

TS
sunny12sideup
Trauma
Semoga bisa sedikit menyembuhkan luka dari trauma yg tidak bisa hilang
Throw back ke tahun 2008-2010, waktu itu aku masih duduk di bangku SMP-SMA.
Ga pernah sedikitpun bisa bayangin kalo hal ini bakal kejadian di aku.
Aku anak bungsu dari dua bersaudara. Aku dan kaka jarak umur nya cukup jauh, 8 tahun. Jadi waktu kaka nikah, aku masih SD waktu itu, kaka ku nikah muda juga, jadi lulus SMA 1 tahun sudah menikah.
Setahun kemudian kaka punya anak, aku yang urus keponakan ku ini dari kecil. Anak laki-laki pertama di keluargaku. Anak emas. Disayang Ibu dan Bapak ku. Aku yang saat itu sudah SMP, ikut andil mengurusi keponakan ku ini.
Oh ya, aku juga masih satu lingkungan rumah dengan keluarga kaka. Tapi beda atap. Jadi bapak membuatkan rumah di lantai dua, lengkap dengan perabotan nya. Alasan nya kenapa masih satu rumah, karna anak ibu dan bapak hanya dua. Jadi biar ga sepi, dibuatkan lah rumah di lantai dua. Dan biar bapak dan ibu bisa terus dekat dengan cucu nya.
Kaka ku ibu rumah tangga, suami nya bekerja di sebuah perusahaan yg cukup besar di kota kami. Suami kaka ku bekerja dengan sistem shift. Ada 3 shift. Dan karena kaka ku orangnya penakut, setiap suaminya kerja shift 2 dan shift 3 aku pasti harus menginap di rumah kaka. Karna saking penakut nya kaka, aku harus tidur di kasur yang sama. Tentu aja kalo suaminya kerja shift 2, dimana dia pulang malam, suaminya akan tidur di kursi. Begitupun kalo shift 3. Pokonya setiap aku menginap, suaminya pasti tidur di sofa depan.
Aku cukup dekat dengan suami kaka, dulu sempat diajarkan cara naik motor. Dan aku ga pernah segan juga, karna memang benar-benar aku anggap kaka sendiri. Tapi, di tahun itu awal semuanya ketakutan ku muncul.
Di tahun 2008, malam itu aku menginap di rumah kaka. Kebiasaan tidur kaka ku selalu lampu dimatikan. Malam itu hujan, cukup deras sampai yg terdengar hanya suara hujan aja. Aku ingat betul posisi tidur kami itu : keponakan ku, kaka, dan aku. Aku agak kesusahan untuk tidur karna suara hujan, dan baru bisa tidur sekitar jam 1 malam. Berhubung baru bisa tidur, dan belum sepenuhnya tidur, jadi aku antara sadar dan ga sadar. Aku mimpi, di mimpi itu keponakan ku yang masih kecil itu menciumi aku. Di pipi, di kening dan berakhir di bibir. Aneh ? Iya. Di mimpi itu aja aku ngerasa aneh. Dan reflek menjauh, seketika terbangun juga. Dan tau apa ? Di depan ku ada suami kaka ku. Posisi nya persis di depan muka ku. Aku lihat jam dan ternyata baru pukul 01:45. Dia tertidur, entah benar tidur atau ngga. Aku yakin dia ga tidur. Karna dia pulang itu jam 1, perkiraan sampai rumah jam 1:20 - 1:30. Seketika aku menggigil sekujur tubuh. Bukan karna udara yg dingin, tapi karna takut. Badanku ga bisa gerak sama sekali. Kaku. Sambil setengah menangis, akhirnya aku beranikan diri turun ke rumah bawah, pindah ke kamarku.
Ibu yang membukakan pintu di jam 2 pagi keheranan kenapa aku turun, tapi aku bilang aku ga bisa tidur. Aku ga cerita apapun soal malam itu. Karna walaupun aku yakin, tapi aku takut untuk bilang. Takut kalo itu ternyata ga seperti apa yg aku kira. Takut kalo ternyata aku yg memang benar - benar hanya mimpi. Dan ketakutan lainnya yang terus ada di pikiranku.
Beberapa bulan setelahnya, aku ga berani menginap di rumah kaka. Aku selalu beralasan tiap kali diminta. Dan akhirnya kaka meminta sepupuku yang menginap.
Setiap hari aku ketakutan. Ga bisa tidur, cemas, dan sering tiba-tiba nangis tanpa sebab. Emosi juga ga stabil. Tersiksa ? Iya. Berat badanku juga turun drastis.
Dan tiap kali papasan dengan suami kaka ku, aku selalu takut. Sangat takut. Jadi semenjak itu, aku selalu mengurung diri di kamar. Sebisa mungkin menjauh dan meminimalisir peluang untuk papasan.
Setahun lewat, akhirnya aku bisa hidup normal lagi. Walaupun sesekali masih ada rasa cemas, tapi aku bisa mengontrol emosi ku.
Waktu itu tahun 2010, kaka ku baru melahirkan sepasang anak kembar. Aku yg biasa mengurus bayi dari anak pertama kaka ku, akhirnya kembali mengurus si kembar ini. Tiap malam, ketika suami kaka sedang shift 2 atau 3, aku gantian begadang dengan kaka. Walaupun posisi nya aku masih sekolah SMA tahun pertama waktu itu.
Jadilah aku kembali menginap di rumah kaka.
Dan hal itu terjadi lagi.
Posisi aku tidur sekarang beda dengan dulu. Kaka dan anak anaknya di kasur, sedangakan aku di kasur lantai.
Malam itu, lagi-lagi hujan deras. Tapi aku bisa tidur lebih awal karna lelah.
Di tengah remang lampu kamar, aku terbangun setengah sadar. Ada tangan yang meraba paha ku. Aku tidur dengan piyama baju dan celana panjang waktu itu. Aku coba memastikan lagi, dan ditengah kesadaran yang belum sepenuhnya itu, aku lihat siluet laki-laki di kaki ku. Tangan nya berusaha menyentuh paha ku lagi. Aku yg ketakutan lagi-lagi ga bisa langsung bangun. Aku pura-pura merubah posisi ke arah kanan. Agar pergerakan orang itu terjangkau sepenuhnya oleh mataku. Aku tutup muka ku dengan bantal, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas. Aku paksakan untuk tidur tapi rasa takut masih menjadi jadi. Akhirnya sekitar 10 menit kemudian, aku lihat pergerakan nya lagi yang mulai merangkak ke arah ku. Saat itu, tanpa ragu aku langsung bangun lari keluar rumah kaka dan turun ke bawah. Ku gedor pintu rumah ibu sekencang mungkin, dan akhirnya ibu keluar. Kebingungan kenapa tengah malam aku lari turun. Lagi-lagi aku berbohong, aku bilang aku takut karna melihat setan dan langsung turun ketika tau suami kaka ku sudah pulang.
Malam itu aku ga bisa tidur. Aku ketakutan lagi, sampai akhirnya aku demam tinggi besok pagi nya.
Hal ini ga aku ceritakan dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya di tahun akhir aku sekolah, dan karna suatu hal yg terjadi antara aku dan kaka ku saat itu, yg akhirnya kami bertengkar cukup hebat. Waktu itu ibu membela kaka, karna ibu pikir aku hanya mengada-ngada soal aku yg gamau lagi menginap di rumah kaka. Akhirnya emosi ku gabisa dibendung lagi, aku ceritakan semuanya, aku ceritakan bagaimana selama bertahun tahun aku pendam ketakutan ku itu. Aku yang sekarang gampang sakit sakitan karna kecemasanku itu. Dan untuk saat itu ibu kaget, ibu memahami aku dan menerima alasan jelasku itu. Ibu ceritakan semua ke kaka. Kaka ku ? Jelas dia marah besar. Dia cabut semua foto keluarga di dinding rumah nya. Semua baju suami nya dia kemas. Dan ketika suaminya pulang, dia marah besar. Entah apa dan bagaimana percakapan mereka aku gatau. Akupun gamau hadir disitu. Karna jujur aku luar biasa ketakutan bahkan setiap kali dengar nama suami kaka ku disebut.
Selang 3 hari dari kejadian itu, kaka ku turun. Dia ajak aku bicara. Dan di akhir pembicaraan, dia bilang aku ga perlu takut. Karna semua ketakutan ku itu murni dari mimpi ku sendiri, bukan kejadian sebenarnya. Saat itu juga aku menagis, menjerit, persis orang kesetanan. Aku dengan sisa tenaga ku kembali menjelaskan bahwa apa yg aku alami itu memang nyata, bukan mimpi. Aku bersumpah demi tuhan kalo aku ga mengada-ngada. Sampai habis suara ku karna menjelaskan semuanya sambil menangis terisak. Tapi kaka tetap yakin pada keyakinan nya. Hatiku hancur.
Dan ibu ? Bahkan hingga hari ini, setiap kali ada perselisihan antara aku dan kaka ku, hal ini selalu disinggung. Apapun masalah perselisihan itu. Dan aku diminta untuk melupakan itu. Dan lagi-lagi aku diyakinkan kalo apa yg terjadi dulu memang murni hanya mimpi dan hayalan ku.
Apa bapak tau ?
Sampai sekarang aku gatau. Karna di awal aku cerita, aku menjaga bapa untuk gatau. Walaupun bapak pendiam, bapak pasti akan marah luar biasa kalo tau masalah ini. Dan aku memikirkan nasib keponakan ku nanti. Aku yakin keluarga kaka pasti akan di usir. Jadi aku ga pernah menceritakan hal ini di depan bapak langsung. Tapi entah apakah ibu pernah berkenan cerita soal ini pada bapak atau ngga. Aku yakin sih ga akan ibu cerita juga.
Kalau ditanya apa dampak nya hingga saat ini, aku takut sama laki-laki. Bahkan sekarang setelah aku menikah, aku selalu menganggap diri aku kotor. Ga layak untuk suamiku. Selalu. Sampai akhirnya aku menceritakan semua sama suami, dan suamiku paham bagaimana ketakutan ku. Dan aku bersyukur suamiku bisa memahami itu. Aku ga dihinakan nya, ga seperti ketakutan ku selama ini sebelum memutuskan untuk cerita tentang semua pengalaman itu.
Tapi jujur, bahkan setelah punya anak. Setiap kali suami membangunkan aku dengan memegang paha atau kaki, reflek pertama ku pasti menjerit. Dan ini menyiksa 😢
Entah sampai kapan aku ga dipercaya oleh ibu dan kaka. Entah sampai kapan aku akan selalu di anggap salah. Dan entah sampai kapan aku harus hidup di ketakutan ini. Yang jelas, untuk semua yg pernah menjadi korban kejahatan seksual, memaafkan mungkin kita bisa. Tapi untuk lupa dan luka nya tetap tinggal entah sampai kapan.
Throw back ke tahun 2008-2010, waktu itu aku masih duduk di bangku SMP-SMA.
Ga pernah sedikitpun bisa bayangin kalo hal ini bakal kejadian di aku.
Aku anak bungsu dari dua bersaudara. Aku dan kaka jarak umur nya cukup jauh, 8 tahun. Jadi waktu kaka nikah, aku masih SD waktu itu, kaka ku nikah muda juga, jadi lulus SMA 1 tahun sudah menikah.
Setahun kemudian kaka punya anak, aku yang urus keponakan ku ini dari kecil. Anak laki-laki pertama di keluargaku. Anak emas. Disayang Ibu dan Bapak ku. Aku yang saat itu sudah SMP, ikut andil mengurusi keponakan ku ini.
Oh ya, aku juga masih satu lingkungan rumah dengan keluarga kaka. Tapi beda atap. Jadi bapak membuatkan rumah di lantai dua, lengkap dengan perabotan nya. Alasan nya kenapa masih satu rumah, karna anak ibu dan bapak hanya dua. Jadi biar ga sepi, dibuatkan lah rumah di lantai dua. Dan biar bapak dan ibu bisa terus dekat dengan cucu nya.
Kaka ku ibu rumah tangga, suami nya bekerja di sebuah perusahaan yg cukup besar di kota kami. Suami kaka ku bekerja dengan sistem shift. Ada 3 shift. Dan karena kaka ku orangnya penakut, setiap suaminya kerja shift 2 dan shift 3 aku pasti harus menginap di rumah kaka. Karna saking penakut nya kaka, aku harus tidur di kasur yang sama. Tentu aja kalo suaminya kerja shift 2, dimana dia pulang malam, suaminya akan tidur di kursi. Begitupun kalo shift 3. Pokonya setiap aku menginap, suaminya pasti tidur di sofa depan.
Aku cukup dekat dengan suami kaka, dulu sempat diajarkan cara naik motor. Dan aku ga pernah segan juga, karna memang benar-benar aku anggap kaka sendiri. Tapi, di tahun itu awal semuanya ketakutan ku muncul.
Di tahun 2008, malam itu aku menginap di rumah kaka. Kebiasaan tidur kaka ku selalu lampu dimatikan. Malam itu hujan, cukup deras sampai yg terdengar hanya suara hujan aja. Aku ingat betul posisi tidur kami itu : keponakan ku, kaka, dan aku. Aku agak kesusahan untuk tidur karna suara hujan, dan baru bisa tidur sekitar jam 1 malam. Berhubung baru bisa tidur, dan belum sepenuhnya tidur, jadi aku antara sadar dan ga sadar. Aku mimpi, di mimpi itu keponakan ku yang masih kecil itu menciumi aku. Di pipi, di kening dan berakhir di bibir. Aneh ? Iya. Di mimpi itu aja aku ngerasa aneh. Dan reflek menjauh, seketika terbangun juga. Dan tau apa ? Di depan ku ada suami kaka ku. Posisi nya persis di depan muka ku. Aku lihat jam dan ternyata baru pukul 01:45. Dia tertidur, entah benar tidur atau ngga. Aku yakin dia ga tidur. Karna dia pulang itu jam 1, perkiraan sampai rumah jam 1:20 - 1:30. Seketika aku menggigil sekujur tubuh. Bukan karna udara yg dingin, tapi karna takut. Badanku ga bisa gerak sama sekali. Kaku. Sambil setengah menangis, akhirnya aku beranikan diri turun ke rumah bawah, pindah ke kamarku.
Ibu yang membukakan pintu di jam 2 pagi keheranan kenapa aku turun, tapi aku bilang aku ga bisa tidur. Aku ga cerita apapun soal malam itu. Karna walaupun aku yakin, tapi aku takut untuk bilang. Takut kalo itu ternyata ga seperti apa yg aku kira. Takut kalo ternyata aku yg memang benar - benar hanya mimpi. Dan ketakutan lainnya yang terus ada di pikiranku.
Beberapa bulan setelahnya, aku ga berani menginap di rumah kaka. Aku selalu beralasan tiap kali diminta. Dan akhirnya kaka meminta sepupuku yang menginap.
Setiap hari aku ketakutan. Ga bisa tidur, cemas, dan sering tiba-tiba nangis tanpa sebab. Emosi juga ga stabil. Tersiksa ? Iya. Berat badanku juga turun drastis.
Dan tiap kali papasan dengan suami kaka ku, aku selalu takut. Sangat takut. Jadi semenjak itu, aku selalu mengurung diri di kamar. Sebisa mungkin menjauh dan meminimalisir peluang untuk papasan.
Setahun lewat, akhirnya aku bisa hidup normal lagi. Walaupun sesekali masih ada rasa cemas, tapi aku bisa mengontrol emosi ku.
Waktu itu tahun 2010, kaka ku baru melahirkan sepasang anak kembar. Aku yg biasa mengurus bayi dari anak pertama kaka ku, akhirnya kembali mengurus si kembar ini. Tiap malam, ketika suami kaka sedang shift 2 atau 3, aku gantian begadang dengan kaka. Walaupun posisi nya aku masih sekolah SMA tahun pertama waktu itu.
Jadilah aku kembali menginap di rumah kaka.
Dan hal itu terjadi lagi.
Posisi aku tidur sekarang beda dengan dulu. Kaka dan anak anaknya di kasur, sedangakan aku di kasur lantai.
Malam itu, lagi-lagi hujan deras. Tapi aku bisa tidur lebih awal karna lelah.
Di tengah remang lampu kamar, aku terbangun setengah sadar. Ada tangan yang meraba paha ku. Aku tidur dengan piyama baju dan celana panjang waktu itu. Aku coba memastikan lagi, dan ditengah kesadaran yang belum sepenuhnya itu, aku lihat siluet laki-laki di kaki ku. Tangan nya berusaha menyentuh paha ku lagi. Aku yg ketakutan lagi-lagi ga bisa langsung bangun. Aku pura-pura merubah posisi ke arah kanan. Agar pergerakan orang itu terjangkau sepenuhnya oleh mataku. Aku tutup muka ku dengan bantal, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas. Aku paksakan untuk tidur tapi rasa takut masih menjadi jadi. Akhirnya sekitar 10 menit kemudian, aku lihat pergerakan nya lagi yang mulai merangkak ke arah ku. Saat itu, tanpa ragu aku langsung bangun lari keluar rumah kaka dan turun ke bawah. Ku gedor pintu rumah ibu sekencang mungkin, dan akhirnya ibu keluar. Kebingungan kenapa tengah malam aku lari turun. Lagi-lagi aku berbohong, aku bilang aku takut karna melihat setan dan langsung turun ketika tau suami kaka ku sudah pulang.
Malam itu aku ga bisa tidur. Aku ketakutan lagi, sampai akhirnya aku demam tinggi besok pagi nya.
Hal ini ga aku ceritakan dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya di tahun akhir aku sekolah, dan karna suatu hal yg terjadi antara aku dan kaka ku saat itu, yg akhirnya kami bertengkar cukup hebat. Waktu itu ibu membela kaka, karna ibu pikir aku hanya mengada-ngada soal aku yg gamau lagi menginap di rumah kaka. Akhirnya emosi ku gabisa dibendung lagi, aku ceritakan semuanya, aku ceritakan bagaimana selama bertahun tahun aku pendam ketakutan ku itu. Aku yang sekarang gampang sakit sakitan karna kecemasanku itu. Dan untuk saat itu ibu kaget, ibu memahami aku dan menerima alasan jelasku itu. Ibu ceritakan semua ke kaka. Kaka ku ? Jelas dia marah besar. Dia cabut semua foto keluarga di dinding rumah nya. Semua baju suami nya dia kemas. Dan ketika suaminya pulang, dia marah besar. Entah apa dan bagaimana percakapan mereka aku gatau. Akupun gamau hadir disitu. Karna jujur aku luar biasa ketakutan bahkan setiap kali dengar nama suami kaka ku disebut.
Selang 3 hari dari kejadian itu, kaka ku turun. Dia ajak aku bicara. Dan di akhir pembicaraan, dia bilang aku ga perlu takut. Karna semua ketakutan ku itu murni dari mimpi ku sendiri, bukan kejadian sebenarnya. Saat itu juga aku menagis, menjerit, persis orang kesetanan. Aku dengan sisa tenaga ku kembali menjelaskan bahwa apa yg aku alami itu memang nyata, bukan mimpi. Aku bersumpah demi tuhan kalo aku ga mengada-ngada. Sampai habis suara ku karna menjelaskan semuanya sambil menangis terisak. Tapi kaka tetap yakin pada keyakinan nya. Hatiku hancur.
Dan ibu ? Bahkan hingga hari ini, setiap kali ada perselisihan antara aku dan kaka ku, hal ini selalu disinggung. Apapun masalah perselisihan itu. Dan aku diminta untuk melupakan itu. Dan lagi-lagi aku diyakinkan kalo apa yg terjadi dulu memang murni hanya mimpi dan hayalan ku.
Apa bapak tau ?
Sampai sekarang aku gatau. Karna di awal aku cerita, aku menjaga bapa untuk gatau. Walaupun bapak pendiam, bapak pasti akan marah luar biasa kalo tau masalah ini. Dan aku memikirkan nasib keponakan ku nanti. Aku yakin keluarga kaka pasti akan di usir. Jadi aku ga pernah menceritakan hal ini di depan bapak langsung. Tapi entah apakah ibu pernah berkenan cerita soal ini pada bapak atau ngga. Aku yakin sih ga akan ibu cerita juga.
Kalau ditanya apa dampak nya hingga saat ini, aku takut sama laki-laki. Bahkan sekarang setelah aku menikah, aku selalu menganggap diri aku kotor. Ga layak untuk suamiku. Selalu. Sampai akhirnya aku menceritakan semua sama suami, dan suamiku paham bagaimana ketakutan ku. Dan aku bersyukur suamiku bisa memahami itu. Aku ga dihinakan nya, ga seperti ketakutan ku selama ini sebelum memutuskan untuk cerita tentang semua pengalaman itu.
Tapi jujur, bahkan setelah punya anak. Setiap kali suami membangunkan aku dengan memegang paha atau kaki, reflek pertama ku pasti menjerit. Dan ini menyiksa 😢
Entah sampai kapan aku ga dipercaya oleh ibu dan kaka. Entah sampai kapan aku akan selalu di anggap salah. Dan entah sampai kapan aku harus hidup di ketakutan ini. Yang jelas, untuk semua yg pernah menjadi korban kejahatan seksual, memaafkan mungkin kita bisa. Tapi untuk lupa dan luka nya tetap tinggal entah sampai kapan.




kubelti3 dan brucebanner23 memberi reputasi
2
387
40


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan