- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Aroma dari Masa Lalu


TS
yantosau
Aroma dari Masa Lalu

Di sebuah desa kecil bernama Tanjung Wangi, tinggal seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal sebagai seseorang yang pendiam, tetapi punya ketertarikan mendalam terhadap wewangian. Sejak kecil, ia terbiasa mencium berbagai aroma dari bunga-bunga yang tumbuh liar di sekitar rumah neneknya. Mawar, kenanga, melati, hingga daun pandan yang mengeluarkan aroma segar ketika diremas. Seolah-olah setiap aroma menyimpan cerita dan kenangan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Raka kini berusia 27 tahun dan bekerja di kota sebagai asisten toko parfum. Gajinya tidak besar, tapi ia cukup menikmati pekerjaannya karena setiap hari ia bisa mencium aroma dari berbagai jenis bibit parfum dari seluruh dunia. Namun, di balik itu semua, ada satu aroma yang selalu mengganggunya—aroma samar yang mengingatkannya pada seseorang di masa lalu, namun ia tidak pernah bisa mengingat dengan pasti siapa atau apa aroma itu.
Hingga suatu hari, saat sedang menata rak parfum, seorang wanita tua masuk ke tokonya. Ia tampak ringkih, membawa botol kecil berwarna hijau tua.
“Aku ingin membuat ulang parfum ini,” katanya, menyerahkan botol tua itu kepada Raka. “Ini buatan suamiku, dulu dia seorang pembuat parfum di desa. Tapi sekarang dia sudah tiada, dan aku ingin menyimpan kenangannya dalam aroma ini.”
Raka membuka botol itu dengan hati-hati. Aroma langsung menyeruak—campuran lembut dari bunga kenanga, sedikit aroma manis dari vanila, dan kehangatan kayu cendana. Raka terdiam. Aroma ini… adalah aroma yang selama ini menghantui ingatannya. Hidungnya bergetar. Ia menatap wanita tua itu lebih seksama.
“Apakah… Ibu pernah tinggal di Tanjung Wangi?” tanyanya pelan.
Wanita itu mengangguk. “Ya. Rumahku ada di ujung bukit, dekat pohon flamboyan tua. Tapi itu dulu sekali, sebelum kami pindah ke kota demi pekerjaan suamiku.”
Raka terdiam. Ia mengingat segalanya. Rumah kayu kecil dengan halaman penuh bunga kenanga. Seorang anak kecil yang duduk di bawah pohon sambil memetik kelopak bunga dan meletakkannya dalam botol kecil. Dan seorang lelaki paruh baya yang suka mencampur cairan dari botol-botol bening, lalu mengajaknya mencium satu per satu.
“Apakah… suami Ibu pernah mengajar seorang anak kecil meracik parfum di desa?” tanyanya lagi, dengan suara hampir berbisik.
Mata wanita itu membulat. “Ya. Namanya Raka. Dia anak tetanggaku. Sejak kecil dia selalu penasaran dengan botol-botol suamiku. Tapi aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang.”
Raka nyaris tak percaya. Ia menatap wanita tua itu dan berkata pelan, “Saya… Raka.”
Air mata mengalir di pipi wanita itu. “Astaga… Raka kecil? Yang selalu lari membawa botol parfum kosong dan berkata ingin membuat aroma kenangan?”
Mereka pun duduk, berbicara lama, mengenang masa lalu. Dari situ Raka tahu bahwa suami wanita itu, Pak Harun, dulu adalah pembuat parfum rumahan yang hebat, namun tak sempat dikenal dunia karena hidup sederhana. Tapi ilmu dan semangatnya, entah bagaimana, tersampaikan pada Raka lewat kenangan masa kecil dan aroma yang tertanam kuat di benaknya.
Hari itu, Raka memutuskan satu hal: ia ingin menjadi seorang perfumer. Bukan hanya sekadar menjual parfum di toko, tapi menciptakan aroma yang bisa menghidupkan kenangan, menyampaikan perasaan, bahkan menghubungkan kembali masa lalu dan masa kini. Ia meminta wanita itu mengizinkannya menyalin resep parfum sang suami, dan dengan sepenuh hati, ia mulai belajar membuat parfum dari nol.
Aroma dari masa lalu itu akhirnya tak hanya menjadi kenangan, tetapi juga awal dari perjalanan baru—perjalanan Raka menuju takdir yang selama ini menunggunya dalam diam: menjadi peracik kenangan dalam botol kecil berisi keajaiban yang disebut **parfum**.
---




intanasara dan kubelti3 memberi reputasi
2
45
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan