- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebuah Renungan: Mengapa Kemauan Mendengar Begitu Sulit?


TS
michaeljohnr875
Sebuah Renungan: Mengapa Kemauan Mendengar Begitu Sulit?
Mendengar, bukan dalam arti harfiah,melainkan mendengar dengan hati dan pikiran terbuka, adalah sebuah seni. Ia menuntut kesabaran, keberanian untuk diam, dan kemampuan mengatur ego. Sama seperti seni melihat, mendengar secara utuh adalah tindakan yang sulit. Dibutuhkan niat untuk hadir, untuk menyisihkan diri sejenak, dan memberi ruang bagi suara lain selain suara diri sendiri.
Sebagai manusia, kita terus mencari kebebasan. Kebebasan untuk berbicara, bertindak, dan menjadi diri sendiri. Namun, kita juga sadar bahwa kebebasan yang liar tanpa batas hanya akan melahirkan kekacauan. Maka batas pun diperlukan, bukan untuk mengekang, tapi untuk menjaga agar kebebasan itu menjadi milik bersama, bukan milik segelintir yang paling nyaring suaranya.
Namun ego manusia begitu kuat. Ia haus akan validasi. Kita ingin didengar, dilihat, dipahami. Kita berteriak, menuntut ruang, mengibarkan keberadaan kita seperti bendera yang harus dilihat semua orang. Tapi ketika giliran orang lain berbicara, kita sering memilih menutup telinga dan hati. Kita merasa tak lagi menjadi pusatnya, dan itu membuat kita tidak nyaman.
Padahal, mendengar—apapun bentuknya, entah pujian, saran, atau kritik—sama pentingnya. Mendengar bukan berarti setuju, tetapi berarti memberi ruang dan waktu untuk berpikir, mendalami, dan introspeksi. Sayangnya, kita lebih senang mendengarkan cuitan burung yang merdu ketimbang gonggongan anjing yang menggugah rasa tidak nyaman. Kita lebih menyukai kata-kata yang membelai ego daripada yang menampar kesadaran.
Masalahnya, bagaimana kita bisa tahu kekurangan diri jika hanya mau mendengar hal-hal yang menyenangkan? Bagaimana kita bisa tumbuh jika hanya bersedia disanjung, tapi menolak dikritik?
- Pertumbuhan dimulai dari kemauan untuk mendengar.
- Pertumbuhan dimulai dari kemampuan memahami bahwa suara yang mengusik adalah awal dari perubahan.
- Pertumbuhan dimulai ketika sadar bahwa diam dan menyerapi sebuah bunyi adalah emas.
Mendengar bukan hanya tentang menerima informasi, tetapi tentang memberi hormat. Hormat kepada kehidupan di luar diri kita. Kepada pengalaman orang lain. Kepada keberagaman pandangan yang tak selalu sejalan dengan apa yang kita yakini.
Dan ketika kita mulai benar-benar mendengar, barulah kebebasan menemukan bentuknya yang paling adil: bukan kebebasan untuk bicara sebanyak-banyaknya, tapi kebebasan untuk saling memahami.
Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa suara orang lain sama pentingnya dengan suara kita.


tiokyapcing memberi reputasi
1
106
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan