- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Review “Cocote Tonggo” (2025): Film Komedi Satir yang Menghibur


TS
jennifersanj640
Review “Cocote Tonggo” (2025): Film Komedi Satir yang Menghibur
Film Cocote Tonggo garapan Bayu Skak kembali membawa penonton ke tengah hiruk pikuk kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di Solo, dengan pendekatan yang menghibur sekaligus menyentil. Meski dibalut komedi, film ini menyuguhkan potret sosial yang cukup tajam, terutama soal campur tangan tetangga dan stigma terhadap pasangan tanpa anak.
Cocote Tonggo berfokus pada Luki (Dennis Adhiswara) dan Murni (Ayushita), pasangan suami istri yang sehari-harinya menjual jamu kesuburan, namun justru belum juga dikaruniai anak. Ironi ini menjadi landasan utama komedi satir dalam film. Tekanan dari lingkungan, khususnya dari tokoh tetangga menyebalkan bernama Bu Pur (Asri Welas), digambarkan secara berlebihan namun terasa dekat dengan realita kehidupan masyarakat Jawa di Indonesia.
Yang membuat film ini istimewa adalah cara penyampaian kritik sosialnya yang dibalut dengan humor jenaka. Bayu Skak tidak menjadikan film ini sekadar lelucon, tapi menyelipkan pesan tentang ketimpangan gender, di mana perempuan seperti Murni kerap disalahkan saat pasangan belum memiliki keturunan. Kritik ini disajikan tanpa menggurui, justru sering kali membuat penonton tertawa dan tersadar di saat yang bersamaan.
Salah satu kekuatan utama dari film ini adalah atmosfer lokal yang terasa sangat hidup. Pengambilan gambar dilakukan di lokasi-lokasi ikonik seperti Kampung Batik Laweyan, Lokananta, dan kawasan bersejarah Colomadu. Penonton tidak hanya disuguhi kisah menarik, tetapi juga diperkenalkan pada budaya Jawa, termasuk tradisi meracik jamu yang menjadi bagian dari kehidupan karakter utama.
Film ini juga menggunakan bahasa Jawa Mataraman sebagai bahasa utama dialognya. Keputusan ini memberi nilai tambah tersendiri, karena menciptakan kesan otentik dan membangun kedekatan emosional dengan penonton, terutama yang berasal dari daerah tersebut. Tantangan bahasa bagi aktor non-native pun terlihat berhasil diatasi dengan baik, walaupun terkadang masih terdengar pelafalan logat yang berbeda namun tidak mengganggu.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan karya-karya Bayu Skak sebelumnya, seperti Yowis Ben atau Sekawan Limo, Cocote Tonggo sebenarnya tidak menawarkan hal yang berbeda. Ramuannya masih sama, yaitu tentang konflik keluarga dan sosial. Tapi justru karena ramuannya sama, film ini terasa familiar dan mudah diikuti.
Film ini cukup menghibur dengan membawa intrik keluarga dan sosial dengan takaran yang pas, skornya 7/10.
Buat yang belum nonton, film Cocote Tonggo masih tayang di bioskop. Yuk buruan menonton!


tiokyapcing memberi reputasi
1
286
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan