lewat sekilat petir, ngebut kayak dikejar mantan yang hamil.Gue berdiri. Napas ngos-ngosan. Jantung jedag-jedug kayak mau keluar lewat ketiak.Yang lebih gilanya, nggak ada orang di sekitar yang ngomong barusan.
🧃Diskusi Serius di Depan Es Teh
Itu kata Vina, sahabat gue sejak SMP, yang percaya kalo jin, arwah, dan malaikat tuh kayak YouTuber,sering nampang tapi jarang ngasih bukti jelas.
Vina ini unik. Orangnya ceria, ekspresif, dan suka banget bahas hal-hal mistis. Hobinya nonton podcast horor sambil ngunyah keripik. Dan entah kenapa, dia tahan banget sama bau menyan.
“Portal dari Hongkong,” gue nyaut. “Mungkin cuma halusinasi. Atau mungkin otak gue rusak gara-gara kebanyakan micin.”
“Genj, lu nyadar gak? Sejak SD, suara dari telinga kiri lu tuh kayak, spesial. Mungkin bukan suara biasa.”
Gue ngangkat alis. “Lu maksud, kayak, Netflix original?”
Vina mencubit lengan gue. “Serius! Suara itu bisa nyelametin lu, kan? Bisa jadi itu, malaikat penjaga. Atau versi masa depan lu. Atau, jin Qarin.”
Gue diam.Karena sejujurnya, itu bukan yang terakhir.
💀 Petunjuk Aneh #2
Besoknya, suara itu muncul lagi.Gue lagi duduk di taman sekolah, nyari sinyal WiFi ilegal, ketika suara itu berbisik:
“Gerak. 5 langkah ke kiri. Sekarang.”
Karena gue anaknya gampang penasaran (dan agak bodoh), gue nurut.Lima langkah ke kiri, gue nyenggol anak kecil yang berdiri di pinggir jalan, dan sedetik kemudian, pohon tumbang tepat di tempat bocah itu berdiri barusan.Bocahnya nangis. Ibunya teriak. Orang-orang panik.Gue?,Gue cuma bisa berdiri bengong sambil mikir: “Gue disuruh siapa barusan?”
😈 Petunjuk Aneh #3 (Yang Gak Lucu Lagi).
Dua hari setelah itu, suara muncul lagi. Kali ini di tangga belakang gedung sekolah. Sepi. Nggak ada CCTV.
“Dorong dia.”
Gue langsung kaku.Yang ada di depan gue waktu itu adalah Pak Harto, guru ekonomi yang suka nyontek nilai dan mark-up uang kas kelas. Anak-anak gak ada yang suka dia, tapi mendorong orang? Itu kriminal, bro.
“Dorong dia.”
Suaranya dingin. Lebih tegas.Gue nggak nurut.Tapi anehnya, Pak Harto jatuh juga.Entah kepleset, atau didorong angin setan, atau apa. Dia jatuh dari tangga, kakinya patah.Dan dua hari kemudian, muncul berita:
●“Guru Ekonomi SMA 1 Tertangkap Korupsi Dana Sekolah Rp42 Juta.”
🧠 Titik Bingung
Gue mulai ngerasa, ini bukan cuma “suara.” Ini entitas yang tahu terlalu banyak. Dia tahu kapan gue bakal celaka. Dia tahu siapa yang harus diselamatkan. Tapi juga, tahu siapa yang harus celaka.Dan yang bikin gue makin nggak nyaman,Dia cuma bicara dari telinga kiri.
✍️ Catatan
Gue nulis semua ini bukan buat nyari perhatian.Gue cuma butuh tau: gue waras gak sih?,Atau, ada yang pernah ngalamin kayak gue juga?
Sebab malam ini, suara itu muncul lagi.Lebih jelas. Lebih dekat.
Dan dia bilang:
> “Genji, siap untuk misi berikutnya?”
Gue nggak tau ini malaikat, jin, atau, gue sendiri.Tapi satu yang pasti:hidup gue udah gak bisa balik normal lagi.
Telinga yang Membuka Masa Depan

“Kadang yang bisik itu bukan jin, tapi dirimu, yang udah terlalu lama kesepian.”
Hari itu, suara itu gak muncul sama sekali.Gue sempet senang. Bahkan sempat mikir, “Wah, mungkin gue udah normal lagi. Bisa fokus belajar, bisa dengerin musik tanpa tiba-tiba disuruh dorong orang ke jurang moralitas.”
Tapi ternyata, itu Cuma ketenangan sebelum bisikan paling serem muncul.
☕ Tetangga Tua & Rahasia Telinga Kiri
Kenalin: Om Denis. Tetangga sebelah rumah gue. Usianya 60-an. Jalannya agak pincang, matanya sayu, dan bajunya selalu sama tiap hari: kaos partai zaman orde baru dan sarung kotak-kotak. Kalau hidup adalah sinetron, Om Denis ini karakter yang lo anggap figuran, sampai ternyata dia penyimpan kunci cerita.Gue lagi buang sampah waktu Om Denis tiba-tiba manggil.
●“Kamu Genji, kan?”
Gue ngangguk.
“Telinga kiri kamu udah mulai ngomong juga, ya?”
Langsung merinding. Merinding tingkat FIFA.
Gue gak pernah cerita apa-apa ke siapa-siapa. Bahkan ke nyokap aja enggak. Cuma Vina yang tahu.
●“Jangan nurut semua yang dia bilang,” kata Om Denis pelan.
“Kalau kamu terusin, kamu bakal jadi dia. Kayak saya.”
📁 File Misteri: Om Denis Bukan Orang Biasa
Besoknya, gue dan Vina investigasi.Maksudnya, Vina yang nyari lewat Google, Twitter, dan forum-forum gelap. Gue? Duduk sambil makan ciki rasa rumput laut. Teman riset yang baik.Ternyata, Om Denis dulunya adalah pasien rumah sakit jiwa.Kasusnya viral di tahun 1997. Judul beritanya gila:
●“Pria Paruh Baya Bunuh 3 Tetangga karena Bisikan ‘Telinga Kiri’”
Motifnya?
●“Saya Cuma nurut sama suara yang bilang mereka jahat. Saya nyelametin masa depan.”
Vina nangis pelan sambil nyebut, “Ini bukan kebetulan, Genj,”
Gue diem. Kaki dingin. Mulut asin karena ciki. Otak muter kayak fans teori konspirasi.
🔥 Suara dari Masa Depan?
Hari-hari selanjutnya makin kacau.Gue makin sering denger suara itu. Tapi sekarang, bukan Cuma perintah. Tapi skenario.
●“Vina bakal pulang telat hari ini. Ibunya lupa matiin kompor. Kamu tahu harus ngapain.”
“Meteran listrik. Sabotase. Waktunya harus pas.”
Dan benar aja. Vina telat pulang. Rumahnya mulai kebakaran dari dapur. Tapi karena gue udah standby, gue bisa bantu manggil warga, nyalain pompa, dan orang tua Vina selamat.Vina peluk gue sambil nangis.
●“Kok lu bisa tahu?”
Gue bohong.
“Feeling cowok.”,Padahal, feeling cowok biasanya Cuma tepat waktu pesen bakso, bukan ngatur waktu penyelamatan nyawa.
⚠️ Harga yang Harus Dibayar
Tapi begini: buat bisa “menyelamatkan” kejadian itu, gue harus nyabotase meteran listrik rumah Vina.Biar kebakarannya terjadi lebih cepat. Biar waktu suara itu tetap “sesuai.”
Logikanya sakit. Tapi suara itu bilang:
●“Kalau kamu gak rusak meterannya, ledakan gas gak akan terjadi jam 18.02. Dan di waktu lain, takdirnya beda. Mereka mati.”
Gila. GILA.Tapi gue nurut.Gue jadi semacam, sutradara dari kejadian masa depan. Tapi ngerasa bukan gue yang nulis naskahnya. Gue Cuma figuran, yang pegang kendali palsu.
🤯 Realita atau Delusi?
Malam itu, gue ngelamun di kamar. Telinga kiri masih berdenyut. Suara itu diem, tapi kayak, mengawasi.Gue ngaca.Ngeliat bayangan gue sendiri.
Gue ngomong pelan:
●“Lu siapa sebenernya?”
“Lu, atau, sesuatu yang pake suara lu?”
Bayangan gue di cermin senyum tipis.Tapi senyumnya beda. Terlalu tenang. Terlalu tahu.
🧩 Catatan
Gue nyelamatin dua nyawa minggu ini. Tapi harus ngehancurin meteran listrik rumah orang.Gue nurut suara yang katanya ‘baik’ ,tapi dia juga nyuruh hal buruk buat hasil baik.Gue udah mulai mikir,Ini suara masa depan, atau suara orang gila?.
Tapi satu hal paling serem baru aja dia bisik malam ini:
●“Yang berikutnya, adalah kamu sendiri.”
Yang Berbisik Itu Aku

“Suara terakhir yang kudengar,adalah diriku sendiri.”
Gue nemu kaset itu di laci kayu tua rumah Om Denis.Kaset hitam, berdebu, labelnya buram.Cuma tertulis: REKAMAN – TELINGA KIRI.Gue pikir isinya Cuma ocehan orang gila. Tapi rasa penasaran gue lebih besar dari rasa takut. Dan suara itu udah ilang seminggu terakhir. Sepi. Tapi bukan sepi yang lega. Sepi yang kayak, badai lagi nunggu giliran.
📼 Suara yang Terlalu Familiar
Gue muter kaset itu di tape recorder jadul milik bokap. Suaranya pelan. Static. Lalu,
“Genji. Lari ke kanan. Sekarang.”
“Jatuhkan ember. Biarkan api menyala.”
“Kau harus jadi aku.”
Suara itu,Itu suara gue sendiri.Bukan mirip.Bener-bener suara gue.Tapi lebih dalam. Lebih tua. Lebih, rusak. Kayak suara gue habis diterpa ribuan penyesalan.
💀 Om Denis Adalah Aku (di Siklus Sebelumnya)
Gue gak bisa tidur malam itu. Pikiran muter.Semua mulai masuk akal.Om Denis, juga dulu denger suara dari telinga kiri. Dia juga ngelakuin “hal-hal benar” dengan cara yang salah. Dia juga punya satu lubang hitam di kepalanya: bisikan dari masa depan.Dan sekarang, gue mulai yakin,Om Denis adalah Genji.Genji yang dulu. Yang gagal lepas. Yang akhirnya jadi sumber suara buat “Genji muda” di siklusnya.
🔥 Pilihan Terakhir
Tiga hari kemudian, Vina ngajak gue ke acara ulang tahun adiknya. Gue sempet mau nolak, tapi suara itu muncul lagi , pertama kalinya setelah lama hilang.
“Biarin dia. Jangan ikut.”
“Kalau kamu ikut, kamu bakal tergoda buat nolong. Dan kalau kamu nolong, kamu bakal masuk lebih dalam.”
Gue diem.Keringet dingin.Tapi gue tetep ikut.Dan bener.Di pesta itu, ledakan kecil terjadi di dapur. Kebocoran gas. Vina nyaris kejebak.Dan gue tolong dia.Gue lawan suara itu.Dan untuk pertama kalinya, suara itu hilang. Benar-benar hilang.Dan keanehan terjadi,Telinga kanan gue mulai bisa nangkep suara dunia lagi.Suara anak-anak ketawa.Suara Vina marah-marah karena kuenya gosong.Suara hidup.
🪞 Cermin yang Bersuara
Gue pulang malam.Masuk kamar. Duduk depan cermin.Dan di sanalah dia.Bayangan gue. Tapi bukan Cuma bayangan. Dia gerak lebih dulu.Senyumnya, kayak senyum orang yang tahu segalanya.Senyum versi gue, yang udah gak punya harapan.
●“Kau gagal,” katanya dari sisi kiri.
“Sekarang giliranku memulai lagi.”
Dan saat itu gue sadar, gue udah pernah sampai di titik ini.Ini bukan pertama kalinya. Bukan kedua.
Gue sedang ada di lingkaran. Karma. Takdir. Skenario.Dan kalo gue gak mutusin. gue bakal jadi suara di kepala Genji berikutnya.
🧏 Pilihan Tak Terduga
Malam itu, gue ngomong ke Vina.Sambil gemetar, pelan-pelan, tapi yakin.
● “Bantu gue. Gue harus gak bisa denger lagi. Sepenuhnya.”
Vina syok. Nangis.Tapi akhirnya dia ngerti.Dia temenin gue ke dokter THT.Gue pura-pura jadi pasien dengan trauma suara ekstrim.Diagnosis palsu.Operasi kecil.Dan selesai.
🤫 Kalimat Terakhir
Hari ini, semua sunyi.Telinga kiri , senyap.Telinga kanan , hening.Tapi lucunya, untuk pertama kalinya. gue gak takut.
●“Kini aku tidak mendengar apa-apa lagi.
Tapi untuk pertama kalinya, aku merasa damai.”
🎬 Penutup: Lingkaran Terputus?
Atau,Cuma tertunda?,Sebab jauh di kota lain, ada bocah 8 tahun.Tuli di telinga kanan.Dan suatu pagi.
Dia dengar suara pertama dari telinga kirinya:
●“Minggir.”
📌 Selesai
Minggir!”
Itu kata suara di telinga kiri Genji. Tapi kalau kata suara di kepala aku, sih:
“Ayo ditrakteer, biar hidup makin semangat!” 😆
Kalau kamu senyum, mikir, atau merinding pas baca ceritaku,
kasih aku hadiah kecil kayak kopi atau gorengan virtual.
Aku gak maksa. Tapi aku doain yang trakteer rezekinya ngalir lancar,
dan gak pernah rebutan permen sampai kepleset. 😌 ada reward yang menantimu!.
👉 https://trakteer.id/andri0897 atau scan kode Qr nya gpp kok hehehhe

Telinga kiri butuh cerita. Penulisnya butuh dukungan.
Makasih yaa!😁,Semoga harimu menyenangkan!.🙏🤗
Diubah oleh andri.kurnia928 02-07-2025 12:58
0
24
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan