- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mariam Sakit Tanpa Pengobatan di Rumah Reyot: "Kami Hanya Bisa Pasrah"


TS
mabdulkarim
Mariam Sakit Tanpa Pengobatan di Rumah Reyot: "Kami Hanya Bisa Pasrah"
Kisah Mariam Warga Karawang yang Terbaring Sakit Tanpa Pengobatan di Rumah Reyot: "Kami Hanya Bisa Pasrah"

Mariam dan suaminya, Karya (M. Bayu Hidayah/mediusnews)
BRITAKAN – Seorang ibu muda bernama Mariam (32) hanya bisa terbaring lemah di rumahnya yang nyaris roboh di Dusun Bojongkarya 1, Desa Rengasdengklok Selatan, Rengasdengklok, Karawang. Sudah berbulan-bulan ia menahan sakit, tanpa pernah sekalipun menyentuh fasilitas kesehatan.
Rumahnya bukan hanya reyot—atapnya bocor, dindingnya dari baliho bekas, salah satunya bergambar Bupati Karawang. Ironi yang menohok: sosok pemimpin menatap dari dinding, tapi tak pernah benar-benar hadir.
Mariam hanya bisa pasrah. Sejak terjatuh beberapa bulan lalu, tubuhnya terus melemah, lalu mengalami pendarahan hebat yang tak kunjung berhenti. Namun karena keterbatasan ekonomi, semua gejala itu hanya dihadapi dengan doa dan keheningan. Tanpa diagnosa. Tanpa obat. Tanpa bantuan.
Suaminya, Karya (35), hanyalah buruh pengantar air galon. Penghasilan yang tak seberapa hanya cukup untuk makan seadanya. Bahkan, anak mereka yang masih duduk di bangku kelas 5 SD terpaksa berhenti sekolah demi menjaga ibunya di rumah.
“Sudah berbulan-bulan tak berobat. Kami nggak punya uang,” ujar Karya saat ditemui, Jumat 27 Juni 2025. Ucapannya lirih, wajahnya penuh kelelahan.
Lebih pilu lagi, selama berbulan-bulan Mariam sakit, tak satu pun aparat desa datang menjenguk. Tak ada bantuan. Tak ada uluran tangan dari negara.
Namun kabar duka itu akhirnya sampai ke telinga para relawan dari Karawang Tanggap Peduli (KTP). Sinta Dewi, relawan dari Divisi Sosial KTP, datang langsung untuk melakukan asesmen. Ia kaget melihat kondisi Mariam yang terkulai nyaris tanpa tenaga.

Relawan KTP dari Divisi Sosial saat asesmen ke rumah Mariam (M. Bayu Hidayah/mediusnews)
“Untuk duduk saja harus dibantu. Tubuhnya sangat lemas,” ungkap Sinta.
Tak menunggu lama, KTP langsung bergerak. Bantuan darurat berupa kasur, selimut, bantal, dan paket sembako, akan segera disalurkan. Dan yang terpenting: pertolongan medis pun dipersiapkan.
Ketua Umum KTP, H. Asep Mulyana, memastikan bahwa tim medis KTP akan datang langsung ke rumah Mariam keesokan harinya untuk penanganan awal.
“Kami akan dampingi hingga proses administrasi selesai dan Mariam bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit,” tegas Asep.
Kisah Mariam adalah cermin retak dari wajah kemanusiaan kita. Di tengah geliat pembangunan, masih ada warga yang tergeletak dalam diam, di rumah-rumah yang tak terdata, di lorong-lorong kehidupan yang sunyi dari perhatian.
Semoga ini bukan sekadar cerita viral sesaat. Karena Mariam, dan ribuan Mariam lainnya, butuh lebih dari simpati. Mereka butuh kehadiran. ***
https://www.mediusnews.com/regional/...ya-bisa-pasrah
pihak RT/RW mana?

Mariam dan suaminya, Karya (M. Bayu Hidayah/mediusnews)
BRITAKAN – Seorang ibu muda bernama Mariam (32) hanya bisa terbaring lemah di rumahnya yang nyaris roboh di Dusun Bojongkarya 1, Desa Rengasdengklok Selatan, Rengasdengklok, Karawang. Sudah berbulan-bulan ia menahan sakit, tanpa pernah sekalipun menyentuh fasilitas kesehatan.
Rumahnya bukan hanya reyot—atapnya bocor, dindingnya dari baliho bekas, salah satunya bergambar Bupati Karawang. Ironi yang menohok: sosok pemimpin menatap dari dinding, tapi tak pernah benar-benar hadir.
Mariam hanya bisa pasrah. Sejak terjatuh beberapa bulan lalu, tubuhnya terus melemah, lalu mengalami pendarahan hebat yang tak kunjung berhenti. Namun karena keterbatasan ekonomi, semua gejala itu hanya dihadapi dengan doa dan keheningan. Tanpa diagnosa. Tanpa obat. Tanpa bantuan.
Suaminya, Karya (35), hanyalah buruh pengantar air galon. Penghasilan yang tak seberapa hanya cukup untuk makan seadanya. Bahkan, anak mereka yang masih duduk di bangku kelas 5 SD terpaksa berhenti sekolah demi menjaga ibunya di rumah.
“Sudah berbulan-bulan tak berobat. Kami nggak punya uang,” ujar Karya saat ditemui, Jumat 27 Juni 2025. Ucapannya lirih, wajahnya penuh kelelahan.
Lebih pilu lagi, selama berbulan-bulan Mariam sakit, tak satu pun aparat desa datang menjenguk. Tak ada bantuan. Tak ada uluran tangan dari negara.
Namun kabar duka itu akhirnya sampai ke telinga para relawan dari Karawang Tanggap Peduli (KTP). Sinta Dewi, relawan dari Divisi Sosial KTP, datang langsung untuk melakukan asesmen. Ia kaget melihat kondisi Mariam yang terkulai nyaris tanpa tenaga.

Relawan KTP dari Divisi Sosial saat asesmen ke rumah Mariam (M. Bayu Hidayah/mediusnews)
“Untuk duduk saja harus dibantu. Tubuhnya sangat lemas,” ungkap Sinta.
Tak menunggu lama, KTP langsung bergerak. Bantuan darurat berupa kasur, selimut, bantal, dan paket sembako, akan segera disalurkan. Dan yang terpenting: pertolongan medis pun dipersiapkan.
Ketua Umum KTP, H. Asep Mulyana, memastikan bahwa tim medis KTP akan datang langsung ke rumah Mariam keesokan harinya untuk penanganan awal.
“Kami akan dampingi hingga proses administrasi selesai dan Mariam bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit,” tegas Asep.
Kisah Mariam adalah cermin retak dari wajah kemanusiaan kita. Di tengah geliat pembangunan, masih ada warga yang tergeletak dalam diam, di rumah-rumah yang tak terdata, di lorong-lorong kehidupan yang sunyi dari perhatian.
Semoga ini bukan sekadar cerita viral sesaat. Karena Mariam, dan ribuan Mariam lainnya, butuh lebih dari simpati. Mereka butuh kehadiran. ***
https://www.mediusnews.com/regional/...ya-bisa-pasrah
pihak RT/RW mana?




dragunov762mm dan nowbitool memberi reputasi
2
315
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan