Halo Kaskuser! Baru-baru ini, kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang ingin menghapus pekerjaan rumah (PR) untuk siswa ramai diperbincangkan. Kebijakan ini sebenarnya ditujukan agar anak-anak tidak terbebani belajar di rumah dan bisa lebih fokus beristirahat atau membantu keluarga. Tapi, sayangnya banyak yang menilai ini cuma gimik alias trik menarik perhatian saja.
Dari pihak Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri mengatakan kalau penghapusan PR itu harus jelas maksudnya. Soalnya, PR itu tidak cuma soal mengerjakan soal di rumah, tapi juga ada proyek dan penelitian yang sifatnya penting untuk mengasah kemampuan siswa berinteraksi dengan dunia luar. Jadi, kalau penghapusan PR yang dimaksud adalah menghilangkan tugas proyek, itu nggak bisa seenaknya dihapus begitu saja.



Lalu, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) juga ikut angkat suara. Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, bilang kalau kebijakan ini terkesan tergesa-gesa dan kurang kajian mendalam. Dalam dunia pendidikan, setiap kebijakan harus berdasarkan data dan analisis ilmiah, bukan cuma viral di media sosial.
Dedi sendiri mengaku sudah berkolaborasi dengan psikolog anak untuk memastikan kebijakan ini bermanfaat bagi siswa. Bahkan dia bilang akan ada evaluasi psikologis supaya hasilnya bisa terukur.
Nah, buat Kaskuser yang penasaran, bagaimana menurut kalian? Apakah penghapusan PR ini akan membuat belajar anak jadi lebih ringan, atau justru malah merugikan? Yuk, share pendapat dan pengalaman kalian di kolom komentar!



Jangan lupa terus pantau berita terbaru dan berbagai isu menarik lainnya hanya di Daungroup Media ! Share artikel ini ke teman-temanmu supaya mereka juga tahu perkembangan pendidikan terkini!