Gen Z Mulai Tinggalkan Smartphone: Gaya Hidup Digital Berubah Arah

Dalam dunia yang semakin cepat dan terkoneksi, sebuah ironi muncul dari Generasi Z — generasi yang tumbuh bersama internet dan smartphone — kini mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap perangkat pintartersebut. Alih-alih terus terhubung secara digital, semakin banyak anak muda yang memilih kembali ke ponsel jadul atau dumbphone demi ketenangan jiwa, kesehatan mental, dan kualitas hidup yang lebih baik.

Awal Mula Tren: Dari TikTok ke Gaya Hidup Minimalis


Perubahan gaya hidup ini bukan sekadar iseng atau tren sementara. Didorong oleh gerakan di TikTok seperti tagar

#bringbackflipphones

, banyak Gen Z mulai mempertanyakan dampak nyata dari smartphone terhadap kehidupan mereka. Mereka menyadari bahwa ketergantungan digital membawa stres, gangguan tidur, dan kecemasan.
Menurut jurnal Partners Universal Innovative Research Publication, terjadi peningkatan penjualan ponsel jadul sebesar 148%antara tahun 2021–2024 di kalangan usia 18–24 tahun. Sementara itu, penggunaan smartphone justru turun 12% dalam kelompok usia yang sama. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai dan prioritas.

Diet Dopamin, Detoks Digital, dan Kesadaran Baru



Profesor Melissa DiMartino dari New York Institute of Technology menjelaskan bahwa smartphone memicu lonjakan dopamin di otak, seperti halnya alkohol atau narkoba. Hal ini membuat pengguna merasa senang sesaat namun memicu siklus adiktif jangka panjang. Tak heran bila banyak Gen Z yang mencoba "diet dopamin", menjauh dari notifikasi, scroll media sosial tanpa henti, dan tekanan untuk selalu aktif.



Komunitas Luddite Club: Hidup Tanpa Teknologi Modern

Di Brooklyn, New York, sebuah kelompok bernama Luddite Clubterbentuk. Komunitas ini terdiri dari remaja yang secara sadar menjauhi ponsel pintar. Mereka berkumpul setiap minggu untuk melukis, membaca, dan berbincang — tanpa ponsel di tangan. Amanda Hanna-McLeer, pembuat film dokumenter tentang klub ini, menyebut fenomena ini sebagai bentuk pemberontakan terhadap teknologi yang dianggap merampas hidup manusia.


Dukungan dari Data dan Penelitian


Studi terbaru dari PNAS Nexus (2025) menemukan bahwa blokir internet di ponsel namun tetap membolehkan telepon/SMS selama dua minggu dapat meningkatkan kebahagiaan sebesar 91%. Partisipan merasa lebih fokus, tenang, dan produktif.
Selain itu, PYMNTS Intelligence mencatat penurunan rata-rata jumlah perangkat digital yang dimiliki Gen Z, dari 5,3 perangkat pada 2019 menjadi 5,0 pada 2023. Saat kelompok usia lain justru semakin menambah perangkat, Gen Z malah menyederhanakan hidup mereka.




Ketegangan Sosial dan Tekanan Respons Instan


Rana Ali, produser musik yang dikenal dengan nama panggung Surya Sen, menyatakan frustrasinya terhadap ekspektasi digital:
"Saya muak harus membalas pesan segera. Kalau telat bales, dianggap sombong atau marah."
Tekanan inilah yang membuat banyak Gen Z memutuskan menggunakan ponsel flip sederhana. Mereka ingin lebih hadir dalam kehidupan nyata, tanpa distraksi notifikasi atau FOMO (Fear of Missing Out).


Produsen Gadget Tangkap Peluang


Melihat tren ini, produsen seperti HMD Global (Nokia) dan Punkt langsung merespons. Nokia 3310 edisi modern laku keras sejak dirilis kembali pada 2017. Punkt memasarkan ponsel minimalis yang hanya mendukung SMS dan panggilan.
Bagi mereka, ini bukan soal ketinggalan zaman, tapi pilihan gaya hidup.

Kisah Nyata: Caleb dan August Lamm
Caleb, remaja 19 tahun dari Iowa, kini menyimpan smartphone-nya dalam kardus berlapis lakban dan hanya menggunakan ponsel flip, buku catatan, dan pemutar MP3. Ia bilang:
August Lamm, pelukis asal New York, berhenti menggunakan smartphone sejak 2022. Kini, ia bahkan berencana meninggalkan laptop. Ia percaya bahwa semakin sedikit pilihan digital, semakin jujur keputusan hidup yang diambil.





Ingin hidup lebih fokus dan bahagia? Coba matikan notifikasi, gunakan ponsel jadul, dan nikmati hidup lebih bermakna. Ikuti info tren digital lainnya hanya di Daungroup Media