Kaskus

Entertainment

yantosauAvatar border
TS
yantosau
Langkah Terakhir di Hutan Kabut
Langkah Terakhir di Hutan Kabut

Namanya Tama. Seorang pria pendiam, 38 tahun, tinggal sendiri di sebuah desa pegunungan yang hampir terlupakan peta. Setiap pagi, ia bangun sebelum matahari, menjerang air di atas tungku, lalu menyeduh kopi hitam sambil menatap lembah yang tertutup kabut. Ia tak punya banyak kawan, tak juga banyak bicara. Tapi semua orang tahu: Tama adalah penjaga Hutan Kabut.

Hutan itu terletak di atas bukit yang diselimuti kabut hampir sepanjang tahun. Orang desa menganggap hutan itu angker. Banyak cerita: suara-suara aneh di malam hari, sosok tinggi dengan mata merah, dan kabar bahwa siapa pun yang masuk terlalu dalam… tak pernah kembali.

Namun, Tama masuk ke sana hampir setiap minggu. Sendirian.

Konon, ayahnya dahulu adalah peneliti yang hilang di dalam hutan itu. Sejak usia 17, Tama mulai masuk dan mencari. Tapi bukan hanya itu. Selama bertahun-tahun, ia menemukan petunjuk-petunjuk aneh: batu-batu dengan ukiran asing, pohon yang tumbuh melingkar sempurna, bahkan jam kantong tua yang masih berdetak di tengah lumut.

Sampai suatu hari, Tama merasa waktunya sudah dekat.

Ia bermimpi bertemu ayahnya, berdiri di tengah kabut dan berkata, *“Datanglah saat bulan purnama tertutup awan, di tempat matahari tidak pernah masuk. Di sana jawabannya.”*

Hari itu datang. Tama membawa bekal secukupnya, senter, pisau, dan buku catatan kecil berisi simbol-simbol yang pernah ia temukan. Ia masuk ke dalam hutan saat matahari baru saja tenggelam. Kabut lebih tebal dari biasanya, menelan setiap langkahnya dalam diam.

Ia berjalan selama dua jam, hingga sampai di sebuah dataran aneh—pohon-pohon melingkar, tanahnya basah, dan tidak ada satu pun suara jangkrik. Bahkan burung pun diam.

Di tengah dataran itu, ada batu besar dengan simbol yang sama seperti dalam catatannya. Tama menyentuh batu itu.

Tiba-tiba, tanah di bawahnya bergetar pelan. Kabut menari seperti pusaran, dan cahaya samar muncul dari celah-celah akar. Dari dalam kabut, muncul sosok samar… ayahnya. Lebih muda dari yang ia ingat.

“Ayah?” bisiknya.

Sosok itu tidak menjawab, hanya tersenyum dan menunjuk ke balik batu.

Di balik batu itu, tersembunyi gua kecil. Di dalamnya, penuh ukiran kuno, lukisan dinding yang menggambarkan manusia dan makhluk berkepala rusa, serta jam-jam tua bergantung tak beraturan.

Tama mengerti—ayahnya bukan hilang, tapi memilih tinggal, menyatu dengan penjaga hutan. Hutan Kabut bukan tempat biasa. Ia adalah simpul waktu, tempat antara dunia kini dan masa lalu. Tempat para penjelajah jiwa yang hilang dalam pencarian diri.

Tama duduk di dalam gua itu, membuka buku catatannya, dan mulai menulis.

> “Bila kau membaca ini, mungkin aku sudah jadi kabut. Tapi jangan takut. Kadang, untuk menemukan diri, kau harus tersesat sangat jauh.”

Sejak malam itu, Tama tak pernah kembali ke desa. Tapi setiap pagi, dari atas bukit, terlihat kabut menari-nari lebih terang dari biasanya. Dan sesekali, terdengar suara tawa samar dari dalam Hutan Kabut.

---
tiokyapcingAvatar border
sandidefry201Avatar border
riodgarpAvatar border
riodgarp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
305
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan