Kaskus

Entertainment

radityase09Avatar border
TS
radityase09
Akankah Kita Bisa Berhenti Mengkhawatirkan Masa Depan?
Akankah Kita Bisa Berhenti Mengkhawatirkan Masa Depan?

Bisakah kita?


Sebagai bapak-bapak saya akan menjawab,tidak akan bisa. 


Gimana ya, mau kita coba seperti apapun untuk menghentikannya, mengkhawatirkan masa depan adalah hal yang normal. Bahkan saya rasa, sampai tua pun saya bakal tetap mengkhawatirkan masa depan. Malah kalau sama sekali tidak khawatir dengan masa depan adalah hal yang aneh bagi saya. 


Khawatir adalah hal yang wajar, sangat normal, sebagai respon kita sebagai makhluk berakal terutama ketika melihat kondisi politik, ekonomi dunia saat ini. Lapangan kerja makin tipis, tapi kebutuhan harian selalu jalan. Wajar-wajar saja dong khawatir. 


Yang jadi masalah adalah bagaimana kita meminimalisir rasa khawatir. 


Cara menguranginya ya mulai melakukan sesuatu, apapun itu. Lakukan sesuatu yang sekiranya akan berdampak positif ke masa depan.  


Seringkali rasa stress kita itu berasal dari ketidakmampuan kita menyelesaikan sesuatu. Entah itu pekerjaan rumah yang simpel-simpel, target personal, atau target selama menempuh pendidikan atau saat bekerja. Dari ketidakmampuan menyelesaikan target, kita mulai meragukan kemampuan diri sendiri. Lalu dari situ muncul pikiran-pikiran negatif: “Apa aku bisa sukses?”, “Apa aku akan baik-baik saja kedepannya?”, “Gimana kalau gagal terus?” dan lain sebagainya.


Akankah Kita Bisa Berhenti Mengkhawatirkan Masa Depan?

Itulah pentingnya action. Daripada terus-menerus tenggelam dalam kekhawatiran, mending mulai dari hal yang kecil tapi konkret. Mulai merapikan kamar, beresin to-do list hari ini, belajar satu topik baru, perbaiki CV, atau sekadar jalan kaki biar pikiran nggak sumpek. Awali dengan satu dua target harian, lalu lama-lama ditingkatkan. Hal-hal kecil ini kadang jadi pemantik buat ngurangin beban mental yang nggak kelihatan.


Jangan nunggu motivasi datang, karena motivasi itu nggak bisa diandalkan setiap hari. Yang bisa kita latih adalah disiplin dan kebiasaan. Lama-lama kita akan sadar kalau rasa khawatir itu bisa ditenangkan dengan rutinitas dan kemajuan sekecil apa pun itu. Walaupun bukan uang, kata mutiara sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukitjuga bisa diterapkan dalam hal ini. 


Terakhir, jangan suka membandingkan hidup sama hidup orang lain. Seringkali kita merasa tertinggal karena melihat postingan teman-teman kita yang kelihatannya bahagia dan sukses-sukses. Padahal tiap orang selalu punya masalahnya sendiri, dan yang di highlight dalam postingannya pasti yang bahagia-bahagia saja. Itulah tipuan sosial media, semuanya fana.


Intinya, bukan berhenti mengkhawatirkan masa depan, karena itu hampir mustahil. Tapi belajarlah berdamai dengan kekhawatiran itu.




0
57
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan