- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pohon di Tengah Padang


TS
yantosau
Pohon di Tengah Padang

Di sebuah padang luas yang gersang, berdirilah satu-satunya pohon yang masih hidup. Pohon itu besar dan kokoh, batangnya tebal, akarnya menjalar ke segala arah, dan daunnya tetap hijau meski matahari membakar tanah sekitarnya setiap hari. Warga desa menyebutnya "Pohon Penjaga", karena konon pohon itu sudah berdiri di sana sebelum desa itu ada.
Tak ada yang tahu bagaimana pohon itu bisa hidup sendiri di tengah-tengah tanah kering itu. Tidak ada sumber air, tidak ada tanaman lain yang tumbuh di sekitarnya. Namun setiap musim kemarau, orang-orang dari desa datang untuk berteduh, membawa anak-anak mereka, bahkan terkadang berdoa di bawah naungan rantingnya.
Salah satu anak yang paling sering duduk di bawah pohon itu adalah Dira, seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Ia kehilangan ibunya saat kecil dan tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai penambang batu. Setiap sore, Dira akan duduk di bawah pohon itu sambil menulis di buku kecil miliknya — buku yang diberikan almarhum ibunya.
"Kalau kamu ingin berbicara dengan Ibu, tulislah di buku ini," begitu pesan terakhir ibunya. Sejak itu, Dira rajin menulis: tentang sekolahnya, teman-temannya, bahkan tentang mimpi-mimpinya yang paling rahasia. Anehnya, setiap kali Dira menulis, ia merasa tenang. Seolah-olah ibunya membacanya dari suatu tempat.
Suatu hari, padang itu dilanda kekeringan parah. Pemerintah daerah mengumumkan akan membangun pabrik besar di atas tanah itu. Penduduk desa tidak bisa menolak karena tanah itu bukan milik siapa-siapa secara hukum. Pohon satu-satunya itu akan ditebang.
Warga desa protes, tapi suara mereka tak dianggap. Mereka hanya segelintir orang di desa kecil. Ketika alat berat mulai berdatangan, Dira pergi ke pohon itu lebih awal dari biasanya, membawa buku kecilnya. Ia duduk diam dan menulis halaman terakhirnya.
*"Ibu, jika memang Pohon Penjaga ini adalah tempat terakhir yang bisa mendengarkan kita, mohon biarkan dia tetap berdiri. Ini satu-satunya tempat aku bisa merasa dekat denganmu."*
Dira mencium batang pohon itu, lalu pulang.
Keesokan harinya, saat alat berat mulai menggali tanah, sebuah keanehan terjadi. Tanah di sekitar pohon mulai retak, dan dari dalamnya menyembur air — bukan sedikit, tapi cukup banyak untuk membuat para pekerja panik. Air terus menyembur seperti mata air besar yang terpendam lama. Beberapa hari kemudian, tanah itu berubah jadi basah, dan tumbuhan liar mulai tumbuh di sekitarnya.
Ilmuwan datang dan menyimpulkan bahwa ternyata pohon itu tumbuh tepat di atas kantong air bawah tanah yang sangat besar. Pohon itu, selama ini, adalah "penjaga" alami yang menjaga air tetap tersembunyi. Jika ditebang, mungkin mata air itu tidak akan pernah muncul ke permukaan.
Pemerintah membatalkan proyeknya dan menjadikan lokasi itu sebagai taman konservasi. Warga desa mengadakan syukuran. Pohon Penjaga tetap berdiri, dan kini tidak lagi sendirian. Di sekitarnya tumbuh rerumputan, bunga liar, dan suara tawa anak-anak.
Dira masih sering duduk di bawah pohon itu, tapi kini tak lagi sendiri. Ia tahu, tidak hanya ibunya yang mendengarnya sekarang, tapi seluruh desa telah mendengar kisah yang selama ini hanya ia tulis dalam diam.
---


intanasara memberi reputasi
1
52
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan