Bursa Efek Indonesia (BEI) mempertimbangkan untuk memperpanjang jam perdagangan, dari yang saat ini dibuka mulai pukul 09.00 dan ditutup pada 16.00 WIB menjadi dibuka pukul 08.00 WIB dan ditutup pukul 17.00 WIB.

Dilaporkan Bloomberg, perpanjangan jam perdagangan ini dilakukan untuk meningkatkan minat investor asing, utamanya setelah aksi jual besar-besaran awal tahun ini.

“Bursa saham lokal dapat memulai perdagangan pada pukul 8 pagi untuk menarik minat investor Asia di zona waktu sebelumnya, atau berakhir lebih lambat pada pukul 5 sore untuk menjangkau pedagang Eropa dengan lebih baik,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dikutip Senin (16/6/2025).

Sementara itu, aturan baru terkait perpanjangan jam perdagangan ini ditarget rampung dalam tiga bulan. Sehingga, setelah diterapkan nanti aturan ini diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan dan memungkinkan investor untuk menanggapi peristiwa global secara real time.

Di sisi lain, pertimbangan perpanjangan jam perdagangan ini muncul di tengah kekhawatiran atas arus keluar asing (outflow) dari pasar saham domestik, meningkatnya ketidakpastian global, dan ketika investor memperdebatkan keberlanjutan kebangkitan pasar saham domestik.

Apalagi, pada awal tahun 2025, perdagangan saham nasional sempat memasuki periode penurunan (bearish), sebelum bangkit kembali pada kuartal II 2025.

“Serangkaian kekalahan mendorong BEI untuk menunda peluncuran short-selling saham hingga September. Bursa tersebut bertujuan untuk menerapkan short-selling pada kuartal keempat, asalkan mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan,” tambah Iman.

Selain memperpanjang jam perdagangan dan penerapan short-selling, BEI juga berencana memperkenalkan penyedia likuiditas atau liquidity provider untuk meningkatkan kedalaman pasar dan menciptakan nilai wajar untuk saham di pasar domestik.

Terkait kebijakan liquidity provider ini, menurut Iman, sudah ada 13 perusahaan yang telah mendaftar untuk berperan sebagai penyedia likuiditas.

Terlepas dari itu, berdasar data Bloomberg, sepanjang tahun ini (year on year/yoy) telah terjadi aksi jual bersih mencapai 2,9 miliar dolar AS di pasar saham. Penarikan ini menjadi yang terbesar di seluruh Asia Tenggara pada periode tersebut.

Aksi jual bersih investor asing ini tak lain didorong oleh meningkatnya kehati-hatian atas prospek ekonomi Indonesia. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir data perdagangan dan manufaktur Indonesia masih tetap lesu.

Sumber Tirto