Kaskus

Story

mrfalseprophetAvatar border
TS
mrfalseprophet
Sapi Pak Broto
Pak Broto adalah orang terkaya di kampung itu. Rumahnya paling besar, pagarnya menjulang, dan anjing-anjing penjaga berkeliaran di halaman. Ia hidup sendirian. Bukan karena tak mampu berkeluarga, tapi karena takut. "Istri cuma bikin ribet. Kalau cerai, harta bisa habis dibagi dua," katanya suatu waktu. "Anak juga begitu. Belum tentu hormat sama orang tua. Ujung-ujungnya minta warisan, jadi benalu."


Ia percaya hidup akan lebih tenang tanpa istri, tanpa anak. Teman-teman satu kampungnya menyebutnya aneh. Tapi siapa yang bisa menyalahkan? Hartanya banyak, rekeningnya gendut, tanahnya luas. Cuma, pelitnya bukan main. Sekadar memberi sumbangan ke masjid pun seperti mencabut gigi beringin.


Pak Broto selalu membanggakan "kerja keras"-nya. Tapi orang-orang tua di kampung tahu: dulunya dia hanyalah anak miskin yang beruntung. Ia menikung peluang, memanfaatkan celah, dan menginjak orang lain demi naik ke atas. Ada faktor hoki dan aji mumpung yang tak pernah ia akui.


Tibalah hari Idul Adha. Warga kampung yang sederhana hanya mampu membeli kambing kurus dan seekor sapi tua yang dibeli patungan. Ketika seekor sapi gemuk, tinggi, dan sehat digiring masuk ke halaman rumah Pak Broto, semua orang berpikir, “Akhirnya, Pak Broto ikut berkurban juga.”


Anak-anak bersorak, orang-orang dewasa senyum-senyum penuh harap. Tapi harapan itu patah di hari penyembelihan. Sapi itu bukan untuk kurban. Pak Broto menyuruh potong di belakang rumahnya, untuk konsumsi pribadi. Lebih buruk lagi, sebagian daging diberikan ke anjing-anjingnya. Ada yang melihat potongan daging segar dilempar ke kandang anjing, seperti tulang sisa.


Warga hanya bisa diam, menggertakkan gigi dalam hati. Itu haknya, benar. Tapi rasanya seperti diludahi.

Malam itu, Pak Broto berpesta sendirian di dalam rumahnya. Daging sapi dimasak jadi rendang, gulai, dan sop. Aroma harum menyeruak dari sela-sela jendela. Dari kejauhan, suara tawa Pak Broto terdengar, menyatu dengan gonggongan anjing-anjing kesayangannya.


Namun setelah makan malam itu, Pak Broto tiba-tiba merasa pusing. Ia terhuyung, sesak, dan roboh tepat di depan meja makan. Tak ada yang tahu. Tak ada yang datang. Rumah besar itu kembali sunyi, hanya gonggongan anjing yang terdengar malam-malam.


Hari-hari berlalu. Seminggu kemudian, bau busuk tercium dari arah rumah Pak Broto. Tetangga yang penasaran memanjat pagar, mengintip lewat jendela yang tak tertutup rapat.

Pak Broto ditemukan terbujur kaku di lantai ruang makan. Tapi yang paling mengerikan: tubuhnya tak utuh lagi. Sebagian telah dimakan oleh anjing-anjing yang dulu ia beri makan dengan daging sapi terbaik.


Dan begitulah akhir dari Pak Broto. Kaya raya, tapi tak satu pun manusia datang menguburnya — hanya anjing-anjing, dan bau kematian yang lambat disadari.



Akhir kata , Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H.
Semoga makna Idul Adha yang sejati—tentang keikhlasan, pengorbanan, dan saling berbagi—selalu hidup di hati kita.


Semoga kita dijauhkan dari sifat rakus dan kemaruk, seperti Pak Broto dalam cerita, yang lupa bahwa harta tak akan menyelamatkan saat ajal menjemput.


Mari berbagi, bukan hanya daging, tapi juga kebaikan dan empati.



MemoryExpressAvatar border
MemoryExpress memberi reputasi
1
70
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan