Kaskus

Entertainment

djrahayuAvatar border
TS
djrahayu
Tahukah Kamu? 15 Kata Langka Bahasa Indonesia dan Maknanya yang Mulai Terlupakan
Bahasa Indonesia kaya akan kosa kata yang unik dan beragam, tetapi banyak di antaranya yang jarang digunakan atau bahkan terlupakan. Beberapa kata ini mungkin terdengar asing, padahal sebenarnya merupakan bagian dari khazanah bahasa kita. Yuk, kita telusuri beberapa kosa kata langka yang mungkin belum pernah kamu dengar sebelumnya!


1. "Baur"
Kata baur seringkali disalahartikan sebagai "campur," padahal maknanya lebih spesifik. Baur berarti berbaur atau menyatu dengan harmonis, seperti dalam kalimat: Masyarakat yang multikultural dapat hidup baur tanpa konflik. Kata ini menggambarkan kesatuan yang erat dan alami, bukan sekadar pencampuran biasa.


2. "Gancu"
Pernah mendengar kata gancu? Ini merujuk pada alat penjepit atau pencapit yang biasa digunakan untuk mengambil es batu atau makanan kecil. Meski fungsinya mirip dengan penjepit biasa, gancu memiliki bentuk yang khas dan sering digunakan dalam konteks tradisional.


3. "Jempalit"
Jempalit adalah kata yang jarang terdengar, tetapi sebenarnya cukup unik. Artinya melepaskan diri dengan susah payah atau meronta. Misalnya: Anak kecil itu berusaha jempalit dari pelukan ibunya. Kata ini memberikan nuansa gerakan yang lebih kuat dibandingkan sekadar "melepaskan diri."


4. "Lalai"
Kata lalai sering dianggap kuno, padahal maknanya sangat relevan hingga kini. Artinya lupa atau tidak mengindahkan sesuatu yang seharusnya diperhatikan. Contohnya: Ia lalai mematikan kompor, sehingga air rebusan meluap. Kata ini lebih bernuansa daripada sekadar "lupa," karena mengandung unsur kelalaian yang disengaja atau akibat kecerobohan.


5. "Tiruan" vs. "Sulih"
Kebanyakan orang mengenal tiruan sebagai sesuatu yang dibuat menyerupai aslinya. Namun, tahukah kamu bahwa ada kata lain yang lebih spesifik, yaitu sulihSulih berarti pengganti atau substitusi, sering digunakan dalam konteks teknis. Misal: Dokter menggunakan suara sulih untuk pasien yang kehilangan pita suara. Kata ini jarang dipakai, padahal sangat berguna untuk menghindari repetisi kata "pengganti."


6. "Girik"
Pernah dengar istilah girik? Kata ini merujuk pada surat keterangan kepemilikan tanah sebelum adanya sertifikat resmi. Meski sudah jarang digunakan, girik masih dikenal dalam dunia properti tradisional. Contoh: Tanah warisan itu masih berstatus girik, belum bersertifikat. Kata ini penting untuk memahami sejarah hukum properti di Indonesia.


7. "Jengah"
Kata jengah menggambarkan perasaan jenuh, bosan, atau muak terhadap sesuatu yang berulang-ulang. Misalnya: Ia mulai jengah mendengar keluhan yang sama setiap hari. Kata ini lebih kuat dari sekadar "bosan" karena mengandung unsur kelelahan emosional. Uniknya, jengah sering digunakan dalam sastra tetapi jarang terdengar dalam percakapan sehari-hari.


8. "Tiras"
Tiras adalah istilah yang mungkin asing bagi generasi muda, padahal dulu cukup populer. Artinya sisa kain yang tidak terpakai atau potongan kertas sisa cetakan. Contoh: Penjahit itu memanfaatkan tiras kain untuk membuat lap tangan. Kata ini juga dipakai dalam industri media untuk menyebut jumlah cetakan surat kabar.


9. "Sukarela"
Kebanyakan orang menggunakan kata sukarela (dengan satu 'k'emoticon-Wink, tapi tahukah kamu bahwa bentuk aslinya adalah sukarela (dua 'k'emoticon-Wink? Artinya rela atau bersedia tanpa paksaan, sering digunakan dalam konteks kerja bakti atau pengabdian. Contoh: Para relawan bekerja dengan penuh sukarela. Kata ini menunjukkan nuansa kerelaan yang lebih dalam dibandingkan sekadar "suka rela."


10. "Adakalanya"
Kata adakalanya adalah bentuk lebih puitis dari "kadang-kadang" yang berarti terkadang atau pada waktu-waktu tertentu. Contoh: Adakalanya kita perlu menyendiri untuk menemukan jawaban. Kata ini memberikan nuansa sastrawi dan lebih formal dibandingkan kata "kadang" yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.


11. "Berkedip-kedip" vs "Kelip"
Kebanyakan orang mengenal berkedip-kedip, tapi ada kata yang lebih pendek dengan makna sama: kelip. Artinya bercahaya dengan tidak tetap atau bersinar secara terputus-putus. Contoh: Bintang-bintang kelip di langit malam. Kata kelip memberikan kesan lebih puitis dan sering digunakan dalam karya sastra klasik.


12. "Tengara"
Tengara adalah kata yang hampir terlupakan dengan arti tanda atau petunjuk yang jelas. Contoh: Gunung itu menjadi tengara bagi nelayan untuk menentukan arah. Kata ini sering digunakan dalam konteks navigasi tradisional dan kini lebih banyak ditemui dalam teks-teks lama atau sastra Melayu klasik.


13. "Sesenggukan"
Kata sesenggukan menggambarkan tangisan tersedu-sedu yang tidak terkontrol, biasanya karena kesedihan yang sangat dalam. Contoh: Anak itu sesenggukan setelah kehilangan mainan kesayangannya. Kata ini lebih spesifik daripada "menangis" karena mengandung makna intensitas emosi yang lebih tinggi dan getaran suara khas saat terisak-isak.


14. "Pundi-pundi"
Pundi-pundi merujuk pada kantong kecil tempat menyimpan uang atau barang berharga yang biasanya terbuat dari kain. Contoh: Pedagang zaman dulu menyimpan uangnya dalam pundi-pundi yang diikat di pinggang. Kata ini kini lebih sering ditemui dalam cerita rakyat atau novel-novel bertema sejarah.


15. "Lampau"
Meski terlihat familiar, lampau sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar "lewat". Artinya sesuatu yang telah jauh berlalu atau melebihi batas. Contoh: Kebesaran kerajaan itu sudah lampau, tinggal kenangan. Kata ini memberikan nuansa puitis dan sering digunakan dalam sastra untuk menggambarkan waktu yang telah jauh berlalu.


Fakta Menarik:

[ul][li]
Beberapa kata langka justru sering dipakai dalam sastra klasik atau dokumen hukum.
[/li][li]
Penggunaan kata-kata ini bisa memperkaya gaya penulisan dan membuatmu terdengar lebih fasih.
[/li][li]
Kata jengah dan sukarela sering muncul dalam teks proklamasi atau pidato bersejarah.
[/li][li]
Tiras adalah contoh kata yang mengalami penyempitan makna seiring perkembangan zaman.
[/li][li]
Kata adakalanya sering muncul dalam karya sastra tahun 1950-an dan pidato-pidato resmi.
[/li][li]
Tengara adalah contoh kata yang masih digunakan dalam bahasa Melayu Malaysia tetapi mulai jarang di Indonesia.
[/li][li]
Sesenggukan adalah salah satu kata yang memiliki onomatope (peniruan bunyi) dalam bentuk bahasanya.
[/li][li]
Pundi-pundi masih digunakan dalam istilah ekonomi modern ("pundi-pundi negara") meski makna fisiknya sudah jarang dikenal.
[/li][li]
Lampau adalah kata serapan dari bahasa Sansekerta yang bertahan dalam kosakata modern.
[/li][/ul]

Dari baur hingga lampau, kita telah menjelajahi 15 kosa kata langka Bahasa Indonesia yang kaya makna. Kata-kata ini bukan hanya artefak linguistik, tapi juga jendela untuk memahami budaya dan pemikiran nenek moyang kita. Yuk, kita hidupkan kembali kata-kata ini dengan menggunakannya dalam tulisan atau percakapan sehari-hari!


PakdhephutudeAvatar border
PathelaAvatar border
silohAvatar border
siloh dan 3 lainnya memberi reputasi
4
388
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan